Racing Pakai Single Chainring, Masa Depan atau Percobaan?

Tahun 2018 ini ada yang heboh di arena balap dunia.

Team Aqua Blue Sport, skuad pro continental yang tahun lalu sempat mencuri kemenangan etape di Vuelta a Espana, sekarang turun pakai sepeda 3T Strada. Sebuah sepeda aero dengan groupset 1x (baca: one by alias wan bai), yang hanya menggunakan single (satu) chainring.

Bukan hanya tampil, di awal tahun ini Aqua Blue Sport telah mencuri satu kemenangan. Dan itu bersejarah, karena kemenangan lomba internasional pertama memakai set up sepeda 1x (pakai groupset SRAM Force 1x HRD).

 

 

Pembalap Denmark, Lasse Norman Hansen, merebut etape ketiga Jayco Herald Sun-Tour di Australia. Menggunakan satu chainring besar 54T di bagian depan, dan sproket 11-32 di belakang, dia menang sprint di etape tersebut.

Apakah ini berarti masa depan kita sebagai penggemar road bike adalah setelan serupa? Entahlah. Tapi Aqua Blue Sport dan sepeda rancangan Gerard Vroomen (ya, dulu salah satu pendiri Cervelo) itu telah menunjukkan jalur alternatif.

Ya, rasa menaikinya memang beda. Karena hanya ada satu chainring di depan, maka sproket belakang harus mengkompensasi. Gap (jarak) antara satu gigi dengan yang lain jadi agak jauh, butuh pembalap untuk membiasakan diri.

 

 

“Ketika kali pertama mulai mengayuh, saya berpikir saya butuh chainring kecil di depan. Awalnya jarak antara satu gir dengan yang lain juga mengganggu. Tapi sekarang saya sudah terbiasa, dan sama sekali tidak bermasalah dengan setelan ini”, kata Hansen seperti dilansir berbagai media.

Dengan setelan 1x, mekanik dan pembalap memang harus hati-hati menghitung rasio gir. Kalau etape datar mungkin mudah, cukup seperti yang dipakai Hansen di Australia. Kalau menanjak? Atau rolling? Maka pilihan ukuran chainring depan harus hati-hati, bisa 54T, 50T, atau bahkan 44T. Begitu pula pilihan sproket di belakang. Bisa 11-32, 11-36, atau memakai sproket buatan 3T yang 9-32.

Larry Warbasse, juara nasional road race Amerika Serikat, menjelaskan kalau pada dasarnya single ring bisa memberi range yang sama dengan groupset konvensional.

Misalnya, kalau memakai ring depan 44T dengan sproket 9-32. Kombinasi 44-9 itu setara dengan 54-11. Lalu 44-32 itu setara dengan 39-28. Jadi, kombinasi ini masih ideal untuk para pembalap menaklukkan etape naik turun dan menanjak.

“Hanya beda lompatan-lompatan lebih besar di antara gigi,” tandas Warbasse via Ridemedia.

 

 

Perkembangan Aqua Blue Sport di arena balap pada 2018 akan sangat menarik diperhatikan. Dan kembali ke pertanyaan apakah ini masa depan kita semua? Ada satu faktor yang harus membuat kita berpikir:

Kalau tim profesional, mereka punya mekanik yang menghitung dan mengganti chainring atau sproket setiap hari. Sesuai dengan kebutuhan hari itu. Kalau kita yang tidak punya waktu? Rasanya ini akan sangat tidak praktis. Masak ketika mau pindah rute harus bongkar sepeda dulu?

Tapi entahlah. Kalau ternyata Aqua Blue Sports menang terus, jangan-jangan semua tim dan kemudian kita semua akhirnya ikut-ikutan pakai setelan 1x! (mainsepeda)


COMMENTS