Menanjak ke Danau Kelimutu Ditemani Monyet

| Penulis : 

Bersepeda sudah menjadi darah daging kita berdua. Saya dan Widi suka sekali berpetualang dengan sepeda. Memudahkan petualangan, kami tidak bawa dua sepeda. Tapi bersepeda tandem. Bukan sekali ini, kami pernah bersepeda tandem dari Surabaya menanjak ke Wonokitri, Bromo lalu kembali lagi ke Surabaya. Total 200 km.

Keinginan “gila” turing dengan sepeda tandem muncul lagi. Kali ini, turing selama tujuh hari di pulau Flores, propinsi Nusa Tenggara Timur. Start tanggal 14 September dari Maumere dan berakhir 20 September di Labuan Bajo.

Jaraknya tidak jauh, “hanya” 500 km. Tapi nanjaknya gila! Mencapai 10.000 meter! Dengan sepeda tandem dan pannier di kiri dan kanan! 

Hanya NAM Air tujuan Maumere yang bisa membawa bike box sepanjang 2,1 meter. Maka kami putuskan perjalanan gowes start dari Maumere. Kami berangkat hari Jumat tanggal 13 September dari Bali menuju kota Maumere. Ketika tiba di bandara Frans Xavier Seda Maumere, bikebox berisi sepeda tandem Polygon Impression AX Disc Brake keluar dengan aman dan kami rakit di hotel Silvia, Maumere.

Lantas kami makan ikan bakar, pisang goreng sambal diselingi kopi di café Lokaria. Setelah kenyang, kami beristirahat mempersiapkan diri memulai turing keesokan harinya.


 

Sabtu,14 September

Petualangan kami dimulai. Rute hari ini adalah dari kota Maumere menuju kota Moni (bagian bawah dari Danau Kelimutu). Jaraknya hanya 94 km. Tapi harus menanjak hingga elevasi mencapai 2.100 meter!

Tepat jam 06.30 pagi, kami sudah siap. Sepeda sudah dicek, perut udah terisi, barang bawaan semua sudah naik ke sepeda. Baru keluar dari Hotel Silvia, kami sudah diberi menu false flat.

Jadi seolah-olah jalanan datar tapi ternyata menanjak. Gradien tidak tinggi, tapi konstan tidak ada istirahatnya. Dan ini terjadi terus hingga Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka sejauh 25 km.

Untungnya, kami terhibur dengan banyaknya penduduk yang terheran-heran dan mengejar kami. Mereka berteriak “mister…mister…” menyapa saya yang memang berwajah bule Italia.

Perjalanan makin berat, di kilometer 46 banyak jalanan berbaru di perkebunan cokelat untuk menuju pantai Koka yang sangat indah itu.  

Istirahat sebentar di pantai Koka, kami bercanda dengan turis dari Austria dan warga setempat ditemani kopi flores dan kelapa muda. Lucunya, turis itu saling memotong rambut. Saya jadi ikut-ikut memotong rambut saya.

Di pantai Koka, layar Garmin tertulis 60 km dengan kami sudah menanjak setinggi 1.000 meter. Artinya, masih ada 34 km lagi di depan dan harus menanjak 1.100 meter lagi!

Selepas pantai Koka, perjalanan mulai menjemukan. Cuaca panas, matahari sedang terik-teriknya. Jalanan terus menanjak dan pedesaan makin jarang.

Jangankan makan siang, mencari warung untuk isi air saja susah! Beruntung, kami membawa bekal Strive untuk makan. Gowes terus berlanjut hingga mencapai kecamatan Wolowaru di kilometer 80.

Istirahat lagi sambil makan mangga dan sawo ungu khas Flores. Inilah satu-satunya “bensin” kami untuk menaklukkan jarak 14 km tersisa menuju kota Moni.

Akhirnya, perjalanan dilanjutkan. Kami merasa sangat capek. Jadi kami istirahat di sebuah rumah penduduk. Bapak pemilik rumah sangat ramah dan kami banyak belajar tentang kehidupan.

Setelah berpamitan dan gowes dilanjutkan menuju hotel Bintang Lodge di kota Moni. Akhirnya jam 16.15 sore kami masuk hotel. Kami langsung mandi dan istirahat. Mempersiapkan diri gowes menuju Danau Kelimutu esok hari.

Minggu, 15 September

Pagi-pagi kami telah siap gowes menuju Danau Kelimutu kebanggaan Flores yang indah itu. Tidak semua barang kami bawa karena kami kembali ke hotel Bintang Lodge lagi.

Jarak dari hotel hanya 12 km. Dekat ya? Tapi kami harus gowes menanjak hingga 1.000 meter! Semangat kami hanya satu. Terus membayangkan indahnya Danau Kelimutu yang mempunyai tiga warna itu!

Baru 100 meter keluar hotel, jalanan aspal mulus dan pemandangan sangat indah meskipun tanjakan sudah di depan mata. Sawah hijau, petani bekerja, perkebunan, hutan, dan bukit semua jadi seperti lukisan 3D indah yang menghibur kami.

Bahkan, banyak air terjun yang menyegarkan. Tak terasa, kami sudah gowes menanjak sejauh 5 km. Dan semakin lama tanjakannya semakin “kurang ajar”. Tajam dan berkelok!

Dengan sabar kami satukan tenaga menggowes sepeda tandem ini menaklukkan tanjakan hingga tiba di km 9,5 yang merupakan gate tiket masuk ke Kelimutu. Setelah membayar tiket, kami diberitahu petugas bahwa tanjakan di depan sangat curam sejauh 3 km. Alamak!

Untung kami bisa melaluinya dengan baik meskipun perlahan dan ditemani monyet berkeliaran di keindahan lembah dan rimbunnya pepohonan.

Setiba di tempat parkir, banyak yang kagum dengan kami yang gowes hingga setinggi ini. But we did it dan kita bangga! Kami berfoto dan menikmati indahnya Danau Kelimutu sambil ngobrol dengan warga sekitar.

Menurut data Strava, kami membutuhkan waktu 2,5 jam untuk menanjak dan 30 menit untuk turun kembali ke Hotel Bintang Lodge.

Hari ini, Senin, 16 September. Perjalanan kami dilanjutkan dari kota Moni menuju kota Ende, Flores, NTT. Sejauh 53 km dan harus menanjak setinggi 600 meter. (bersambung)

 

Populer

Kolom Sehat: Tales of Unfortunate Events
Valtteri Bottas, Pembalap F1 Menuju Kejuaraan Dunia Gravel UCI
Bike and Camp, Cara Unik Mumed CC Gelar Acara Halal Bihalal 
Carlos Rodriguez Bungkus Gelar Juara Umum Tour de Romandie
Preview Bromo KOM Kategori Men 60+: Ambisi Besar Soetanto Tanojo Rebut Kembali Gelar Bromo KOM 
Kalender Event Mainsepeda 2024: East Java Journey Pertama, Bromo KOM X 18 Mei
Kolom Sehat: Sisi Lain Bromo
Tour de Romandie 2024 Etape 4: Puasa Kemenangan Eks Juara Olimpiade Berakhir di Leysin
Jajal Rute Cirebon-Tasikmalaya Bareng Komunitas, Azrul Ananda Melintasi Tanjakan Kaki Gunung Ciremai
Bromo KOM X Kategori Women Elite: Chika Zerra Berambisi Pertahankan Gelar