Passoni Day, Lightweight Day, Pegoretti Day: “Kompor” ala AWWsome Cycling Club

Memudahkan kordinasi saat bersama-sama mengikuti even gowes Bromo100 di tahun 2015, Lius S Wibowo dan Ricky Renaldo membuat whatsapp grup dengan nama AWWsome Cycling Club (ACC).

Nama yang unik. Menurut Ricky, semua anggota ACC adalah pribadi yang awesome (hebat). Juga memiliki sepeda-sepeda yang awesome (keren). Jadilah dipilih nama Awesome Cycling Club. “Biar lebih menarik sedikit diplesetkan menjadi AWWsome Cycling Club,” bukanya.

Waktu itu, sekitar 12 orang tergabung dalam WAG. Seiring waktu, sekarang anggota ACC sudah 30 cyclist. “Memang tidak banyak, karena kami mengutamakan keakraban, kekompakan dan persaudaraan. Yang penting bisa saling cocok dengan anggota lain jadi meminimalisir masalah,” tutur Ricky. Apalagi mayoritas anggota ACC adalah pria mapan yang sudah berusia 45 tahun ke atas dan super sibuk.

“Jadi kami yang muda-muda ini yang mengkordinasikan segala sesuatu detil-detil untuk ACC seperti jadwal gowes, tema mingguan, hingga pengaturan jersey dan lainnya. Juga kordinasikan hotel, pesawat, akomodasi apabila kita melakukan tur gowes keluar Jakarta,” imbuh Lius.

Tetapi saat hari Minggu, semua anggota ACC sangat antusias karena itu hari “keramat” mereka. “Semua anggota ACC adalah weekend warrior. Jadi gowesnya hanya bisa hari Minggu. So pasti mereka menginginkan gowes yang efektif, efisien, dan high intensity,” bilang Ricky.

Biasanya, titik kumpul di Senayan City jam 06.15 pagi. Sekitar 15 menit kemudian berangkat. Rute tidak jauh, 40 km saja tetapi high intensity alias kebut-kebutan. “Rutenya biasa dari Sency menuju Halim, lalu ke Kuningan, Monas lantas ngopi di kota. Atau bisa juga mengambil rute selatan ke Pondok Indah lanjut ke Antasari, Kuningan dan makan pagi di kota,” jelas Lius. Menurutnya, rute ditentukan kesepakatan pada Minggu pagi itu.

Bila dicermati, seluruh anggota ACC menggunakan sepeda non-karbon. “Menurut kami, real bike itu adalah sepeda besi atau aluminium. Meskipun beberapa dari kami memiliki sepeda karbon, tapi cintanya tetap pada sepeda besi,” bilang Ricky. Dan istimewanya lagi, hampir semua anggota ACC memiliki sepeda Pegoretti.

Uniknya, Ricky dan Lius punya cara untuk mengompori mereka yang belum memiliki sepeda besi. Mereka kerap mengadakan thematic Sunday. Jadi ada Pego Day, Passoni Day, Lightweight Day, atau Colango Arabesque Day, dan lainnya.

“Tujuannya selain agar kompak, bisa membuat teman-teman beli sepeda yang sesuai tema hari Minggu itu. Lama-lama panas juga, kan apabila tidak punya sepeda itu,” tutur Lius lantas tertawa.

Seperti Randy Pangalila. Saat itu Passoninya menggunakan wheelset Mavic. Dan setelah berhasil dikomporin untuk ganti Lightweight, Randy jadi lebih kencang gowesnya. “Mungkin gengsinya naik jadi mempengaruhi ke performa gowesnya,” bilang Ricky sambil tertawa.

Ricky dan Lius tak bosan-bosan mengajak anggota ACC untuk gowes bersama dengan klub lain di Jakarta agar tidak terkesan eksklusif. Juga mereka ingin ACC eksis di komunitas sepeda luar Jakarta dengan mengikuti even-even gowes di luar kota. “Kita ingin buktikan bahwa ACC ini meskipun tidak besar tapi solid kompak ingin menyehatkan diri dan masyarakat melalui olahraga yang cantik ini,” tutup Lius berharap.

Terkadang, di luar jadwal gowes, beberapa anggota ACC yang ada waktu luang bertemu sekedar ngopi atau nge-wine setelah jam kerja. “Bila memungkinkan keluarga juga ikut biar makin akrab hubungan kekeluargaannya,” tutup Lius. (mainsepeda)

 


COMMENTS