Komunitas yang Merangkul Semua Klub Sepeda

Ini bukan klub sepeda. Ini adalah komunitas sepeda. Hal itu yang ditekankan oleh Ario Pratomo, kordinator dari Jakarta Cycling Community (JKTCC). Bermula dari 2015, sekitar 10-12 cyclist yang sering gowes di Bintaro sedang berkumpul lalu tercetuslah ide membuat nama BL9 untuk komunitas ini.

“BL itu Bintaro Loop. Angka sembilan karena kita sering nongkrong di kafe di Lot 9,” jelas Ario. Lantas, dibuatlah Whatsapp grup sebagai wadah untuk janjian gowes di kawasan Bintaro.

Setelah lebih dari setahun Whatsapp grup itu berjalan, banyak anggota dari klub lain yang ingin bergabung untuk gowes bareng dengan BL9. Akhirnya, member grup Whatsapp BL9 isinya cyclist dari berbagai klub.

Suatu pagi, Ronald Simanjuntak yang akrab dipanggil Pacok, salah satu pendiri BL9 menyarankan mengganti nama Whatsapp grup menjadi sesuatu yang lebih luas. Bukan hanya Bintaro saja.

“Diputuskan pakai Jakarta Cycling Community disingkat JKTCC. Dan ini adalah wadahnya para cyclist, siapapun boleh gabung untuk sharing soal cycling dan jadwal serta rute,” jelas Ronald.

Bersama Deny Gepeng Christian dan Rayza Eca Tisnohadi, Ronald menjelaskan visi dari JKTCC adalah ingin merangkul semua cyclist tidak mempedulikan dari klub mana dengan satu tujuan yaitu bersepeda.

Saat ini, sekitar 100 member terdaftar dalam Whatsapp grup JKTCC sedangkan member yang terdaftar dalam Strava Club ada 668 cyclist dari Jakarta dan daerah lain maupun luar negeri.

“Karena JKTCC ini merangkul banyak komunitas, sehingga ada kalanya anggota JKTCC mengajak komunitasnya untuk gowes bersama. Jadi tak jarang, ada beberapa komunitas bergabung dengan ride rutin JKTCC,” bilang Pacok.

“Inilah misi kami, menggabungkan semua komunitas sepeda,” imbuh Deny Gepeng Christian. Klub sepeda seperti Bintaro Loop, SACC, Skippy, RCCJKT, WCC, Milagro, dan lainnya sering gowes bareng.

JKTCC memiliki jadwal ride hari Rabu dengan nama “Woles Wednesday”. Woles artinya Selow atau pelan yang penulisannya dibalik. Biasanya hari rabu akan start dari Senayan City jam 5.30 pagi lalu finis di sebuah café untuk ngobrol. “Ride Rabu ini dibuat bersahabat speed maupun jaraknya. Maksimal hanya 40 km dalam kota,” bilang Ario.

Barulah hari Sabtu, JKTCC mengadakan long ride dengan nama “It’s Saturday Ride” dengan jarak 70-100 km. Rutenya? Bisa dalam kota Jakarta atau keluar kota menanjak ke Sentul Km 0 atau ke Puncak Rindu Alam.

Nah, hari Minggu ini adalah hari coffee ride. “Ujung-ujungnya banyak makan daripada gowesnya!” ujar Pacok lantas terbahak. Tidak ada rute khusus di hari Minggu ini. Rute jalur ditentukan setelah tahu ingin finis di kafe mana atau mayoritas yang hadir ingin makan apa.

Untuk hari-hari lainnya, JKTCC tidak memiliki rute gowes resmi. Biasanya ada aja anggota yang share rute di Whatsapp grup dan langsung aja join apabila ada anggota ada yang ingin gowes.

Meskipun JKTCC ini bukanlah klub sepeda tapi saat ride bersama memiliki peraturan yaitu harus ride bersama dan apabila ada yang tertinggal harus ditungguin.

Banyak cerita lucu dari anggota JKTCC ini. Ada grup papan tengah yang terdiri dari Iyes, Eddy, dan Nanda. “Mereka ini tidak kenceng, tapi lamban juga tidak. Akhirnya berkelompok sendiri di tengah peloton dengan speed yang nanggung,” cerita Ario.

Ada lagi yang tim “gak bisa pelan.” Ini yang suka merusak peloton. Piko, Billy, Bimo, Akun, Romi, dan Royce bawaannya ngebut terus tidak bisa pelan.

Tapi anggota JKTCC paling heboh tentunya para ladies. Mereka mementingkan gowes cantik foto-foto dibandingkan dengan latihannya. Lidya Tjoa sering disebut anggota terbawel, lalu ada juga Liza Wibowo yang mudah tergoda dengan makanan. Ada juga Johana ‘Tante Jo’ dan Diva ‘Mamidiva’ yang biasa berada di grup paling belakang saat bersepeda.

Jonathan punya kebiasaan unik. Berangkat dari Senayan City, Jonathan gowes bersama rombongan. Tapi tiba-tiba di tengah jalan, Jonathan “menghilang.” Tiba-tiba muncul lagi di tempat finis.

“Saya tidak kuat kalo mengikuti speed teman-teman jadi cari jalur sendiri yang penting start dan finis bersama,” dalih Jonathan saat ditanya teman-temanya.

“Member kita berbagai kalangan, berbagai usia, berbagai kemampuan dan ada laki perempuan. Jadi kita harus toleran apalagi misi dan visi JKTCC adalah untuk membuat olahraga sepeda makin berkembang jadi harus bisa merangkul cyclist terutama yang baru gowes,” tutur Ario berfilosofi.

Selain akrab dalam bersepeda, antar anggota kerap mengadakan gathering off saddle. Bisa dengan karaoke, makan siang, atau makan malam. “Yang penting kumpul tidak dengan jersey dan sepeda,” tutup Pacok. (mainsepeda)

           


COMMENTS