Joyce Leong, Pendiri Klub Sepeda Terbesar Singapura 'Joyriders' Meninggal Dunia

Joyce Leo, Pendiri Klub Sepeda Terbesar Singapura 'Joyriders' Meninggal Dunia
Azrul Ananda dan John Boemihardjo bersama Joyce Leong saat acara charity ride di Singapura 2018.

Penghobi sepeda kehilangan sosok Joyce Leong. Perempuan yang dikenal sebagai founder klub sepeda terbesar di Singapura, JoyRiders itu meninggal dunia di usia 67 tahun, Sabtu 6 Mei 2023.

Di Malaysia, Singapura bahkan Indonesia, nama Joyce cukup terkenal. Ia mendirikan JoyRiders pada 2006 hingga kemudian komunitas ini memiliki lebih dari 3.000 anggota. Sepanjang hidupnya, Joyce sangat aktif mengerakan orang untuk berolahraga.

Di JoyRiders misalnya. Ia menerima siapapun yang ingin bergabung dalam komunitas itu. Baik cyclist newbie, tua maupun muda, penduduk lokal ataupun ekspatriat. Termasuk mereka yang biasa gowes cepat ataupun lambat.

Sampai-sampai kalangan cyclist di Singapura, Joyce mendapat julukan: "Ratu Siput".

Julukan itu diberikan bukan karena Joyce lambat dalam bersepeda. Tapi itu ia lakukan untuk memotivasi para cyclist baru yang biasanya masih lambat. Ia juga selalu memastikan anggota baru itu bisa menyelesaikan gowes bareng yang digelar JoyRiders.

Pada 2009, Joyce Leong mendapatkan penghargaan dari Presiden ke-6 Singapura, Sellapan Ramanathan. Joyce dinilai menginspirasi orang-orang untuk aktif berolahraga.

Begitu berita kematiannya tersebar, banyak cyclist di media sosial menyampaikan penghormatan untuk Joyce.

Misalnya Alvin Goh yang menulis di Facebook bahwa Joyce-lah yang membuatnya aktif berolahraga sepeda. Pria 53 tahun yang berprofesi di industri IT itu merasa banyak dibimbing Joyce sejak bergabung di JoyRiders pada 2006.

Bukan hanya di Singapura, di Indonesia nama Joyce juga terkenal. Itu karena selama ini perempuan kelahiran Penang Malaysia, 10 Januari 1956 tersebut menjalin keakraban dengan para penghobi sepeda, dan komunitas-komunitas di Indonesia.

Founder Mainsepeda.com, Azrul Ananda termasuk yang kehilangan sosok Joyce. "Dia merupakan salah satu guru saya dalam mengelola komunitas sepeda," kata pria yang kerap dijuluki kepala sekolah Azrul Ananda School of Suffering (AASoS) itu.

Azrul mengenal Joyce cukup lama. Ia menceritakan, pada 2012, saat di Indonesia belum ada komunitas yang dikelola 'modern', Azrul banyak belajar dengan bergabung di JoyRiders.

"Bagaimana membagi grup cepat, medium, dan pemula. Bagaimana bersepeda rapi dua-dua. Semua itu saya terapkan langsung di Indonesia lewat komunitas saya, yang kemudian diadopsi meluas se-Indonesia. Joyce juga sering datang ikut event-event kami, termasuk Bromo KOM," kata Azrul.

Joyce memang perempuan yang sangat aktif berolahraga. Selain bersepeda, ia juga aktif lari jarak jauh dan berenang.

Olahraga lari ia tekuni lebih dulu, sejak 1980-an. Sejak ia masih tinggal di Malaysia. Kala itu Joyce juga kerap mengikuti event marathon.

Pada 1984, Joyce dan teman-teman larinya sempat mendirikan Pacesetters Athletic Club. Di komunitas itu ia menginspirasi banyak orang bergabung dan mencoba lari jarak jauh. Klub tersebut masih aktif hingga saat ini di seluruh Malaysia.

Pada 1985, Ng Joo Ngan, pelatih timnas sepeda Malaysia kepincut pada kemampuan Joyce. Ia pun dilatih hingga bisa tembus tim balap sepeda Malaysia untuk SEA Games 1985 di Pattaya, Thailand.

Di pertengahan hingga akhir 1980-an, Joyce memperluas hobi olahraganya dengan mengikuti triatlon: renang jarak jauh, bersepeda, dan lari. 

Kepribadiannya yang selalu menginspirasi, terutama di bidang olahraga, membuat Joyce pernah terpilih dalam kontingen UNICEF First Earth Run. Ia ditunjuk mewakili Asia Tenggara. Di event itu, Joyce dapat kesempatan keliling dunia berlari dan membawa obor di sejumlah negara. 

Sejak saat itu, Joyce lebih aktif berkegiatan olahraga di luar negeri. Ia tercatat pernah melakoni ultra cycling pertamanya pada 1990 ke Taman Nasional Yellowstone di Amerika Serikat. Ia juga mengikuti "Ride the Rockies" yang menantang di Colorado, dan "Ride New Mexico".

Hobi baru itu sekaligus menyatukan hasratnya untuk bepergian, berlibur, dan bersepeda di banyak tempat yang indah di dunia.

Joyce sebenarnya sudah lama punya kedekatan dengan Indonesia. Pada Juni 1991 bahkan ia menikah dengan Michael J. Griffin di Kapel Canisius di Jakarta. Saking asyiknya di Indonesia, Joyce sampai fasih berbahasa Indonesia.

Ketika tinggal di Jakarta, Joyce juga punya tempat semacam shelter untuk orang-orang yang tinggal di jalanan. Bersama suaminya, saat itu Joyce juga aktif bersepeda berkelompok di Jakarta.

Pada 90-an, Joyce melahirkan putrinya, Jade dan Jasmine, di Kuala Lumpur. Joyce tetap menikmati hobi bersepedanya meskipun ia mulai sibuk sebagai ibu.

Dalam obituari yang dibuat keluarganya diceritakan bahwa Joyce dan suami pernah bersepeda di Rockies Kanada. Saat itu pasutri tersebut membawa serta Jade ke dalam "trailer" anak-anak. Sedangkan Jasmine masih lima bulan di kandungan Joyce.

Ketika krisis moneter yang memicu kerusuhan terjadi di Jakarta pada 1998, Joyce dan keluarga pindah ke Petaling Jaya, Malaysia. Namun pada 1999 keluarga itu kemudian memutuskan pindah ke Singapura. Di sana Joyce tetap aktif berolahraga dan berkomunitas. Sampai lahirlah JoyRiders Cycling Club.

Joyce Leo, Pendiri Klub Sepeda Terbesar Singapura 'Joyriders' Meninggal Dunia
Joyce bersama sejumlah anggota JoyRiders Cycling Club.

Joyce didiagnosis menderita kanker ovarium pada 2019. Pada awal 2022, kanker itu menyebar ke otak. Dalam satu tahun, Joyce sampai harus menjalani lima kali operasi otak. Tiga kali radiasi. Dan, sebulan penuh di rumah sakit karena infeksi otak.

Namun penyakit itu tak bisa menghentikan Joyce untuk terus menjalankan JoyRiders dan menginspirasi banyak orang. Bahkan ia masih berupaya menyempatkan waktu untuk sekadar kumpul bersama anggota JoyRiders. Selamat jalan Joyce, inspirasimu tak akan pernah pergi.(mainsepeda)


COMMENTS