Bluefire Ijen KOM 2025: Cyclist Asing Terpukau Erek-erek, Merindukan Dholo

Mainsepeda Trilogy 2025 begitu menyisakan kesan mendalam bagi cyclist asal Filipina, John Anthony Almadin. Ia berkunjung ke Indonesia untuk menjajal tiga seri balapan nanjak itu. Awalnya terpaksa karena diminta menemani rekannya, tapi akhirnya jatuh cinta.

John mengaku takjub dengan rute-rute menanjak di Indonesia. Sangat bervariatif dan tidak pernah ia temui di Singapura, tempat tinggalnya saat ini. Walaupun perjalanannya memakan waktu yang sangat lama dan melelahkan, dia merasa sepadan dengan pengalaman yang didapatkan. 

"Ini menyenangkan, khususnya di Banyuwangi. Perjalanan yang sangat pantas, saya naik kendaraan delapan jam dari Surabaya setelah sebelumnya terbang dari Singapura," kata cyclist 32 tahun itu.

Baca Juga: Bluefire Ijen KOM 2025: Banyuwangi Itu Asyik untuk Bersepeda

Salah satu yang membuatnya takjub di Banyuwangi adalah segmen kemiringan 34 persen di Erek-erek. "Saya tidak berpikir tentang itu sebelumnya, dan 34 persen itu sangat sulit digambarkan. Yang pasti saya zig-zag dan di sudut paling terjal saya tergelicir. Tapi untungnya tidak terjatuh," imbuhnya. 

Meskipun demikian, seri Trilogy yang paling diingat bagi John adalah Kediri Dholo KOM. Di sana, ia merasakan kehangatan khas masyarakat Jawa Timur yang ramah. Mereka ramai mendukungnya ketika melewati Kelok 9 dan Gigi 1. 

"Jika ingin mencoba satu seri (Mainsepeda Trilogy), saya merekomendasikan Dholo KOM. Di sana banyak orang yang menyambut, seperti pesta. Dan itu menyenangkan," tambahnya. 

Apakah ia berminat kembali ke Indonesia untuk Mainsepeda Trilogy? Jhon mengiyakan dengan lugas. Bahkan ia ingin mengajak rekan-rekannya di Singapura. 

"Saya akan membawa teman-teman saya ke sini. Saya mencoba menjelaskan pengalaman saya, tapi mungkin agak sulit membayangkan bagi mereka. Jadi saya menjelaskan di Dholo ada tanjakan 24 persen seperti di Singapura. Bedanya di Singapura hanya 50 meter, sedangkan di Dholo bisa mencapai 2 Km. Bisa dibayangkan perbedaannya," jelasnya. 

Di sisi lain, Jeffrey Peter Payne, cyclist asal Selandia Baru telah dua kali mengikuti Mainsepeda Trilogy. Tapi tahun ini, perjalanannya begitu berkesan. Hal ini karena ia akhirnya sanggup membalas kekalahannya dari Sadiman di kelas Men Age 55-59. 

Jeffrey adalah juara umum Mainsepeda Trilogy tahun lalu. Tapi dominasinya terganggu karena hadirnya Sadiman yang naik kelas. Ia dikalahkan oleh Sadiman di Bromo KOM dan Kediri Dholo KOM. 

Baca Juga: Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025: Lanterne Rouge Milik Para Ultra-Cyclist

"Saya membuat Sadiman kalah hari ini. Hari ini saya balas dendam. Saya kalah di Bromo hanya setengah ban, di Dholo jaraknya cukup. Tapi hari ini saya mengalahkannya," kata Jeffrey dengan mata berbinar. 

"Ini adalah kompetisi yang baik dan saya sangat menikmatinya. Saya mungkin akan datang tahun depan."

Tak lupa, cyclist 56 tahun itu juga turut memberikan pujian kepada Mainsepeda atas penyelenggaraan Trilogy yang berjalan baik. "Seperti biasa event ini terogranisir dengan baik. Dan saya memberikan apresiasi yang besar kepada Mainsepeda karena semua berjalan baik," tutupnya. (Mainsepeda)


COMMENTS