Rute Merambat Panjang, Belajar Manajemen Energi

Rute epic dihadapi 35 cyclist peserta Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) di hari kedua Malaysia Training Camp 2018. Total jarak “hanya” 117 km, tapi total menanjaknya mendekati 3.000 meter!

Rute Jumat, 30 Maret, sebenarnya hanya 94 km. Tapi lantas berkembang jadi 117 km, karena ditambahkan rute menuju Kebun Teh Boh di Brinchang. Rute tambahan itu ditambahkan setelah dibatalkan pada hari pertama, gara-gara hujan lebat menyambut peserta begitu tiba dari Indonesia.

Pagi-pagi pukul 05.30, peserta berangkat naik mobil dari hotel di kawasan Tanah Rata, Cameron Highlands, menuju Sungai Koyan. Di sana, truk yang mengangkut sepeda sudah menanti.

 

Briefing dan persiapan di Sungai Koyan

 

Tiba pukul 07.30 di sebuah lapangan parkir stasiun pengisian bahan bakar, peserta langsung menyiapkan sepeda masing-masing. Begitu selesai, sebelum berangkat, semua berkumpul dulu bersama.

Secara resmi semua peserta berkenalan. Maklum, peserta datang dari berbagai wilayah di Indonesia, dan banyak yang belum saling mengenal. Ada yang dari Surabaya, Jakarta, Manado, Sampit, Bali, Yogyakarta, Ngawi, Kendal, Cepu, dan kota-kota lain. Usia juga beragam, dari 20-an hingga 60-an. Begitu pula tingkat kemampuan.

Selain berkenalan, pagi itu juga dilakukan pembagian grup, menjadi tiga kelompok.

Kelompok tercepat, dipandu oleh John Boemihardjo (Surabaya) dan Dani Lesmana, atlet asal Kediri. Ini yang rencananya minimal stop. Pesertanya Rudy S. Rustanto (Cepu), Asril Kurniadi Adenan (Gresik), dan Roike Hendra (Manado).

 

Grup 1 yang menyelesaikan rute Sungai Koyan - Ringlet berjarak 80 km tidak sampai 3 jam

 

Kelompok kedua, dipandu Azrul Ananda (Surabaya), Joko “Juarez” Sumalis (Surabaya), dan Rastra Patria, atlet top Indonesia asal Yogyakarta. Kelompok ini berencana melaju stabil, minimal hingga drink stop pertama di km 40.

Lalu ada kelompok ketiga, yang dipandu Rasditya “Didit” Permana (Surabaya), Prasetio (Surabaya), dan Dedy Kristianto (Surabaya). Ini kelompok yang diberi jadwal drink stop lebih banyak dan dikawal dua mobil support.

Gerimis pagi itu segera berhenti, hawa relatif sejuk menemani peserta. Walau kemudian memanas mendekati tengah hari.

Hingga km 40, kelompok kedua relatif komplet. Baru setelah itu terpecah-pecah. Jadwalnya, semua kelompok akan melakukan stop terakhir di sebuah SPBU di pertigaan Ringlet, 13 km sebelum Tanah Rata.

Kebanyakan peserta berhasil mencapai Ringlet. Jalan yang konstan merambat naik cukup menyiksa. Relatif tidak ada yang curam, sedikit sekali yang mencapai kemiringan 10 persen, tapi panjangnya rute membuat peserta lelah (total sekitar 80 km hingga Ringlet).

 

AASoS Training Camp hari kedua rute Sungai Koyan - Tanah Rata berjarak 117 km dengan elevasi hampir 3000 meter

 

Kelompok pertama tentu lancar jaya. “Kami mencapai Ringlet dalam waktu tidak sampai tiga jam. Setelah itu berhenti mengisi bidon, lalu lanjut menuju Tanah Rata,” tutur John Boemihardjo, 38.

Kelompok-kelompok berikutnya, tentu bervariatif. Ada yang seolah sangat kuat di awal rute, tapi kemudian tertatih-tatih menyelesaikannya. Seperti yang terjadi pada Victor Tamoni asal Ngawi. “Saya mengira saya bakal sanggup, ternyata memang harus belajar sabar,” kata pemuda 24 tahun tersebut.

Inilah salah satu kegunaan training camp. Latihan di lokasi yang bisa membantu semua menambah pengalaman dan kemampuan…

Di sisi lain, ada pula yang memang kuat, dan menguji kekuatannya sendiri di Cameron Highlands. Kali ini Guntur Priambodo. Pria 51 tahun itu tancap gas melarikan diri dari kelompok dua, sama sekali tidak berhenti sampai Tanah Rata!

 

Guntur Priambodo BRCC asal Banyuwangi

 

Di Tanah Rata, tempat tujuan pemberhentian adalah Jasmine, sebuah restoran yang kondang dengan steak dan daging bebek. Di sana, semua menunggu hingga sebanyak mungkin peserta berkumpul, dari semua kelompok.

Pukul 14.00, barulah rute tambahan ditempuh. Cukup santai. Total sekitar 13 km dari Tanah Rata naik ke kawasan kebun teh di Brinchang. Berhenti di sebua kafe di Kebun Teh Boh, yang merupakan salah satu tujuan wisata utama di Cameron Highlands.

Di sana, peserta asyik minum teh hangat dan kue. Rasanya nyaman, apalagi hujan lebat turun selama berada di Boh. Kelompok terakhir yang finis pun ikut bergabung di sana.

Termasuk Fuad Supriyadi Soemedi, asal Jakarta. “Saya memang finis terakhir. Tapi saya finis,” kata pria 55 tahun itu bangga.

 

dr. Fuad Supriyadi Soemedi asal Jakarta yang tangguh

 

Menurut teman-teman, Fuad ternyata sempat beberapa kali berhenti dengan alasan menunggu seorang temannya. Eh, ternyata temannya sudah duluan naik mobil meninggalkannya…

Dan Fuad tergolong tangguh. Tidak mau ditunggu, tidak mau didorong, apalagi disuruh naik mobil!

Begitu hujan reda, barulah semua kembali ke hotel.

Sebelum berpencar untuk makan malam, semua berkumpul di lobi untuk evaluasi rute Jumat dan briefing persiapan rute Sabtu, 31 Maret.

Memang, secara total km, rute Sabtu bakal paling panjang. Mencapai lebih dari 130 km. Peserta akan bersepeda dari Ipoh lalu menanjak lagi hingga Tanah Rata. Ini rute sama persis dengan yang digunakan di Tour de Langkawi, jadi peserta bisa merasakan rute lomba kelas dunia.

Kita lihat saja bagaimana pelajaran dari hari Jumat bisa diterapkan pada rute Sabtu… (azrul ananda)


COMMENTS