Wajah sumringah ditunjukkan Nesia Ade Tantia. Ada perasaan bangga yang terpancar darinya. Ketika cyclist berusia 31 tahun ini hadir pada pengambilan race pack Kediri Dholo 2025 di gedung Bhagawanta Bhari, Kabupaten Kediri, Sabtu, 19 Juli 2025. 

Nesia lahir dan dibesarkan di Kediri. Namun sejak tahun 2018 lalu dia meninggalkan kota kelahirannya, mengikuti sang suami berdomisili di Bandung. Dia juga baru setahun terakhir ini aktif gowes.

Kebiasaan baru Nesia untuk bersepeda pun bermula atas paksaan suaminya, Faisal Tri Sasongko. Alasannya agar Nesia memiliki hobi. Awalnya mereka mencoba olahraga lari, voli, hingga akhirnya Nesia memutuskan untuk bersepeda. Kediri Dholo KOM 2025 ini jadi ajang tanjakan pertama baginya. Dan yang lebih membanggakan baginya, dia melakoni debut di kampung halamannya sendiri.

"Saya dapat informasi kalau di kampung kelahiran saya ada event ini (Kediri Dholo KOM) justru dari teman-teman komunitas yang ikut Selasakahiji. Sebagai cyclist asli Kediri, bangga banget tentunya. Ternyata di Kediri ada event sepeda bergengsi seperti ini," kata Nesia. 

"Waktu pendaftaran Kediri Dholo KOM, suami maksa saya ikut itu. Apalagi ini di Kediri, kampung halaman kami. Sayangnya suami nggak bisa ikut, soalnya habis operasi. Doain saya bisa bareng suami ikut (Kediri Dholo KOM) tahun depan," harapnya.

Sebagai rangkaian dari Mainsepeda Trilogy, Kediri Dholo KOM memiliki keunikan dibandingkan tanjakan-tanjakan lainnya di Indonesia. Jalur berliku mirip Lombard Street di San Fransisco, yakni tanjakan Kelok 9 sangatlah estetik sekaligus menantang. Hal itu pula yang membuat sejumlah cyclist tertarik mengikutinya. Salah satunya Greita Anggraeni, cyclist asal Jakarta yang saat ini berdomisili di Singapura. Ia tahu perjalanannya akan berjalan seru. Oleh karena itu, ia meracuni teman dekat alias bestie-nya, Dian Permata Sari. 

Greita Anggraini (Kiri) meracuni bestie-nya Dian Permata Sari untuk menjajal Kediri Dholo KOM 2025.

"Saya dengar dari omongan beberapa anggota komunitas sepeda di Singapura, soal event-event tanjakan di Indonesia yang menantang, khususnya di Jawa Timur. Saya dan komunitas rutin gowes di Singapura, tapi tidak ada rute tanjakan (gunung) di sana. Ada juga hanya flyover," candanya. 

Hal ini juga jadi pengalaman pertama bagi Dian. Tak sekalipun ia, mengeksplor rute menanjak di Jawa Timur. "Pertama kali ke Jawa Timur, pertama kali juga ke Kediri karena ini diajakin Gege (sapaan Greita)," ucap Dian. 

Kediri Dholo KOM 2025 merupakan seri kedua dari rangkaian Mainsepeda Trilogy. Event pertama telah berakhir pada pertengahan Mei lalu usai digelarnya Antangin Bromo KOM 2025. Sedangkan, seri penutupan (ketiga), yakni Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025 rencananya akan digelar 27 September mendatang. 

Kediri Dholo KOM 2025 akan start hari Minggu pagi pukul 05.45 WIB dari Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Titik finishnya berada di Jembatan Jomblo, sebelum Air Terjun Dholo, dengan Cut Off Time (COT) pada 13.30 WIB. (Mainsepeda)

Populer

Dari Kalimantan, Misdar Tempuh Perjalanan 26 Jam Demi Malang Century Journey 2025
Daftar East Java Journey Lagi, Penasaran Rute dan Kejutan Baru dari Mainsepeda
Hasil Lengkap Podium Semeru Criterium 2025: Peserta Berharap Jadi Agenda Rutin
Unity Ride For Education, Gowes Sepeda Lipat Jakarta-Lombok Untuk Galang Dana
UCI World Championship 2025: Pogacar Back to Back Juara Dunia Road Race
Maghfirotika Tiga Kali Beruntun Juara Umum Women Elite Mainsepeda Trilogy
Malang Century Journey 2025 - Bukan 100 Kilometer!
Dirtyland, Gravel Race Pertama di Indonesia Tuntas Digelar!
Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025: Rileks di De Djawatan, Recovery Ride Bareng BRCC
Tak Sekadar Bluefire, Ijen Punya Scenic hingga Eco Resort yang Menawan