Pintu Misterius Hingga Pesta Durian

Banyak cerita menarik selama empat hari training camp di Cameron Highlands, Malaysia 14-17 Februari ini. Tulisan sebelumnya adalah cerita dari cyclist perempuan. Kali ini, cerita dari cyclist pria. Agak berbeda karena ada adrenalin keseruan “menangkap” Ocha yang kabur duluan dan akhirnya terkewer-kewer. Selain itu, ada juga sedikit bumbu balapan agar "ada cerita" di hari itu.

Tak sekedar bersepeda, selama training camp 4 hari 3 malam, para cyclist ini berpesta durian. Yang kebetulan lagi musim di Malaysia. (mainsepeda)

Mochamad Amdani (SUB Jersey Surabaya)

Saya tidak bisa melupakan momen “ditangkap” peloton waktu hari kedua itu. Sejak start, saya mencoba kabur bersama peloton John Boemihardjo. Tapi akhirnya saya terkewer-kewer karena saya belum kuat.

Lalu datanglah peloton tengah yang konstan mengejar dan akhirnya menangkap saya. Tapi karena saya sudah terlalu habis di awal, mengikuti peloton keduapun saya sudah tidak mampu lagi.

Paling indah adalah gowes hari ketiga dari Simpang Pulai menuju Tanah Rata melalui Brinchang. Pemandangannya bagus banget, hawanya juga kian dingin karena menuju titik 1.500 meter di atas permukaan laut.

Meskipun saya sudah gowes lebih dari 10 tahun, tapi dalam empat hari ini saya banyak belajar lebih serius tentang olahraga yang saya cintai ini. Saya harus perhatikan menejemen waktu, pola makan, pola istirahat, dan lainnya.

Thie Hong Peng (UNCC Surabaya)

Hanya bisa geleng-geleng kepala. Saya tidak pernah gowes sejauh ini, selama ini dan setinggi ini. Dan ternyata saya bisa menyelesaikan dengan strong. Empat hari gowes 270an km dan setinggi hampir 6.000 meter.

Sepulang dari Malaysia ini, saya lebih pede gowes kemana aja, nih! Itulah pelajaran yang didapatkan dari training camp.

Buat saya, training camp ini juga sebagai ajang hiburan. Bisa ketawa dan makan dan gowes bersama teman merupakan momen berharga. Pastinya, bagian paling seru setiap malam kami pesta durian. Itu yang keren!

Edi Wibowo Ambari (MeDYC Semarang)

Gowes itu menyenangkan karena bisa melepaskan atribut kita. Itulah yang dirasakan oleh dokter Edi. Tapi saya akhirnya harus mengeluarkan keahlian sebagai dokter kala Celine Cecilia kolaps dan membutuhkan pertolongan pertama.        

Saya jadi berterima kasih ke Celine karena saya tidak perlu merasakan “siksaan” hari ketiga dari Simpang Pulai ke Tanah Rata itu. Hehehe… Tapi ini adalah hutang yang harus saya bayar tahun depan!

Meskipun tahun lalu saya sudah pernah ikut, tapi saya rasakan kekeluargaannya lebih kompak tahun ini. Mungkin karena pesertanya lebih sedikit.

Saya tidak pasang target apapun, apalagi target mau mengalahkan siapa saat di Malaysia. Saya hanya ingin menyelesaikan semua rute dengan baik dan strong.

Uniknya, kamar mandi saya di Hotel Heritage bisa mengunci sendiri padahal tidak ada orang di dalam! Saya panggil housekeeping hotel dan tak lama setelah dibetulkan, eh, pintu mengunci sendiri lagi. Ada mistisnya, nih! Hehehe…

Fuad Supriyadi Soemedi (Jakarta)

Aduh… Hari pertama di training camp ini sesuatu banget buat saya! Pertama, harus merakit sepeda di siang bolong di kantor operasional jalan tol, panasnya membuat keringat bercucuran seperti mandi. Padahal ini belum gowes.

Setelah itu, belum ada pemanasan apapun, langsung harus gowes 60 km menanjak menuju hotel Heritage di kawasan Tanah Rata.

Belum puas “digoda” sindrom hari pertama, makan malam saya salah pesan! Saya dan dokter Edi saling melempar pandang ini makanan apa.

Niatnya pesan steam boat seperti yang dipesan teman-teman di meja sebelah. Tapi karena kita tidak paham, asal tunjuk aja melalui buku menu. Akhirnya keluar makanan khusus tahun baru imlek. Kita ketawa terus, perut udah lapar eh makanan salah pesan!

Saya sudah dua kali mengikuti training camp ini, dan dua kali ini pula saya mengalami trouble sepeda. Tahun ini, rantai putus dan oversize pulley saya patah. Jadi harus loading.

