Tambahan Tenaga dari Cyclist Kram dan Fotografer

Ir. Dian Rachmawan, MSc serius gowes menggunakan road bike sejak Januari 2018 dan dia selalu mencari tantangan baru. “Tahun lalu saya sudah ikut even Bromo KOM Challenge menggunakan sepeda Pinarello Dogma F10 dan bisa lulus sebelum cut off time,” bangga pria kelahiran 14 Mei 1964.

Ingin mengulang kesuksesan, Direktur Enterprise Business PT. Telkom, Tbk, langsung mendaftarkan diri begitu pendaftaran Bromo KOM Challenge 2019 dibuka bulan November silam.

Apalagi Bromo KOM Challenge yang digelar tanggal 16 Maret ini berbeda menu. Tahun ini dibikin lebih panjang, start dari Surabaya jadi nambah 60 km. Bermodal Cervelo R5, Dian mempersiapkan diri sebaik mungkin. “Bisa muter- muter rute dalkot bersama Milagro atau ke KM0 Sentul bersama TelkomHub Road Cyclist,” bilangnya.  

Dian Rachmawan (1547).

Saat even berlangsung, kolektor Brompton dan road bike ini merasa tersiksa. “Cuaca panas banget jadi saya kehabisan tenaga di awal-awal menanjak,” tukasnya. Alhasil, beberapa kali pria kelahiran 1964 ini harus stop dan lakukan stretching agar kaki dan badan tidak kram.

Dian mempunyai cara paling ampuh untuk memotivasi dirinya sendiri agar bisa finis. “Saking banyaknya peserta, menanjak sejak dari Pasrepan saya tidak pernah sendirian. Dan ketika saya melihat peserta kram dan bergelimpangan di pinggir jalan lengkap dengan berbagai macam obat gosok, itu adalah tambahan tenaga saya untuk mencapai finis,” tuturnya. Dian percaya diri bahwa dirinya lebih kuat daripada cyclist yang kram itu.

Menjelang finis, dirinya mengaku sudah “habis” dan terbesit untuk loading. “Saya akhirnya menemukan cara, apabila kaki kram maka harus tetap diputar dengan cadence yang tinggi, jangan dipower. Nanti kram akan hilang sendiri,” bilangnya memberi sedikit tips.

Sayangnya, meskipun Dian lulus mencapai Wonokitri, Bromo tapi sudah diluar cut off time. “Panitia sangat ketat. Time limit sudah menjadi jam 13.30 tapi masih saja saya belum lolos. Jadi pulang belum bawa medali tapi bawa kebanggaan bahwa saya sudah dua kali gowes menanjak 2.000 meter menuju Wonokitri, Bromo,” ujar Dian bangga.

Cerita senada diungkapkan juga oleh Kokok Susanto, Direktur Utama PT. Pelindo Energi Logistik. Menurutnya, gowes menanjak ke Wonokitri, Bromo ini memiliki cerita yang berbeda setiap menjalaninya.

“Penderitaannya tidak sama setiap saya gowes ke Wonokitri, Bromo. Tahun ini keenam kalinya saya ikut even menanjak ke Bromo ini. Edisi tahun ini penderitaannya adalah kepanasan banget. Ini terpanas sejak tahun 2014,” keluhnya.

Kokok Susanto.

Kokok mengaku harus berperang dengan dirinya sendiri. “Ini bukan sekedar gowes tapi ini bicara mental kejujuran. Banyak ojek yang menawari untuk dorong bahkan loading. Semua saya tolak!” bangganya.

Akhirnya saya bersama dokter Therry bisa menyelesaikan Bromo KOM Challenge ini dengan strong. Di tanjakan menjelang finis ada Dewo Pratomo dan Darius, dua fotografer cycling yang ngetop itu. “Itulah energi tambahan buat saya, biar capek tapi kalo difoto harus terlihat cool!” tutupnya lantas tertawa. (mainsepeda)

 

 

 

 

 

 


COMMENTS