Kombinasi Tiga Warna Penuh Makna di Jersey Baru Tendbir Semarang

Komunitas asal Semarang, Tenda Biru (Tendbir) Cycling baru saja memperkenalkan jersey anyarnya untuk 2023. Pada tahun ini mereka tampil keren dengan balutan jersey berwarna biru dengan kombinasi kuning dan hitam. Jersey anyar buatan SUB tersebut sudah diperkenalkan dalam soft launching pada Minggu (12/3).

Firman Oktafiano, Sekjen Tenbir bercerita soal konsep jersey terbaru ini. Kombinasi warna biru, kuning, dan hitam mencerminkan semangat Tendbir untuk selalu gowes. Semangat ini terus dijaga memasuki ulang tahun Tendbir yang ke-15 pada September mendatang.

Menurut Firman, sapaan akrabnya, masing-masing warna yang dipilih dalam jersey baru ini memiliki makna yang mendalam. Warna biru yang kali ini ditempatkan di bagian bahu hingga lengan, melambangkan sejarah Tendbir di dunia gowes. Khususnya di Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Baca Juga: “Tenda Biru” yang Mengayomi Cyclist Semarang

Warna hitam yang mendominasi bagian dada, mermakna fokus dalam setiap hal yang dilaksanakan. Sementara warna kuning yang membentuk hurut "T" melambangkan kesuksesan. Harapannya komunitas ini makin berjaya pada masa mendatang.

"Lambang huruf T juga mengandung filosofi bahwa komunitas ini akan semakin besar ke depanya," jelas Firman kepada Mainsepeda.com.

Sejumlah anggota Tenbir foto bareng di depan Kopi Blirik pada Minggu (12/3) pagi.

Soft launching jersey anyar ini ditandai dengan gowes 100 km pada Minggu pagi. Kali ini mereka memilih rute Museum Mandala, Kaliwungu, Palir, dan finis di Kopi Blirik. Kemudian kembali ke pusat Kota Semarang melalui Ngaliyan. Acara soft launching ini makin semarak dengan serangkaian doorprize dari SUB Jersey.

"Rencananya kami akan mengadakan grand lunching pada 19 Maret nanti di Wonosobo," ucap cyclist kelahiran Surabaya tersebut.

Bicara soal eksistensi, Tendbir merupakan salah satu komunitas paling eksis di Semarang. Mereka berdiri pada 9 September 2008. Tanggal lahirnya juga diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional (Haornas). Memasuki usia 15 tahun, Tendbir kini memiliki anggota kurang lebih 80 cyclist.

Komunitas mereka juga sangat heterogen. Ada yang masih duduk di bangku kuliah hingga yang sudah bekerja. Pun demikian dengan usia. Tak hanya itu saja, Tenbir juga mengepakkan sayap. Mereka tidak hanya aktif gowes saja. Selain bersepeda, mereka juga lari dan motoran.

Anggota Tenbir foto bareng di depan Tugu Muda, salah satu landmark di Kota Semarang

Sesuai dengan namanya, Tenda Biru mencerminkan kesederhanaan dan mengayomi semua yang berteduh di bawahnya. Mereka juga memiliki agenda mingguan, bulanan, serta tahunan yang rutin diikuti oleh anggotanya.

"Kami mempunyai event tahunan seperti Joglosemar dan North Coast. Setiap minggunya kami punya agenda speed game, interval sprint, dan elevasi. Khusus pada hari minggu kami biasa long ride di atas 50 km di ring Merbabu dan Magelang," jelasnya.

Tendbir juga mengirimkan satu wakil di East Java Journey 2023. Namanya Reka Setya Mahadika. Usianya 27 tahun. Reka akan menempuh rute sejauh 1.200 km di kategori Full Journey. Sebagai bentuk dukungan ke sesama anggota, Tendbir berharap Reka bisa finis terdepan.

"Harapanya semoga anggota kami minimal dapat podium lah ya. Dari segi ketahanan fisik, dia juga salah satu yang terbaik di Tendbir. Semoga pulang ke Semarang bawa medali," harap alumnus STIE Perbanas itu. (mainsepeda)

Podcast Mainsepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 127

Foto: Dokumentasi Tenda Biru Cycling


COMMENTS