Kolom Sehat: Awas Kawasan Kemalangan

Judul tulisan seperti di atas ini saya kira papan pemberitahuan yang salah tulis. Tapi setelah berulang-ulang saya melihatnya, saya baru sadar kalau saya yang roaming.

Ya, Minggu lalu saya berada di Negeri Jiran. Negerinya Upin-Ipin, Malaysia. Saya bersama 24 cyclist -seingat saya- bersepeda di sana dengan judul Malaysian Training Camp 2024. Seperti sudah saya singgung di tulisan minggu lalu (Baca: Kolom Sehat dari Negeri Jiran).

Waktu minggu saya menulis, saya baru melalui satu rute dan masih aman. Dan tanda awas kemalangan ini belum begitu saya perhatikan karena kecepatan saya masih cukup lumayan banter (cepat). Tapi di akhir hari kedua dan seterusnya, hal itu semakin memudar. Itu karena climbing section sudah dimulai.

Walaupun gradien kemiringan menuju Brincang (Cameron Highland) tidak terlalu tajam, tetapi jalan miring itu terhampar lebih dari 30 kilometer. Biasanya tanjakan di Indonesia yang biasa saya lewati hanya sekitar sepuluh sampai 30 km total. Tapi tidak di Malaysia. Rutenya hanya 100 km, tapi tanjakannya 80 km. Itu artinya porsinya besar. Wkwkwk.

Beberapa tahun yang lalu sepeda saya lebih ringan, demkian pula pengendaranya. Tahun ini sepeda saya berat, begitu pula yang menaikinya. Jadi training camp sekarang ini jelas mengajarkannya saya satu hal, yaitu saya orang yang tahan lama di atas sepeda.

Kok bisa? Ya, kalau yang lain menuntaskan training itu bisa satu jam, saya butuh dua jam. Itu kan berarti mereka tidak sabar di atas sepeda. Sedangkan saya lebih sabar. Saya bisa dua jam di sepeda, mereka tidak bisa. Wkwkwk.

Nah, ketika melewati tanjakan yang panjannngggggggg seperti Choki-Choki itu (jajanan Om saya dulu), speed saya cukup pelan untuk bisa membaca tulisan-tulisan yang ada di kiri dan kanan jalan.

Seperti yang saya ingat adalah tulisan: “Awas Jalan Berkabus". Waduh awalnya saya kira ada manusia kardus di jalan, ternyata kabus itu artinya kabut.

Ada juga tulisan "Awas Selekoh Berbahaya di Hadapan". Padahal jelas-jelas di hadapan saya cuma ada jalan kosong. Ternyata maksudnya tikungan. Atau sudut jalan yang berbahaya alias tajam.

Lalu ada tulisan seperti di atas ini: "Awas Kawasan Kemalangan". Lah kok bisa tahu ya? Jelas-jelas ini di daerah Sungai Koyan, kok Kawasan Anak Malang? Padahal yang dari Malang cuma satu cyclist. Cuma Kak Rina seorang. Ternyata maksud kemalangan itu adalah kecelakaan. Jadi kemalangan bukan juga jurusan bus.

Dalam empat hari elevasi saya sekitar 3000 lebih, yang lain mungkin lebih karena saya dapat diskon.

Di hari terakhir saya cukup beruntung diajak Om Reddy di Kuala Lumpur. Naik ke sebuah bukit di tengah kota yang. Di sana bisa foto dengan latar belakang tiga tower legend Malaysia. Twin Tower Petronas, tempatnya film Entrapment. Lalu ada stasiun TV KL Tower, dan satu lagi Menara Merdeka 118. Terakhir itu edung kedua tertinggi kedua di dunia.

Setelah membaca tulisan ini, Anda jangan tanya, "Mana oleh-olehnya?"

Sebab ketika yang lain membawa oleh-oleh di koper, oleh-oleh saya sudah numpuk di perut. Sebab saya langsung saya telen oleh-olehnya. Wkwkwk. Sekian.(Johnny Ray)


COMMENTS