Dua Pembalap Antik Lotto-Soudal

Ada ratusan pembalap turun membela 18 tim di ajang WorldTour. Tapi sulit untuk menemukan pembalap yang “berkarakter.” Kebetulan, tim asal Belgia Lotto-Soudal punya koleksi dua pembalap “antik.” Mereka adalah Adam Hansen dan Thomas de Gendt.

Yang satu pemegang rekor ikut dan finis grand tour berturut-turut, plus punya selera setelan sepeda dan sepatu yang antik. Yang satu lagi termasuk “orang gila,” paling doyan ikut breakaway dan spesialis pemenang etape-etape tanjakan legendaris.

 

Hansen Lanjutkan Rekor

Adam Hansen ini benar-benar ajaib. Pada Giro d’Italia 2018, yang berlangsung mulai 4 Mei nanti, pembalap Australia ini bakal mengikuti grand tour ke-20-nya berturut-turut.

Sulit dipercaya Hansen bisa meraih rekor ini. Bayangkan, sejak Vuelta a Espana 2011, dia telah mengikuti dan menuntaskan 19 grand tour berturut-turut! Walau berperan sebagai domestique (pemeran pembantu), Hansen sempat mencuri dua kemenangan etape. Termasuk satu di Tour de France.

Rekor ini sempat terancam terhenti di angka 18, saat Hansen tak terpilih masuk skuad Vuelta a Espana 2017. Dia baru bergabung last minute, ketika seorang rekan setim cedera. Eh sekarang, dia malah dipilih lagi ikut Giro d’Italia.

“Adam Hansen telah menjalani persiapan yang baik menghadapi grand tour ke-20-nya. Di awal musim dia tidak tampil sebaik yang kita harapkan, tapi dalam beberapa pekan terakhir dia telah menunjukkan kalau dia siap untuk Giro. Banyak mata akan memperhatikannya,” kata Bart Leysen, sports director Lotto-Soudal.

Nantinya, bukan hanya performa Hansen yang diperhatikan. Setelan sepeda dan sepatunya juga akan disoroti. Hansen terkenal suka setelan super-ekstrem. Sadel menjulang tinggi, stem superpanjang hingga 15 cm, dan lain-lain.

Soal sepatu, dia punya merek sendiri, Hanseeno. Sepatu itu terbuat dari full carbon yang dicetak mengikuti 100 persen bentuk kaki. Bagi yang berminat bisa memesan. Tapi harus menjalani proses cetak kaki dan membayar lebih dari Rp 30 juta!

Sepatu Hanseeno full karbon yang dicetak menurut bentuk kaki Adam Hansen. Sepatu ini bisa dibeli dengan harga 30 juta rupiah.

 

Gendt Penerus Jens Voigt

Selama ini, Jens Voigt dikenal sebagai spesialis breakaway alias melarikan diri dari peloton. Kata pembalap Jerman itu, kalau dia stay di peloton, maka dia punya nol persen peluang untuk menang. Tapi kalau dia mencoba melarikan diri, dia punya kans satu persen untuk menang!

Setelah Voigt pensiun, penggantinya tidak mudah ditemukan. Apalagi yang punya kebiasaan berkomentar lucu.

Thomas De Gendt belakangan layak menjadi pengganti. Walau mungkin tidak lucu, tapi dia selalu tidak takut melarikan diri dan mencoba menang dari breakaway.

Pembalap Belgia ini sadar dia bukan superstar climber atau sprinter. Jadi sukses baginya adalah mencuri kemenangan di sana-sini. Dan sejauh ini, hampir semuanya sudah tercapai.

Dia telah memenangi etape di semua grand tour. Baik Giro d’Italia, Tour de France, maupun Vuelta a Espana. Dia juga merebut kemenangan di hampir semua stage race bergengsi. Seperti Criterium Dauphine, Tour de Suisse, Paris-Nice, dan Pais Vasco. Baru-baru ini dia menang juga di Tour of Romandie.

Azrul Ananda dan Thomas De Gendt (Lotto-Soudal).

 

Tidak banyak orang tahu, De Gendt mencatat kemenangan di gunung-gunung paling bergengsi. Pada Giro d’Italia 2012, dia menang di puncak Passo dello Stelvio. Lalu pada Tour de France 2016, De Gendt menang di Mont Ventoux. Anda mungkin ingat lombanya, yaitu lomba di mana Chris Froome terpaksa berlari karena tabrakan dengan Richie Porte dan motor penyelenggara.

Soal habitnya mencoba melarikan diri, De Gendt punya logika kurang lebih sama dengan Jens Voigt. “Kalau saya lari sepuluh kali, dan delapan di antaranya bagus, maka saya bisa menang dua kali,” pungkas pembalap 31 tahun tersebut. (mainsepeda)

 

Foto-foto: Twitter Lotto-Soudal (@Lotto_Soudal), SBS. 


COMMENTS