Time Trial dan Tourmalet, Dua Kunci Pekan Kedua Tour de France 2019

Sepuluh etape melelahkan sudah berlalu. Hari istirahat pertama sudah dinikmati. Mulai Rabu ini (17 Juli), Tour de France 2019 menjalani pekan kedua. Terdiri atas lima etape, “bab kedua” lomba ini memiliki dua etape yang bisa menentukan juara overall.

Pekan kedua akan dimulai dengan etape datar Rabu ini. Bahkan mungkin, inilah rute sprinter terakhir sebelum etape penutup di Paris, 28 Juli mendatang. Setelah ini, semua fokus tertuju ke etape-etape yang diburu oleh para bintang general classification (GC), yang memperebutkan yellow jersey.

Dari lima etape di pekan kedua, ada dua yang sangat menentukan. Bahkan, bisa jadi kedua etape ini lebih menentukan daripada etape-etape gunung di pekan penutup nanti.

Yaitu etape individual time trial (ITT) hari Jumat (19 Juli), disusul sehari kemudian dengan etape gunung eksplosif yang berakhir di tanjakan legendaris: Tourmalet.

Etape ITT diselenggarakan di Kota Pau, di kaki pegunungan Pyrenees. Panjangnya 27,2 km, dan agak rolling. Bagi para pemburu GC, ini adalah ujian individual terberat. Inilah satu-satunya etape ITT di Tour de France tahun ini, jadi segala kehebatan/kelemahan individual akan terlihat nyata di sini.

Tak heran bila etape ITT selalu dijuluki sebagai “Race of Truth.” Tidak ada yang bisa sembunyi, apalagi bohong, di etape seperti ini.

Bagi beberapa kandidat juara overall, ini etape sangat dinanti. Karena mereka tergolong lumayan dalam ITT. Misalnya juara bertahan Geraint Thomas (Team Ineos), serta rekan setimnya Egan Bernal.

Keduanya sedang agak di atas angin, karena menjauhi masalah pada sepuluh etape awal. Bahkan, mereka inilah yang disebut sebagai target utama pesaing merebut yellow jersey. Bukan Julian Alaphilippe (Deceuninck-QuickStep), yang sekarang mengenakan jersey itu.

Di etape ini, Thomas dan Bernal bisa semakin menguatkan posisi sebagai kandidat juara.

Jagoan ITT lain adalah Richie Porte (Trek-Segafredo). Bedanya, dia berharap bisa menggunakan etape ini untuk kembali ke panggung persaingan. Performa Porte dan timnya cenderung mengecewakan di awal lomba. Kehilangan banyak waktu di Team Time Trial (TTT), serta tercecer saat peloton diporak-porandakan oleh angin kencang pada Etape 10.

Bagi sebagian kandidat lain, ini etape menakutkan. Harapan mereka untuk jadi juara bisa langsung pupus di penghujung etape 27,2 km itu. Sebut saja Nairo Quintana (Movistar) dan Romain Bardet (AG2R La Mondiale).

Bagi mereka yang terancam di ITT, target di etape pendek itu adalah untuk meminimalisasi time loss. Harapannya, waktu yang hilang bisa direbut lagi sehari kemudian.

Etape 14, Sabtu (20 Juli), memang dirancang khusus untuk climber. Tidak banyak basa-basi, total panjang rute hanya 117,5 km . Tapi langsung tancap gas dari awal untuk menaklukkan dua gunung. Yang pertama adalah Col du Soulor, tanjakan kategori 1 sepanjang 12 km. Setelah itu turun, dan langsung tancap gas lagi ke Tourmalet.

Nah, tanjakan penutup ini termasuk paling “monster” di Tour de France. Masuk hors categorie (di atas segala kategori), sepanjang 19 km, dengan ujung 3 km yang curam. Udara tipis juga jadi tantangan, karena Tourmalet finis di ketinggian 2.115 meter.

Dengan dua etape berat ini, besar kemungkinan kandidat juara overall sudah terseleksi di puncak Tourmalet. Tapi, banyak pembalap berharap persaingan masih terus terbuka lebar hingga pekan ketiga.

Seperti yang diutarakan Romain Bardet, 28, salah satu pembalap idola Prancis. “Tour ini baru berlangsung sepuluh hari, dan satu hari bisa mengubah segalanya,” tandasnya.

Bardet mengakui sepuluh hari pertama tidak berlangsung sesuai harapan. Tapi dia berharap pada 11 etape yang tersisa momentum bisa berbalik. “Kita bisa mengumpulkan segala masalah di awal Tour, lalu mengejar. Sebaliknya, kita bisa merasakan awal yang sempurna, tapi tiba-tiba segalanya berantakan dalam hitungan sepersekian detik. Yang penting harus menjaga hasrat dan ambisi untuk meraih hasil terbik,” ujarnya. (mainsepeda)

Foto: Bettini photo dan Getty Images 

 


COMMENTS