Misi "Unfinished Business" Thomas, Kruijswijk, dan Yates

Ada kemungkinan, persaingan Giro d'Italia 2020 bakal lebih seru dari Tour de France. Ada banyak nama besar turun untuk memburu jersey warna pink sebagai juara general classification (GC). Dari semua unggulan, tiga di antaranya mungkin paling ambisius. Tiga-tiganya sama-sama punya unfinished business. Gagal menyakitkan di masa lalu.

Mereka adalah Geraint Thomas (Ineos Grenadiers), Steven Kruijswijk (Jumbo-Visma), dan Simon Yates (Mitchelton-Scott).

Dari ketiganya, yang punya ambisi terbesar sekaligus beban terbesar mungkin adalah Geraint Thomas. Juara Tour de France 2018 ini dicoret dari skuad Le Tour bulan lalu, dipindahtugaskan ke Giro.

Seperti "panas," Thomas tampil hebat menuju Giro ini. Dia finis kedua di lomba pemanasan Tirreno-Adriatico dan finis keempat di kejuaraan dunia time trial (TT). Dua-duanya modal dahsyat untuk menghadapi rute Giro, yang berisikan tanjakan-tanjakan maut serta tiga etape TT.

Thomas juga punya dendam khusus di Giro. Pada 2017, dia juga ditugasi timnya (waktu itu masih Team Sky) untuk berlaga di Italia. Dia mengawali lomba dengan baik, berada di urutan kedua GC saat menjalani etape kesembilan. Tapi di situ, dia mengalami kecelakaan. Kemudian harus mundur dari lomba pada Etape 12.

Tahun ini, dia akan berupaya meraih gelar juara. Dan timnya memberikan sokongan serius, menurunkan skuad pendukung berkualitas. Ada Rohan Dennis dan Filippo Ganna, juara dunia TT 2019 dan 2020. Lalu ada Jhonatan Narvaez, yang mungkin akan jadi pendamping utamanya di pegunungan. Tidak ketinggalan pula Tao Geoghegan Hart, Salvatore Puccio, dan Ben Swift.

"Kami memiliki tim yang hebat dan saya sangat percaya kepada teman-teman di sekitar saya," ucap Thomas.

Ineos Grenadiers tentu sangat ingin merebut juara Giro ini, setelah gagal memenangi Tour de France untuk kali pertama sejak 2014!

Selain Thomas, pembalap lain yang punya dendam khusus di Giro adalah Steven Kruijswijk dari Jumbo-Visma. Pembalap Belanda ini juga dicoret dari skuad Tour de France, tapi gara-gara cedera terjatuh di balapan pemanasan. Karena itu, dia pun dipindahtugaskan ke Giro.

Di lomba ini, pada 2016, Kruijswijk sebenarnya pernah hampir jadi juara. Waktu itu, dia memimpin lomba begitu lama, mengenakan maglia rosa (jersey pink) hingga Etape 20. Kalau dia bisa finis dengan baik saja di etape itu, maka dia akan merayakan gelarnya di Etape 21. Tapi nasib berkata lain.

Di pegunungan bersalju, Kruijswijk terpeleset dan jatuh. Alhasil, dia hanya mampu finis keempat di klasemen overall!

Di Giro ini, skuad Jumbo-Visma mungkin tidak sehebat saat di Tour de France. Tapi Kruijswijk adalah climber tangguh, juga lumayan di ajang TT. Asal tidak mengalami masalah, dia bisa terus mengancam sampai akhir. Bahkan bisa menjadi juara grand tour untuk kali pertama dalam karirnya.

Simon Yates ketika menjuarai Tirreno-Adriatico 2020

Unggulan lain yang sangat ingin juara adalah Simon Yates. Pembalap Inggris ini juga pernah nyaris juara pada 2018. Waktu itu dia menang tiga etape, termasuk dominan di awal lomba. Eh, pada pekan terakhir, dia mendadak gembos. Pada Etape 19 dia melorot jauh.

Tahun ini, Yates menuju Giro dalam kondisi prima. Dialah juara Tirreno-Adriatico, di depan Thomas. Tim Mitchelton-Scott juga lumayan kuat. Penghadang utama Yates nanti bukanlah pegunungan atau rekan-rekannya. Melainkan kemampuannya di ajang TT. Di atas kertas, kemampuannya melawan stopwatch tidaklah sehebat Thomas atau Kruijswijk.

Tentu saja, masih ada beberapa pembalap lain yang bisa menjadi juara. Kejutan masih sangat bisa terjadi. Apalagi ini masih lomba di tengah pandemi.

Di luar tiga pembalap di atas, dua nama lain yang layak diperhitungkan adalah Vincenzo Nibali (Trek-Segafredo) dan Jakob Fuglsang (Astana).

Vincenzo Nibali, tumpuan tim Trek-Segafredo di Giro d'Italia 2020

Nibali sudah dua kali memenangi lomba ini (2013 dan 2016), jadi dia tahu bagaimana memuaskan publik sendiri. Tapi usianya sudah 35 tahun, dan dia mungkin sudah tidak lagi segarang dulu. Kemampuan TT-nya juga lumayan, tapi tidak selevel Thomas atau Kruijswijk. Untuk menjadi juara kali ketiga, Nibali harus tampil sangat agresif di pegunungan. Dan itu akan menyuguhkan tontonan menakjubkan!

Sementara itu, Fuglsang belum pernah jadi juara grand tour. Namun form-nya menghadapi Giro ini sedang dahsyat. Dia juara Ruta del Sol, runner-up di Tour of Poland, juara Il Lombardia, lalu peringkat lima di kejuaraan dunia road race.

Jakob Fuglsang saat menjuarai Il Lombardia 2020

Di tanjakan dia tak perlu diragukan. Kecerdikan dan ketangguhan juga begitu. Sekarang tinggal bagaimana Astana bisa mendukungnya. Tim ini menghadapi sedikit masalah sebelum Giro. Mereka harus mengganti dua pembalap karena Covid-19.

Giro d'Italia 2020 akan dibuka dengan etape TT di Pulau Sisilia Sabtu ini, 3 Oktober. (mainsepeda/habis)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 16

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: RCS Sport, Sestili, Getty Images


COMMENTS