Naik Mobil Muntah-Muntah, Pemanasan Hujan-Hujan

Sebanyak 35 cyclist dari berbagai kota di Indonesia sekarang berada di Cameron Highlands, Malaysia. Mereka bergabung di acara training camp Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS), antara 29 Maret hingga 1 April. Rencananya, selama empat hari, rombongan akan melahap sekitar 300 km rute di kawasan pegunungan tersebut.

Rombongan tiba di Malaysia Kamis pagi, 29 Maret. Ada yang terbang dari Jakarta, kebanyakan dari Surabaya. Mereka datang dari berbagai wilayah, termasuk misalnya Manado, Yogyakarta, Bali, Banyuwangi, dan lain-lain.

 

 

Mereka dari berbagai ragam kemampuan. Ada yang pembalap level internasional, ada yang pemula.

Berkumpul di bandara Kuala Lumpur, rombongan lantas berangkat dengan tiga van plus dua truk menuju Cameron Highland. Perjalanan sekitar 3,5 jam, sempat sekali istirahat dulu makan siang di kawasan peristirahatan di Tapah.

Dari Tapah menuju penginapan di Tanah Rata (di ketinggian sekitar 1.100 meter), jalannya terus berliku sejauh 60 km. Perjalanan ini sudah makan “korban.” Kendaraan harus berhenti karena beberapa sampai muntah-muntah.

Ketika tiba, sempat ada yang bercanda. Tahun lalu, dari bandara, mobil berhenti di satu tempat, lalu langsung merakit sepeda dan mengayuhnya menuju Cameron Highlands. Dan waktu itu tidak ada yang muntah-muntah. Mungkin lain kali sebaiknya naik sepeda saja!

 

Azrul Ananda, head of Azrul Ananda School of Suffering (AASoS) memberi briefing di depan hotel

 

Menurut jadwal, di hari pertama itu rombongan akan bersepeda ringan “pemanasan.” Naik ke kawasan perkebunan teh, total hanya sekitar 26 km pp. Karena sore itu hujan lebat, rute dibatalkan. Digeser digabung dengan rute hari kedua.

Alasannya keselamatan, karena agak berbahaya kalau hujan lebat. Apalagi untuk yang level pemula.

Setelah merakit sepeda, peserta lantas dipersilakan istirahat dan jalan-jalan menikmati kawasan wisata di Tanah Rata.

 

Vitri Octria merakit sendiri sepeda Pinarello Dogma F10

 

Tapi ternyata beberapa tetap ingin pemanasan. Sebanyak delapan cyclist tetap gowes. Turun 12,5 km ke arah Ringlet, lalu naik lagi 12,5 km. Plus ditambah 5 km naik ke Brinchang, dan turun lagi 5 km. Lumayan, total 35 km dengan total menanjak lebih dari 500 meter.

 

Roike Hendra (jaket kuning) dan Erwin Tumewu (jaket hitam) dari Manado pemanasan di Tanah Rata Cameron Highland Malaysia

 

“Lumayan, kita sudah merasakan beberapa segmen dari Tour de Langkawi,” celetuk Asril Kurniadi Adenan, dosen asal Gresik.

Ya, Cameron Highlands memang terkenal di kalangan cyclist karena Tour de Langkawi, ajang balap sepeda paling bergengsi di Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, etape terberat selalu berakhir di Tanah Rata. Bahkan, juara lomba selalu ditentukan di sana.

Termasuk pada edisi 2018, yang berakhir 25 Maret lalu. Di etape Cameron Highlands, Artem Ovechkin (Tim Terengganu) berhasil jadi pemenang.

 

 

Asril kurniadi senang meskipun diguyur hujan karena merasakan sedikit rute Tour de Langkawi

 

 

Pembalap Rusia itu lantas mengunci gelar overall ketika Tour de Langkawi berakhir di Kuala Lumpur.
Rute lebih lengkap akan dirasakan peserta pada hari-hari selanjutnya. Pada Jumat, 30 Maret, rute yang dijadwalkan adalah 94 km dari Sungai Koyan ke Tanah Rata. Ditambah 26 km PP ke kebun teh di puncak Brinchang.

Semoga saja semuanya berjalan lancar! (azrul ananda)

 

Foto-foto: Dewo Pratomo


COMMENTS