Trik Sepeda Unbound Gravel 2025: Ban Makin Lebar, Eksperimen Dua Pentil

Unbound Gravel (dulunya Dirty Kanza) merupakan event gravel terbesar di dunia, setiap tahun diikuti sekitar 4.000 peserta di berbagai kategori. Mulai yang utama 200 mil, lalu 100 mil, 50 mil, 25 mil, dan kategori XL (350 mil). Makin lama, kualitas peserta makin menggila. Begitu pula dengan setelan-setelan sepedanya.

Unbound 2025 baru berakhir Sabtu, 31 Mei lalu. Banyak rekor terpecahkan. Khususnya kategori utama. Cameron Jones meraih gelar Men Elite 200 mil, menuntaskan rute 327 km dalam waktu hanya 8 jam dan 37 menit! Kecepatan rata-ratanya 37,8 km/jam!

Dari edisi 2025 ini, kita juga jadi belajar banyak tentang arah setelan sepeda gravel racing. Makin lama makin ekstrem. Di satu sisi harus menaklukkan medan berbatu tajam (flint rock) yang superpanjang, di sisi lain harus mengedepankan aerodinamika karena banyaknya bagian-bagian lurus panjang.

Berikut beberapa tren setelan yang menonjol:

Ban Superlebar

Hanya 3-4 tahun lalu, hampir semua jagoan Unbound menggunakan ban gravel dengan lebar 40 mm. Itu pun dengan karakter cepat. Ban-ban andalan adalah yang memiliki bagian tengah relatif halus/slick/minim pola, tapi bagian sampingnya lebih bergerigi. Tujuannya supaya tetap bisa melaju kencang di bagian-bagian lurus panjang, tapi tetap menggigit dan aman di tikungan-tikungan tajam. Kalau pun melebar, paling menjadi 42 mm.

Sekarang, hampir semua menggunakan ban dengan lebar 45 mm atau lebih. Bahkan banyak yang memaksakan ban-ban MTB 29er, yang lebarnya 50-52 mm. Bahkan sampai 60 mm!

Ban super lebar dengan ukuran 60 mm yang digunakan cyclist Belanda, Jasper Ockeloen.

Secara resmi, mayoritas sepeda gravel racing menyatakan lebar maksimal yang bisa dipasangkan adalah 45 mm. Namun, pada praktiknya, bisa dipasangi ban-ban lebih lebar.

Bukan hanya superlebar, ban-ban Unbound juga makin "MTB". Dengan tread (pola gerigi) yang lebih besar dan dalam. Nyatanya, tetap mampu pecahkan rekor waktu!

 

Chainring ala Road

Beda banget setelan gearing para pembalap elite dengan peserta "umum". Bagi kebanyakan peserta, pilihan grupset gravel dengan gearing "aman" adalah yang utama. Misalnya, memakai single chainring (1x) kisaran 40-42t dengan kombinasi gir belakang besar (sampai 52t). 

Demi mendapatkan top speed, pembalap pro memilih crankset mirip road race.

Tapi bagi yang profesional, pilihan gearing-nya makin mirip road race. Depannya memakai crankset 2x normal road, atau kalau memakai 1x tetap memakai chainring ukuran besar (48-52t). Alasannya, mereka butuh top speed tinggi kalau harus adu sprint menuju finish!

 

Handlebar Makin Aero

Trend baru di kalangan pembalap Elite membuat handlebar se-aero mungkin.

Di Unbound, ada beda aturan antara pembalap Elite dengan peserta umum. Kalau Elite dilarang memakai aerobar, sedangkan yang umum bebas memasang handlebar model apa saja. Dengan larangan itu, maka para pembalap profesional pun memasang handlebar dengan desain se-aero mungkin. Caranya, dengan bentuk yang pipih, lebar seminimal mungkin (36-38 cm), dan memasangnya serendah mungkin. Supaya tidak licin saat di jalanan kasar (dan mungkin basah), bagian atas handlebar ditempeli grip tape (selotip perekat).

 

Lupakan Tas-Tas Kecil

Kita terbiasa menaruh ban dalam cadangan dan berbagai tool di dalam tas-tas kecil. Baik itu di sadel, top tube, atau di frame bag. Nah, di Unbound, para pembalap tidak ingin kehilangan waktu melepas tas dan mengambil barang. Apalagi harus memasang lagi tas tersebut setelah pemakaian. Karena itu, mereka memilih mengikat berbagai kebutuhan itu pada frame langsung. Misalnya dengan selotip, zip tie, atau velcro.

Co2 inflator yang diselotip di frame untuk mengurangi penggunaan tas-tas kecil. 

Contoh barang-barang yang ditempel langsung ke frame: Ban dalam, tambalan ban tubeless, cukit ban, Co2 inflator, cukit lumpur.

 

Innovasi Komponen dan Aksesori

Setiap tahun, selalu ada peserta baru dengan komponen atau aksesori "eksperimental". Tahun ini, salah satu yang paling unik adalah milik Keegan Swenson, salah satu unggulan juara. 

Dia muncul dengan wheelset yang unik. Kalau dilihat, ada dua valve (pentil) pada setiap rodanya! Usut punya usut, ini salah satu upayanya untuk mengurangi waktu perbaikan ketika mengalami ban bocor. 

Wheelset dengan dua pentil jadi terobosan Keegan Swenson di Unbond Gravel tahun ini.

Bannya tetap disetel tubeless. Kalau lubang bocornya terlalu besar dan tidak bisa diatasi oleh cairan tubeless, maka Swenson tidak perlu pusing memasan ban dalam. Karena ban dalam sudah terpasang di dalamnya dalam kondisi kempes! Kalau memang harus pakai ban dalam, maka dia tinggal memompanya lewat pentil ban dalam.

Swenson mengaku melubangi sendiri rimnya untuk mengakomodasi ban dalam dan lubang pentil tambahan tersebut.

Ada-ada saja! Tapi Anda pengin mencoba? (mainsepeda)

 


COMMENTS