Tour de France 2019: Peter Sagan Terancam Digeser oleh Wout Van Aert

Peter Sagan resmi menjadi superstar di Tour de France 2012, saat merebut tiga kemenangan etape dan merayakannya dengan gaya-gaya seru. Sekarang, setelah meraih enam green jersey, dia resmi punya penantang tangguh. Seseorang yang juga berbadan kuat, yang juga bisa mencuri sprint dan etape-etape rolling. Dia adalah Wout Van Aert.

Peter Sagan benar-benar sulit dibendung dalam perebutan green jersey alias juara points classification. Kemampuan sprint-nya menandingi para pure sprinter. Tapi dia mampu menanjak dan mencuri etape-etape yang tidak terjangkau oleh para sprinter.

Sejak 2012, praktis Sagan hanya gagal ketika didiskualifikasi pada 2017. Saat itu dia dianggap mengakibatkan kecelakaan yang mencederai Mark Cavendish.

Tahun ini, kembali membalap untuk Bora-Hansgrohe, Sagan akan mengejar baju hijau ketujuhnya. Menjadikannya pemegang rekor terbanyak. Saat ini, Sagan berbagi rekor itu dengan Erik Zabel.

Untuk meraih gelar rekor itu, Sagan tetap harus menyingkirkan para pure sprinter. Tahun ini, daftarnya masih panjang dan hebat. Ada Elia Viviani (Deceuninck-QuickStep), Alexander Kristoff (UAE Team Emirates), Andre Greipel (Areka-Samsic), Caleb Ewan (Lotto-Soudal), dan mungkin sprinter paling hebat saat ini: Dylan Groenewegen (Jumbo-Visma).

Di etape-etape datar, Sagan harus kembali mampu konsisten finis di urutan 3-5 besar. Kemudian, dia tinggal menghancurkan para peluru cepat itu di etape-etape yang punya tanjakan.

Seharusnya, itu bukan sesuatu yang sulit. Namun, tahun ini ada pesaing beda. Wout Van Aert untuk kali pertama diturunkan oleh Jumbo-Visma di Tour de France.

Ya, Van Aert masih “hijau” di lomba tiga pekan. Tapi, mantan juara dunia cyclocross itu telah menunjukkan kemampuan dahsyat dalam dua tahun terakhir. Di usia 24 tahun, dia mungkin terlihat lebih meyakinkan dari Sagan di usia yang sama.

Selama musim Classic (deretan lomba one-day), Van Aert merupakan salah satu tandingan Sagan. Meraih podium dan posisi top ten di lomba-lomba terbesar.

Kemudian, Van Aert “menghancurkan tembok” di balapan pemanasan resmi Tour de France, Criterium du Dauphine, Juni lalu. Dia menang dua etape. Satu time trial, satu adu sprint. Menjelang lomba terbesar, Van Aert menunjukkan form kuat saat merebut juara nasional Belgia di kategori time trial.

Dengan demikian, Van Aert bukan hanya jadi andalan di etape datar dan rolling. Dia juga bisa meraih hasil istimewa di etape time trial, sesuatu yang tidak dimiliki Sagan!

Meski demikian, Van Aert mengaku tidak memimpikan jersey hijau. Dia mencoba menjaga ekspektasi, menegaskan bahwa ini adalah Tour de France perdananya.

Tugas utamanya adalah membantu tim meraih hasil baik. Misalnya mendukung Dylan Groenewegen di etape datar, lalu mengawal climber Steven Kruijswijk di rute-rute berbahaya.

“Saya tak punya banyak ambisi pribadi di Tour ini. Pertama-tama saya ingin mendukung Dylan Groenewegen di sprint dan Steven Kruijswijk di jalanan datar dan etape transisi. Kita tak pernah tahu apakah akan ada peluang tersedia (untuk menang), tapi saya tidak mau memikirkan itu. Ambisi pribadi saya adalah menuntaskan Tour ini. Orang bilang Tour bisa membuat orang lebih kuat, dan saya berharap itulah yang akan terjadi,” tuturnya.

Wout Van Aert (Jumbo-Visma) dan Peter Sagan (Bora-Hansgrohe).

Tour de France 2019 akan dimulai pada Sabtu, 6 Juli ini di Brussels, Belgia. Lomba akan menempuh total 3.640 km, terbagi dalam 21 etape. Tujuh di antaranya adalah etape datar, plus beberapa etape “medium” menanjak. Pada etape-etape itulah persaingan Sagan, Van Aert, dan para sprinter akan terjadi! (mainsepeda)

CATATAN TAMBAHAN: Akan lebih sulit mencari Peter Sagan di tengah peloton Tour de France 2019. Untuk kali pertama sejak 2011, dia tampil tidak sebagai juara dunia atau juara nasional Slovakia. Jadi, dia akan mengenakan jersey “biasa” Bora-Hansgrohe, sama seperti rekan-rekan yang lain.

 


COMMENTS