Tanjakan Seram, Khusus Cyclist Berpengalaman Saja

Road to Manado Challenge 2019 bukan untuk pemula. Ini adalah touring bagi advance rider, atau cyclist yang sudah berpengalaman. Sebab rutenya kejam. Banyak tanjakan curam. Total panjangnya 409 kilometer.

Road to Manado Challenge 2019 dilangsungkan selama dua hari, 12-13 Oktober. Event yang dihelat Manado Cycling Mania (MCM) ini telah memasuki tahun kedua. Pada tahun ini Road to Manado Challenge dilaksanakan untuk memperingati HUT TNI ke-74.

Dari 88 cyclist yang mendaftar, hanya 78 cyclist yang ikut start. Selain dari Gorontalo, dan Manado, ada pula cyclist dari Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Makassar. Selain itu, ada dua cyclist dari Filipina yang berpartisipasi. 

Gowes hari pertama dimulai Sabtu (12 Oktober) pagi. Panjang rutenya 239 kilometer. Start dari Hotel Maqna, Gorontalo pukul 05.00 WITA. Finisnya di Hotel Sutan Raja, Kotamobagu, jam 18.30 WITA. 

Ada dua kali pit stop. Yakni, di Tombulilato (KM 60) dan Doloduo (KM 90). Selain itu, ada dua titik untuk sarapan di Momalia (KM 110), dan makan siangdi Molibagu (KM 155).

Event ini tak ubahnya ‘ladang penyiksaan’ bagi para cyclist. Ada banyak tanjakan ‘neraka’. Tujuh di antaranya memiliki panjang lebih dari 5 kilometer. “Ada yang gradiennya mencapai 26 persen,” sebut Royke Hendra, ketua panitia penyelenggara. 

Pemandangannya komplet. Mulai dari pantai, sawah, hingga gunung. Salah satunya spot indah yang dilalui adalah Pantai Olele di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Berada di segitiga koral dunia membuat pantai ini memiliki terumbu karang yang indah. Lautnya pun jernih.

“Ini touring yang epik. Rutenya komplet. Medan datar ada, tanjakan ada. Ini bukan untuk audax pemula. Harus yang berpengalaman,” terangnya.

Keganasan rute di Road to Manado Challenge 2019 diakui oleh para peserta. Samson Usagani, cyclist asal Jakarta mengacungkan dua jempol untuk event ini. Selain pemilihan pit stop yang bagus, dan pemandangan bagus, suplai makanan pun berlimpah.

“Rutenya sangat bagus. Ini bukan untuk pemula. Ikut event Bromo KOM Challenge dulu deh. Kalau Bromo KOM Challenge sudah finis, baru ikut ini,” kelakar Samson. 

John B, cyclist asal Surabaya juga berpendapat serupa. “Rutenya ora umum. Advance rider only! Dari 78 peserta, yang finis tanpa loading cuman 18 orang. Padahal yang join sudah banyak yang kategori ‘bandit’,” sebutnya. 

Menurut John, ada begitu banyak tanjakan pendek. Jumlahnya tak terhitung. Tingkat kemiringannya beragam. Mulai dari 10 persen, hingga 20 persen. Ada pula yang mencapai 24 persen. Selain itu, peserta juga harus melawan teriknya cuaca di jalanan. 

“Suhunya mencapai 36 derajat celsius. Tapi siksaan itu juga dihapus dengan pemandangan yang begitu bagus,” ucapnya. 

Cyclist asal Jakarta yang tinggal di Thailand, Vee Gusti ingin ‘balas dendam’ tahun depan. “Tanjakannya terlalu lebay. Harus latihan yang benar baru bisa taklukkan rute ini. Tunggu tanggal mainnya, gue obrak abrik ini rute,” ucapnya. 

Raphael Kalangi menjadi peserta termuda di Road to Manado Challenge 2019. Usianya baru 13 tahun. Sebagai debutan, cyclist cilik asal Manado tersebut berhasil menyentuh garis finis dengan mulus.

“Rute sangat menyiksa. Apalagi buat seorang yang baru pertama melakukan gowes sejauh 240 kilometer. Saya sangat bangga bisa finis. Pengaturan dari panitia yang bagus dalam hal makanan, dan pit stop sangat membantu saya finis,” ucapnya puas.

Hari kedua Road to Manado Challenge 2019 digeber Minggu (13 Oktober) pagi. Rutenya sejauh 170 kilometer. Cyclist akan berangkat dari Kotamobagu, dan finis di Manado.(mainsepeda)

 

 


COMMENTS