Andrew Mead saat melewati flyover menuju kawasan Krian, Sidoarjo, Sabtu pagi lalu.

Andrew Mead habis-habisan untuk finish strong di Journey to TGX Sabtu lalu (2/12). Pria asal Australia itu finis pada pukul 17.36. Sedang berjuang mengejar berat badan ideal, itu adalah pencapaian yang luar biasa bagi Andrew.

”Terima kasih untuk event yang luar biasa dari Mainsepeda. Saya berjuang habis-habisan untuk menyelesaikan rute 250 dari Surabaya menuju Trenggalek,” katanya seusai finis di Pendopo Kabupaten Trenggalek. ”Panas dan angin di Jalur Lintas Selatan begitu berat,” lanjutnya.

Meski berat, Andrew senang menghadapi dan melewatinya. Ia sedang bersiap menjalani event yang lebih berat Maret nanti di Australia. Dimana ia akan ikut event bersepeda 235 km, namun total elevasi mencapai 4.500 meter. Total tanjakan itu dua kali lebih berat dibandingkan Journey to TGX.

Andrew tanpa sungkan menyebut bahwa dirinya adalah peserta dengan bobot baling berat di Journey to TGX. Kini bobotnya mencapai 110 kg. Ia memburu bobot di bawah 100 kg. Sebelumnya, ia sudah turun 40 kg dalam 14 bulan terakhir.

”Saya puas bisa finis sebelum gelap. Tapi saya bertekad untuk lebih baik lagi tahun depan. Lebih banyak latihan dan menurunkan lagi berat badan. Untuk itu, saya tidak minum alkohol lagi,” ujar Andrew.

Andrew Mead ketika finis Journey to TGX, meski hari masih terang, ia tetap menyalakan lampu.

Berbeda dengan banyak peserta lain yang punya teman gowes di Journey to TGX, baik berdua atau satu grup, Andrew gowes sendiri dari Surabaya. Kalau dalam beberapa momen ia berbarengan dengan cyclist lain, itu insidentil saja. Jadi, kalau ada peserta lain bisa gentian narik, gantian di depan, Andrew benar-benar bersepeda mandiri.

Kondisi itu ada plus minusnya. Ia memang tidak bisa hemat tenaga seperti peserta dalam satu grup, yang bisa gantian narik. Positifnya, ia bisa fokus pada pace-nya sendiri. Tidak terlalu memaksakan diri mengikuti pace teman, yang jika ia tidak mampu bisa membuatnya remuk sebelum finis.

”Journey to TGX adalah sepedaan terjauh saya, sebelumnya paling jauh 208 km,” kata Andrew. ”Ternyata benar kata teman yang lebih dulu ikut, event Mainsepeda seru dan heboh,” imbuhnya.

Andrew sebenarnya berencana ikut climbing coffee ride di hari Minggu ke Dilem Wilis.  Namun, rencana itu ia urungkan karena kakinya terasa tidak mampu untuk diajak nanjak lagi. ”Sori saya tidak bisa ikut, coffee ride, kaki saya tidak mampu lagi,” akunya.

Setelah debut event Mainsepeda, Andrew sebenarnya ingin ikut event-event berikutnya, termasuk East Java Journey pada akhir Februari nanti. Namun, ia tidak bisa ikut karena sudah terlanjut daftar event sepeda di Australia. (*)

Populer

Kolom Sehat: X , Sepuluh
SRAM Red AXS 2024: Rem Game Changer, Dapat Bike Computer, Tak Perlu Upgrade Pulley
Kalender Event Mainsepeda 2024: East Java Journey Pertama, Bromo KOM X 18 Mei
Giro d'Italia 2024, Etape 12: Breakaway 126 Km, Alaphilippe Finis Solo
Cyclist Asal Kalimantan Ramai-Ramai Ambil Race Pack Antangin Bromo KOM X di Hari Pertama
Maribeth Ikut Antangin Bromo KOM X karena Ada Kelas Women Under 29, Narendra Surprise Race Pack
TC di Sidoarjo Dua Bulan, Tiga Pembalap Muda Manado Siap Bersaing di Antangin Bromo KOM X
Dua Opsi Recovery Antangin Bromo KOM X: Datar atau Easy Climb
Datang Sebelum Race Pack Collection Dibuka, Alumni EJJ 2024 Bersyukur Start Bromo KOM X Lebih Awal
Ambil Race Pack Antangin Bromo KOM X, Dua Cyclist Asing Ini Usung Semangat Remedi