Gowes Merdeka 500 km dalam 24 Jam ala Proxy Cycling Club Sampit, Kalteng

Hari kemerdekaan Indonesia ke-74 tahun dimaknai dengan baik oleh Proxy Cycling Club dari Sampit, Kalimantan Tengah. Tentunya dengan gowes. Jarak yang ditempuh tidak main-main, 500 km dalam 24 jam! Mereka menyebutnya “Gowes Merdeka 500 km”.

Ide bermula dari Cuanda. Dari hanya sekedar ngobrol bersama teman-teman dari akhirnya serius dan dilaksanakan Sabtu, 17 Agustus. 
Skemanya, jarak 500 km itu pergi pulang. Jadi diputuskan rutenya adalah Sampit - Kota Besi - Pangkalan Bun – Sampit. “Jalanan relatif mulus, tidak banyak kendaraan lewat, kontur jalan yang rolling tidak terlalu mematikan. Tapi musuh terbesar adalah angin,” bilang Cuanda saat berdiskusi dengan teman-temannya.

Akhirnya hanya 5 cyclist Proxy yang maju tak gentar menyelesaikan tantangan ini. Mereka adalah Agus Candra, Cuanda, Hendry Kurnia, Irwan Limantara, dan Bambang Siswanto. “Saya sempat bertemu John Boemihardjo, cyclist Surabaya dan menceritakan ide gila teman-teman Proxy. John antusias untuk ikut. Dia mengajak dua orang temannya, Rudy Rustanto asal Cepu dan Go Suhartono dari Surabaya. Jadi total ada 8 cyclist yang komitmen untuk menyelesaikan Gowes Merdeka 500 km,” bangga Cuanda.

Didorong oleh rasa penasaran, 5 anggota Proxy yang lain mendaftarkan diri. Tapi mereka hanya mengikuti setengah jalan yakni 250 km. “Saya, Budi S, Budiono Halim, Cervin, dan Herman Kho yang setengah jalan, Sampit – Pangkalan Bun,” tutur Suciono. Segala perencanaan dilakukan dengan matang. “Tim Surabaya” beberapa kali latihan gowes jarak jauh. “Tim Sampit” juga. Mereka malah tes rute dan survei warung, depot, dan toko yang bisa disinggahi sebagai pitstop.

Mengantisipasi warung atau depot tutup karena libur Agustusan, mereka membawa tiga mobil lengkap dengan perbekalan. “Mulai dari makanan ringan, minuman soda, air putih, elektrolit, kopi, dan lainnya semua ada di dalam mobil,” bilang Cuanda.

Tiba saatnya, hari Sabtu, 17 Agustus tepat jam 04.45 pagi, 13 cyclist berangkat dari hotel Midtown yang berada di kawasan MT. Haryono. Speed harus dijaga di rata-rata 34 km/jam dan disiplin istirahat setiap 45-an km. Sesuai jadwal, tepat jam 15.30 seluruh cyclist tiba di Pangkalan Bun.

“Sudah setengah jalan, 270 km. Dan kita makan siang di depot Soto Kwali - Pangkalan Bun,” tutur Cuanda. Jam 16.30 tepat, tinggal 8 cyclist yang gowes balik ke Sampit. Untuk menghemat tenaga, mereka sepakat berhenti setiap 30 km. Perjalanan malam juga bahaya jadi mereka mengurangi kecepatan hingga rata-rata hanya 30an km/jam. Tidak ada lampu penerangan jalan, jadi hanya mengandalkan lampu sepeda. 

“Saya pasang dua lampu di depan dan belakang. Agar terang dan aman,” tukas Agus. Sayang, ketika kilometer menyentuh angka 290an, Irwan menyerah. “Saya sudah tidak kuat lagi mengikuti speed rombongan. Apabila saya paksakan maka saya akan memperlambat peloton. Jadi saya stop,” keluhnya.

Ketika hari mulai gelap, sekitar kilometer ke–320, giliran Go Suhartono menyerah.  Cyclist berusia 70 tahun ini sudah sangat lelah dan mata Ko Hai, sapaan akrabnya sudah tidak maksimal menembus kegelapan malam. 

Akhirnya, jam 03.43 dini hari John, Rudy, dan Cuanda berhasil masuk ke hotel Midtown Sampit dan menyelesaikan tantangan ini! Moving time mereka bertiga adalah 15 jam 42 menit. "Total waktu tempuh adalah 23 jam. Jadi total waktu stop kami adalah sekitar 7 jam," jelas John. Lantas 1,5 jam kemudian, jam 05.10 pagi giliran Hendry, Bambang, dan Agus Candra finis juga!  

Tiga finisher pertama jam 03.43 dini hari: John Boemihardjo, Cuanda, dan Rudy Rustanto.

“Kendala terbesar adalah suhu udara yang berubah drastis. Siang bisa panas hingga 42 derajat. Malam dinginnya 17 derajat,” bilang Agus Candra. Hendry mengaku kaget dengan elevasi yang dijalaninya. Menurutnya yang ada hanya jalanan miring sekitar 50 – 100 meter. Tapi terakumulasi sejauh 500 km sehingga totalnya mereka “menanjak” sejauh 2.400 meter. 

Jalan raya yang mulus dengan kontur rolling sepanjang Sampit-Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

“Kaki saya sudah super jenuh beberapa kali kram. Untungnya di 85 km terakhir kaki sudah bisa diajak kompromi tidak kram lagi. Kecepatan rata-rata di awal yang lumayan tinggi membuat tenaga terkuras. Saya sangat habis bis bis!” bilang Cuanda. 

Bambang mengaku sangat bahagia. Pasalnya, dia baru gowes setahun terakhir ini. "Saya sudah habis-habisan hanya mencoba dan mencoba terus untuk bertahan dengan cara drafting di 160 km terakhir. Akhirnya selesai juga dan membanggakan saya bisa finis bersama ketua Proxy, Hendry Kurnia," tuturnya.  

Puas? Untuk sesaat mereka puas bisa menyelesaikan Gowes Merdeka 500 km dalam 24 jam. Tapi mereka sudah merencakana hal “gila” lainnya. “Kita rencanakan gowes Sampit-Banjarmasin 430an km di hari pertama. Lalu hari kedua Banjarmasin-Loksado sekitar 180an km. jadi dua hari total 600an km. Ikut, yuk!” tutup Cuanda sambil mengajak cyclist Indonesia. (mainsepeda)

 

 

 


COMMENTS