Hari kedua saya sangat kepanasan dan dehidrasi. Untung ada Ocha yang rela membagi seteguk air minum dari bidonnya. Karena air bidon dia juga sudah menipis.

I Putu Gede Yoga Adi Wijaya (Bali)

Seeeruuu dan kaget! Saat saya disalip Arie sesaat sebelum mencapai pom bensin Shell di Ringlet. Saya sudah lemas karena kehabisan air dan cuaca sangat panas. Saya sangat terhibur dengan cerita-cerita lucu teman-teman goweser lain.

Kali ini, banyak peserta wanitanya dan mereka menginspirasi saya. Meskipun mereka perempuan tapi mereka tangguh. Tidak manja loading dan terus push to the limit.

Secara keseluruhan, sudah dua kali saya ikut training camp ini dan semakin saya dapat banyak pelajaran. Sekaligus bisa refreshing jalan-jalan gowes di tempat yang baru.

Beberapa kali saya dan teman-teman harus naik mobil turun dari hotel menuju titik start. Ternyata jalan turun itu berkelok-kelok dan panjang (ini harus kita naiki dengan bersepeda!). Hal ini membuat kita mabuk darat.         

Untung di mobil van  ada dua dokter, yaitu Edi dan Fuad. Sehingga mereka sudah siap sedia dengan obat yang bisa mencegah muntah. Dan mereka memberi pengarahan apa yang harus dilakukan agar tidak muntah. Dapat ilmu baru. Hehehe…

Arie Rafindo (Surabaya)

Tahun ini sangat perfect, cuaca mendukung. Tidak hujan sama sekali. Meskipun ada saat yang sangat panas. Tapi lebih baik panas daripada kehujanan.

Apalagi hari terakhir, saat gowes ke BOH Tea itu sangat keren. Tiga kali saya ikut, semuanya ada hujan dan tidak bisa gowes ke perkebunan teh BOH Tea itu.

Saya tidak pernah absen ikut training camp ini karena saya perlu latihan yang efektif dan efisien. Itu yang saya dapatkan dari mengikuti Malaysia Training Camp ini.

Saling adu kekuatan, saling membully, dan makan durian bersama itu sesuatu masa yang sangat berharga untuk saya. Di sinilah letak fun itu.

Tatang Martha Dinata (Surabaya)

Hari kedua gowes dengan rute Sungai Koyan ke Tanah Rata sejauh 90 km dengan konstan menanjak gradient 3-5 persen membuat jantung saya serasa mau copot.

Saat itu, sendi rasanya sakit semua. Tapi bukan sendi tulang-tulang, sendi-rian karena ditinggal oleh teman-teman jauh di depan semua. Malam harinya, saya seperti kalap. Saya dan istri, Isna Iskan pesan steam boat. Dan kita habiskan dengan cepat saking laparnya.

Agus Mardi Santoso (Surabaya)

Saya setuju dengan ungkapan yang diceritakan oleh “Kepala Sekolah” AA SoS, Azrul Ananda. Gowes itu nikmat, pemandangan itu bagus, yang bikin jadi tidak nikmat lagi itu teman-temannya!

Dan itu saya rasakan sendiri. Hari pertama, rute dari Tapah menuju Tanah Rata melewati air terjun Lata Iskandar. Saya berusaha mengikuti John sejak dari Tapah hingga air terjun. Hasilnya? Saya tidak bisa menikmati apapun! Pemandangan tidak bisa lihat karena bingung bernafas.

Selepas air terjun, gowes dilanjutkan climbing menuju Tanah Rata dan saya mengundurkan diri. Memilih mengikuti peloton yang berisi ladies. Dan benar, saya bisa menikmati pemandangan sekitar. Hehehe…

Sebagai “manusia laut” saya paling tidak bisa terkena hawa dingin. Cuaca saat training camp selama empat hari ini sangat bersahabat. Dingin tapi tidak menggigit dan tidak hujan!

Jimmy "Ajie" Chandra Pangalila (Greenfly Jakarta)

Tahun lalu saya sudah ikut training camp ini dan saya merasakan banyak manfaatnya. Meskipun tahun lalu saya dapat topi merah sebagai penanda finisher terakhir, tapi tahun ini saya bangga bisa mengikuti peloton depan. Rasa kekeluargaan sangat saya rasakan dalam empat hari ini. Semuanya bergurau terus tanpa ada sakit hati. 

Sayang, saya harus off di hari ketiga dan keempat karena terjatuh saat balik ke hotel di hari kedua. Padahal rute Simpang Pulai - Tanah Rata di hari ketiga itu adalah favorit saya. Ada rollingnya jadi bisa istirahat. Untung tahun lalu saya sudah merasakan rute ini meskipun hanya setengah jalan dari tulisan raksasa Selamat Datang Cameron Highlands menuju Tanah Rata.

Foto : Dewo Pratomo dan Dedi Kristanto

 


COMMENTS