Patricia, salah seorang ultra cyclist perempuan terbaik di Indonesia, akan kembali tampil di East Java Journey (EJJ) 2024. Pernah ikut Trans Nusantara yang jaraknya 4.500 km, seharusnya jarak 1.500 km di EJJ bukan tantangan yang sulit baginya. Namun, Ci Pat, demikian ia disapa, mempersiapkan diri dengan serius untuk menghadapi EJJ yang diselenggarakan pada 26 Februari-3 Maret nanti.

”Sejak Oktober lalu saya tidak banyak gowes, bisa dibilang off season, karena itu perlu latihan sungguh-sungguh agar bisa tampil baik di EJJ bulan depan,” kata Patricia.

Tahun lalu, di EJJ edisi perdana, Patricia cukup menarik perhatian. Ia menjadi perempuan yang finis pertama. Ia menjadi juara di kategori women 40 up 1.200 km. Gowes 1.200 km ternyata tidak membuatnya capek. Sehari setelah menuntaskan EJJ, dari Surabaya pulang ke rumahnya di Jakarta, ia gowes seorang diri!

Selain EJJ dan Trans Nusantara, tahun lalu Patricia ikut Silk Road Mountain Race (SRMR) di Kyrgyzstan pada bulan Agustus. Di SRMR ia bersepeda 1.900 km dengan total elevation gain mencapai 32.000 meter. Selain jauhnya rute dan tanjakan, di event itu ia harus bersepeda di tengah dingin yang pada pagi hari bisa tembus minus derajat celcius.

”Setelah gowes di Kyrgyzstan, praktis tidak banyak gowes, karena itu, perlu latihan yang baik sebelum tampil di EJJ tahun ini. Saya mengejar elevasi karena di EJJ pasti tanjakannya juga berat seperti tahun lalu,” paparnya.

Sentul dan kawasan Puncak di Bogor menjadi bidikan Patricia untuk latihan elevasi. Pada akhir pekan, saat libur kantor, ia berencana gowes dengan elevasi 2.000 meter samai 3.000 meter. Di Sentul, ia ada rute ”langganan” yang total elevation gain-nya 400 meter, sehingga harus nge-loop beberapa kali. ”Kalau di Puncak nanjak elevation gain 1.000 meter tidak perlu nge-loop. Sentul atau Puncak sama saja, yang penting target nanjak terpenuhi,” ujar perempuan yang berkarir di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu.

Patricia saat beristirahat ketika mengikuti SRMR pada Agustus tahun lalu.

Patricia merasa harus fokus latihan nanjak karena kemampuannya melibas tanjakan terasa sangat kurang. Saat bersepeda dalkot alias dalam kota, kadang ia sudah merasa berat untuk sekadar naik flyover. ”Naik di flyover Dukuh Atas (kawasan Jl. Sudirman, Jakarta) sudah protol,” serunya.

Selain latihan nanjak, Patricia sudah memiliki rencana untuk setingan sepeda saat EJJ nanti. Rencananya ia akan menggunakan ban 28 mm seperti tahun lalu. Menurutnya, ia akan ikut regulasi yang diberikan panitia dari Mainsepeda. Bahkan, sebenarnya ban 32 mm pun tidak masalah bagi dia. Ban lebih besar akan lebih stabil jika digunakan untuk turunan. (*)

Populer

Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Etape 2: Fransesco Carollo Menang Sprint, Swatt Club Merajalela!
Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Etape 1: Jeroen Meijers Mendominasi Etape Pembuka
Daftar 20 Tim Peserta Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Dari Eropa Hingga Tanah Air
Tour de France 2025: Empat Kali Juara, Pogacar Ancam Rekor Para Legenda!
Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Etape 3: Carter Bettles Taklukkan Raja Tanjakan di Final Sprint
John Boemihardjo: Sepeda Minimalis untuk London-Edinburgh-London 1.500 Km!
Preview TdBI 2025: Tanpa Etape Flat, Segmen Paving Stone, Ditutup dengan Tanjakan HC
Tour de Banyuwangi Ijen 2024, Preview Etape 3: Rute Kian Berat, Kesempatan Terakhir Para Sprinter
Kediri Dholo KOM 2025: Cyclist Otodidak Tempel Ketat Pemuncak Klasemen Men Age 30-34
Kolom Sehat: Bentang Jawa 2025 Updated, Gumitir Banyuwangi Ditutup