Sepeda Balap Kupang dan Semangat Memperkenalkan Jalur Bersepeda di NTT

Belum lama ini, tim Mainsepeda berkunjung sekaligus bersenang-senang ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kedatangan John Boemihardjo dkk ke Kota Kasih, julukan Kupang, itu untuk mengikuti Lelogama KOM 2025. Yang penasaran dengan keseruannya dapat menyaksikan tayangannya di YouTube Mainsepeda. 

Event itu mengajak para pesertanya bersepeda sejauh 110 Km dengan total elevasi mencapai 1.849 meter. Yang membuat takjub tentu keindahan alamnya. Panorama khas NTT jadi ciri khas. Bukit sabana yang luas, langit yang biru, hingga kuda yang berlari bebas jadi potret yang sulit ditemukan di daerah lain di Indonesia. 

Namun, "menu utama"-nya ialah menantang pesertanya melewati rute ini dalam kondisi cuaca yang panas terik. Tak ada satu pun gumpalan awan yang menutupi sinar matahari. Suhunya mencapai 42 derajat celcius. Ditambah lagi, jarang ada pepohonan tinggi untuk sekadar berteduh. Hal ini membuat sebagian cyclist memilih menyerah sebelum mencapai puncak Lelogama. 

Baca Juga: Kibar Lolos ke Kejuaraan Dunia Gravel UCI 2026, Tombro Alami Insiden

Nah, event yang super hot, tapi menakjubkan ini dikreasikan oleh komunitas lokal Sepeda Balap Kupang (SBK). Komunitas yang pertama kali lahir pada 2019 itu memang bermimpi memperkenalkan jalur sepeda di NTT. Momennya sempurna karena sebelumnya event balap sepeda multi-etape, Tour de Entete, juga sukses digelar. 

Rangkaian acara itu semakin menunjukkan bahwa provinsi paling selatan di Indonesia itu layak dikunjungi untuk bersepeda. "Ya kita berharap dengan event ini, teman-teman di luar pulau bisa ikut bersepeda di Kupang," kata Road Captain SBK, Nanoek Dwiyuliawan. 

SBK secara konsisten membuat event sepeda, meski skala kecil. Awalnya hanya untuk internal komunitas. Tapi belakangan animonya membesar karena mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Walhasil, lahirlah Lelogama KOM 2025. 

Meskipun demikian, rute Kupang-Lelogama bukan satu-satunya jalur menawan di NTT. SBK telah mengeksplorasi rute-rute lain yang tak kalah scenic. Tipikalnya pun berbeda-beda dengan rute yang menantang. 

Jika Kupang-Lelogama dikenal karena rute yang panas dan finis dengan view indah, Jalur PP Kupang-Fatuleu memiliki segmen nanjak yang konsisten sejauh 14 Km.

Ada juga rute Kupang-Soe yang sejuk dan finish di kota paling dingin di NTT. Dan terakhir, rute Kupang-Oetune yang didominasi segmen rolling dan flat, lalu berakhir di pinggir pantai. Empat rute tersebut memiliki elevasi di atas 1.500 meter. 

"Ini merupakan empat rute wajib yang harus dijalani oleh member SBK yang sudah gabung minimal satu tahun," imbuh Nanoek. 

Beragamnya pilihan rute ini membuat bersepeda di Kupang tidak membosankan. Ditambah lagi, jalur aspalnya relatif mulus dan sepi, serta kualitas udaranya minim polusi. 

"Tidak jenuh bersepeda di Kupang karena banyak pilihan. Rutenya masuk-masuk pedalaman desa yang sepi. Jalannya juga baru di aspal jadi sangat menyenangkan bersepeda di sini."  

Baca Juga: Antara Misi Gaya Hidup Sehat dan Sport Tourism di Malang Century Journey 2025

SBK sendiri pertama kali terbentuk karena ide dari tujuh cyclist. Mereka mulai membentuk komunitas, dan resmi launching pada November 2019. Saat itu, masih jarang yang menggunakan sepeda road bike, lebih banyak pengguna MTB. 

Namun, sedikit demi sedikit, para pengguna MTB itu mulai keracunan road bike. Puncaknya saat pandemi Covid-19, anggota SBK mencapai 50 cyclist

"Sepeda Balap Kupang (SBK) ini ya tidak semua suka balapan. Tapi nama sepeda balap ini karena kita pakai road bike yang identik dengan balapan. Tapi tidak semua orientasinya balapan. Beberapa member saja yang suka, kita sebut tim suhu," candanya. 

SBK sendiri punya agenda rutin gowes sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Khusus di akhir pekan, rutenya seringkali dibuat longride dengan minimal rute 100 Km. (Mainsepeda)


COMMENTS