“Nibali” Menginspirasi Dagadu Djokdja

Menggeluti dunia kreatif, Ahmad Noor Arief dituntut untuk terus mencari inspirasi. Maklum, Arief, sapaan akrabnya adalah bos Dagadu Djokdja. Produsen apparel terutama kaus yang banyak bermain kata-kata asal Yogyakarta. “Salah satu cara saya mencari inspirasi kata-kata menggelitik adalah dengan bersepeda,” tukasnya.

Menurut Arief dengan bersepeda, dirinya bisa mengamati suatu daerah dengan lebih detil. Berbeda jika dilewati dengan kendaraan bermotor yang mempunyai kecepatan tinggi.

Pernah, di pagi hari, saat Arief menggowes sepeda lipat Dahon Speed P8 warna hijau, dirinya menemui kerumunan masyarakat di sebuah sudut jalan. Ternyata di sana ada penjual makanan tradisional yang sangat terkenal. “Pasti terlewat apabila saya menggunakan motor atau mobil,” yakinnya.

Setelah tanya sana-sini, penjual makanan itu sudah berjualan puluhan tahun di situ dan Arief baru menyadarinya setelah dilewati dengan sepeda. “Dari situ saya tercetus ide membuat desain kaus Dagadu yang mengangkat tema kuliner tradisional. Dan Alhamdulillah laku diterima masyarakat,” tuturnya bangga.

Hobi yang ditekuni sejak akhir 1980-an ini memang membuat Arief keranjingan. Menurutnya, dengan bersepeda, dirinya juga bisa bersosialisasi bertemu banyak orang. “Di tengah perjalanan bersepeda, saya bisa tiba-tiba berbelok dan berhenti untuk sekedar bercakap-cakap dengan siapapun,” tukasnya.

Awalnya, tahun 1989, Arief menggunakan sepeda Federal yang dicatnya warna ngejreng. Lantas bersepeda mountain bike. Saat itu menggunakan merek Whyte dan BH Expert.

Tapi mengikuti perkembangan jaman, sejak enam tahun terakhir, Arief menggunakan road bike. Road bike pertamanya adalah Cervelo yang juga sudah dicat total agar lebih keren.

Saat ini sepeda kesayangannya adalah Specialized S-Works SL4 Nibali Edition. Arief mengaku sepeda ini kurang pas sizenya. Tetapi karena terlanjur cinta dengan desain grafis dan warna serta bentuknya, jadi tetap dibelinya dari teman. “Sedang mencari-cari sepeda lain yang sizenya lebih cocok untuk saya karena inseam saya pendek,” bilang warga kawasan Kota Gede, Jogjakarta.

Selain Tarmac SL4 Nibali itu, Arief juga memiliki frame set Cannondale CAAD5 aluminium. Rencana mau dibangun lagi karena Arief ingin memiliki sepeda klasik. Selain gowes dengan komunitas JRCC (Jogja Road Cycling Community), Arief selalu gowes berdua dengan sang istri, Erlina Hidayati.

Mayoritas di akhir pekan, keduanya pasti menyusuri rute Kaliurang, Candi Borobudur, Imogiri Bantul atau ke pantai di daerah selatan Jogjakarta. “Jika malas saya tidak kambuh, hari Rabu dan Jumat saya juga gowes,” ujar pria kelahiran 8 Januari ini lantas tertawa.

Beberapa even lokal di Jogjakartapun tak pernah dilewatkan oleh Arief bersama sang istri. Sebut saja Tour de Ambarukkmo, Le Tour de Jogja, dan Tour de Prambanan semuanya sudah ditaklukkan ayah empat anak ini. “Semuanya berjarak 100-140 km,” bangga pemilik city bike merek Swobo ini.

Destinasi bersepeda paling favorit? “Lombok!” seru keduanya kompak. Menurut mereka, pemandangannya spektakuler, jalannya mulus, dan masih sepi kendaraan.

Orientasi bersepedanya saat ini bertambah. Tidak lagi sebagai relaksasi dan sosialisasi, juga menjaga kebugaran. “Maklum usia tidak bisa menipu. Sudah kepala lima. Jadi kesehatan harus terus dijaga,” bilangnya.

Arief juga tidak pernah ngoyo saat gowes. Tidak perlu balapan dengan cyclist yang lebih muda. “Beda level percuma juga dikejar. Saya bersepeda sesuai dengan kemampuan saja,” imbuh Arief.

Satu trik Arief yang manjur kala dirinya capek gowes apalagi gowes menanjak. Berhenti lalu foto-foto pemandangan! Itulah cara jitu sekaligus alasannya untuk rehat.

Setiap ada perjalanan dinas atau acara keluarga keluar kota, Arief selalu menenteng sepedanya. “Paling sering jalan-jalan adalah Dahon karena sepeda lipat jadi praktis bawanya,” bilang Arief yang mengaku “sakau” jika seminggu tidak bersepeda.

Arief tidak ingin bersepeda ini jadi kepentingan egois. Jadi saat ini dirinya berkontribusi menjadi Ketua Umum Pengkot ISSI Kota Yogyakarta. “Saya ingin membawa pesan bahwa selain sebagai hobi, sepeda juga dapat mengantarkan anak muda untuk menjadi atlet profesional yang bisa minimal mengharumkan nama Yogyakarta,” tutupnya. (dewo pratomo)

 


COMMENTS