Menyatukan Cyclist Indonesia di Taiwan

Namanya Indonesian Cyclist in Taiwan (ICT). Mereka adalah komunitas sepeda Indonesia pertama di Taiwan. Berdiri pada 15 Mei 2018, ICT berkembang sangat pesat dalam dua tahun terakhir. Anggotanya hampir 70 orang. Tersebar di tiga wilayah, atau mereka menyebutnya sebagai chapter.

Taiwan merupakan salah satu tujuan Warga Negara Indonesia (WNI). Baik untuk sekolah, bekerja, atau sekadar liburan. Ada banyak WNI yang bersepeda di Taiwan. Awalnya mereka hanya bersepeda sendiri-sendiri, atau bersama warga lokal dan warga negara Filipina.

Sekitar Februari 2018, para WNI yang hobi bersepeda semakin intens bertemu. Baik untuk nongkrong atau gowes bersama. Kemudian mereka sepakat untuk membentuk komunitas sepeda di Taiwan. Namanya Indonesian Cyclist in Taiwan (ICT).

Founder-nya ada lima orang. Yakni Beni Setya Nugraha, Nanang Febrianto, Anwar Ibrahim, Joko Purnomo, Agung Tikwanto. "Selain saya, member ICT itu semuanya pekerja. Saya sendiri waktu itu kuliah sambil bekerja. Sekarang ICT itu image-nya untuk TKI," ucap Beni Lu, sapaan akrab Beni Setya Nugraha.

Sejak 2014 silam Beni menempuh pendidikan S3 Teknik Mesin Kun Shan University, Taiwan. Cyclist 38 tahun itu baru pulang ke Indonesia pada awal tahun ini.

Sejumlah member ICT melakukan latihan bersama di Nanhua Reservoir

Markas awal ICT berada di kawasan selatan Taiwan. Tepatnya di Kota Kaohsiung dan Tainan. Sebab para pendirinya memang lebih banyak dari kedua wilayah ini. Bermula dari lima orang, komunitas ini berkembang menjadi 20 anggota pada tahun pertama. Mereka aktif gowes setiap Sabtu dan Minggu.

ICT kian berkembang dalam dua tahun terakhir. Jumlah member-nya mendekati 70 oang. Mereka tak cuma datang dari Kota Kaohsiung dan Tainan saja. Banyak pula member baru yang berasal dari Kota Taipei dan Taichung. Karena domisili anggotanya yang terpisah-pisah, ICT membikin tiga chapter.

Chapter utara berpusat di Taipei. Chapter selatan bermarkas di Kaohsiung. Sedangkan Chapter tengah berpusat di Taichung. "Tiga kota besar itu yang kami ambil. Sebab ada banyak anggota di sana," terang dosen di Univesitas Negeri Yogyakarta itu.

Peluncuran jersey ICT 2019 di Taiping 36 Bends

Salah satu member baru di ICT adalah Sutrisno. Ia baru bergabung dengan komunitas ini pada Januari 2020 lalu. Tenaga kerja asal Magetan, Jawa Timur ini termotivasi gabung ICT karena ingin gowes dengan sesama orang Indonesia yang bekerja atau kuliah di Taiwan.

Sutrisno semakin aktif gowes dalam setahun belakangan. Ia sudah dua kali nanjak ke Wuling. Baik melalui Hualien maupun Puli. Wuling merupakan tanjakan utama sekaligus paling 'kejam' di Taiwan. Tanjakan inilah yang menarik minat cyclist dari bebagai dunia untuk datang ke Taiwan.

Para anggota ICT berfoto di puncak Wuling yang legendaris itu

Sabtu (3/10) kemarin ICT baru saja menyelesaikan Tour ke Wuling via Puli. Tapi tidak semua anggota ikut. "Cuma separuhnya. Namun setiap wilayah ada perwakilannya. Soalnya medannya memang berat. Mendaki ke puncak 3275 mdpl. Mungkin ada beberapa yang tidak kuat," ujar cyclist 27 tahun itu.

Wuling memang pesona utama di Taiwan. Tapi bukan satu-satunya. Baik Beni Lu maupun Sutrisno sepakat bahwa Taiwan memiliki banyak destinasi gowes dengan pemandangan menakjubkan. Bagi yang suka rute datar, bisa menyisir jalur pantai dari utara ke selatan Taiwan, atau sebaliknya.


ICT gowes silaturahmi chapter Tengah ke Sun Moon Lake, 20 Januari 2020

Untuk yang doyan nanjak, bisa memilih beberapa spot nanjak alternatif seperti Gunung Alishan, Sun Moon Lake, atau Lembah Taroko yang terletak di lereng Wuling. Menurut Beni Lu, Lembar Taroko adalah spot terindah di Taiwan. Beni yang juga hobi fotografi, mengaku sering motret di tempat ini.

"Banyak spot favorit di sini. Yang paling terkenal ya Wuling. Selain paling panjang dan paling tinggi, Wuling bisa diakses dari sisi barat, timur, dan utara Taiwan. Semuanya ada jalurnya. Selain Wuling, ada banyak spot menarik lainya. Sebab Taiwan sendiri memiliki pegunungan yang menyambung dari utara hingga selatan. Sisi barat dan timur dipisah oleh pegunungan ini," jabar Beni Lu.

Beni Lu (tengah) meraih podium utama di Erliao KOM Challenge, 8 Desember 2019 lalu

Kabar baiknya, Taiwan sangat ramah dengan pesepeda. Beni Lu menceritakan bahwa pemerintah Taiwan sangat mendukung sektor pariwisata, dan sepeda adalah salah satu komoditi pariwisata. Sebab Taiwan punya banyak pabrik sepeda. Seperti Giant, Merida, dan merek-merek lain yang diproduksi di sana.

"Jadi difasilitasi betul oleh pemeirntah. Jalannya pun dibuat ramah untuk pesepeda. Lajurnya dibikin lebar. Di sana ada istilah lajur mobil dan lajur pelan. Lajur pelan inilah yang digunakan untuk sepeda, sepeda motor, dan sepeda listrik. Lajurnya cukup lebah dan bisa dibilang aman," cerita cyclist asal Sleman itu.

Salam dari Wuling, Taiwan untuk Azrul Ananda dan Johnny Ray

Selain doyan menyelesaikan rute-rute berat di Taiwan, para member ICT ternyata pendengar setia Podcast Main Sepeda bersama Azrul Ananda dan Johnny Ray. Mereka tak pernah melewatkan podcast yang rutin disiarkan setiap Rabu itu.

"Podcast-nya Om Azrul dan Om Johnny Ray ini bagus untuk menambah wawasan, khususnya para pemula. Agar gowesnya terarah dan tidak ngawur. Pembahasannya betul-betul yang dialami goweser. Kami selalu mengikuti dari episode 1. Bagi kami, channel Main Sepeda sangat menginspirasi," aku Sutrisno. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 16

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Dokumentasi Indonesian Cyclist in Taiwan (ICT)


COMMENTS