Solo Cycling Community, Antara “Gorengan” dan Dua Misi Wali Kota

Bambang Ariawan, alm Hengky, dan Sutanto selalu gowes bersama. Tidak hanya seputaran Solo, tapi juga hingga keluar kota. Hobi gowes memang menyatukan mereka.

Alhasil, tahun 2010, beberapa kawan mulai serius bersepeda bersama mereka. Akhirnya hobi ini dibuat jadi lebih serius. Misinya ingin menggalakkan olahraga sepeda. Untuk itu dibentuklah sebuah komunitas. “Mudah diingat dan bersifat universal, namanya Solo Cycling Community,” tutur Bambang Ariawan yang akrab disapa Bams Ariawan ini.

Dengan anggota hanya sekitar 15 cyclist, mereka terus konsisten membawa nama Solo Cycling Community (SCC). Lambat laun, anggotanya bertambah. Hari ini, anggota SCC sudah mencapai 150 cyclist.

Mereka memiliki jadwal gowes rutin setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Hari-hari itu berbeda rute. Untuk Selasa, berkumpul di SPBU Kadilangu dengan rute Musuk Boyolali. “Sekitar 75 km pergi pulang,” tutur Bams yang menjabat sebagai Sekjen SCC.

Untuk Kamis, titik kumpul pindah ke Asmi Jurug dan menjalani rute Pendem Karangpandan sejauh 84 km pergi pulang. Lantas, Sabtu, SCC rutin kumpul di Asmi dan gowes menuju Tawangmangu sejauh 95 km.

Cyclist yang tergabung dalam SCC kian banyak, dan beberapa anggota SCC yang memiliki ketertarikan yang sama berkumpul membentuk klub sendiri. “Tetapi mereka masih tetap berafiliasi ke SCC. Jadi akhirnya SCC ini menaungi dan membina klub kecil-kecil se-Solo raya,” tutur Bams.

Sebut aja klub Happy Monday, Gelora, Cleponers, RBCS, SOB, MCC, Jamboel, dan KCC. Semuanya bernaung di bawah SCC. Di dalam SCC ini tidak ada yang diistimewakan.

“Semakin beragam anggota SCC dan semakin banyak klub yang berada di bawah SCC maka kita tidak membedakan SARA, usia, jenis dan merek sepeda. Pokoknya semua bersatu dan bersepeda bersama,” tekad Bams.

Happy Monday Solo.

Meskipun begitu, bully membully masih tetap berjalan. Untuk menambah keseruan sebuah komunitas. Sepulang dari rute berat seperti Tawangmangu atau Cemoro Sewu akan banyak cerita-cerita berbau membully.

“Biasanya anggota akan dibully jika ketahuan loading atau lagi nuntun. Akan jadi bulan-bulanan di grup Whatsapp. Biasanya diejek ‘sepeda belum bener’ atau ‘sepeda begege’ alias sepeda tidak mau jalan,” tutur Bams lantas tertawa.

Di luar beragamnya klub itu, di SCC ada juga istilah “Gorengan”. Istilah ini dicetuskan oleh Sigit Pamungkas tahun 2012 lalu. Mereka adalah sekelompok cyclist yang ekstrem dan militan serta brilian. Mereka sangat suka berkompetisi secara internal.

Di dalam “Gorengan” ini terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Ubur-ubur yakni mereka yang gemuk dan tidak punya semangat kompetisi. Yang penting gowes.

Lalu ada kelompok 250 cc, mereka ini bukan kelompok kompetitif. Biasa diisi oleh cyclist yang jarang latihan dan kurang komitmen.

Berikutnya, ada kelompok 500 cc. Nah, ini yang paling ramai karena paling kompetitif. Banyak sekali anggotanya dan diisi oleh bos-bos yang mengganggur dan disinilah mereka bisa memberikan eksistensi dirinya bahwa bisa mengalahkan rekannya secara jantan di atas sepeda.

Di kelompok 500 cc ini hampir tiap hari ramai dengan caci maki dan bullying. Terakhir, ada kelompok 1000 cc. ini adalah para atlet dan penghobi yang sudah selevel dengan atlet.

Di kelas 500 cc, ada perseteruan abadi antara Sigit dan Veve. Keduanya tidak pernah mau mengalah. Mungkin dari 100 kali balapan, Veve hanya bisa 3 kali mengalahkan Sigit, tapi Veve sangat bangga dan dengan sombongnya mengintimidasi Sigit.

Alhasil, kelompok pendukung Sigit akan membully Veve dengan masif. “Saya tidak peduli meskipun dibully. Buat saya pokoknya never give up!” tukas Veve.

Meskipun SCC memiliki beberapa klub yang dinaungi, tetapi menjalin silahturahmi dengan komunitas lain harus tetap jalan. Biasanya sekali dalam sebulan akan ada ride bersama demi menjalan kebersamaan sesama goweser Solo.

Turing keluar kota jadi agenda wajib dalam menjalin silahturahmi ini. Dengan tujuan Pacitan, Ponorogo, atau Klangon.

SCC ini dianggap sebagai komunitas sepeda yang paling eksis dan senior di Solo. Jadi tidak salah apabila Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo mengundang SCC untuk mempromosikan Solo dengan sepeda bulan Agustus 2017 silam.

F.X. Hadi Rudyatmo (helm putih).

Sekaligus Wali Kota ingin SCC terus mengampanyekan hidup sehat dengan bersepeda. “Dua agenda utama itu yang jadi pokok bahasan Wali Kota. Dan SCC siap mengemban misi mulia demi kota tercinta kami,” tutur Bams. Sejak itu, SCC mempunyai tagline “The Beauty of Solo through Cycling and Friendship.” (mainsepeda)

 


COMMENTS