Dapat Jersey setelah Lulus Tanjakan Km 0 Sentul

Sehat adalah hal terpenting. Tanpa karyawan yang sehat maka suatu perusahaan tidak akan maju. Dan apabila sakit maka perusahaan akan mudah mencari pengganti. Bersepedalah agar sehat!

Itulah pedoman yang dipegang oleh karyawan Adhi Karya, salah satu perusahaan milik negara (BUMN) ini. Selain sehat, mereka juga dapat memperoleh refreshing dan bersosialisasi.

Tahun 2009 lalu, mulailah muncul bibit cyclist di kalangan karyawan Adhi Karya. Guna terus menumbuhkan semangat bersepeda, Indradjaja Manopol, Tjatur Waskito, dan Bindut terus mendorong teman-teman untuk membeli sepeda dan diadakan gowes bersama.

“Saat itu belum terorganisir dengan baik. Banyak anggota Adhi Karya yang ikut gowes dengan komunitas lain. Bagus juga untuk menumbuhkan semangat gowes,” bilang Yan Arianto, General Manager Gedung Adhi Karya.

Nah, sejak 2018, mulailah dibuat lebih serius. Giliran Haris, Tjatur, Yan Arianto, dan Bambang Iriyanto mengorganisir seluruh goweser di kalangan Adhi Karya ini menjadi suatu wadah bernama ADHIGOS (Adhi Karya Gowes). Anggota resmi awalnya hanya 35 cyclist dari Jabodetabek. Tapi saat ini sudah mencapi 750 cyclist dari seluruh Indonesia.

ADHIGOS yang mengangkat Pundjung menjadi pembina ini memiliki jadwal gowes rutin sebulan sekali. Titik kumpul untuk rute dalkot adalah kantor Adhi Pasar Minggu. Atau bisa juga ke Royal Sentul Park untuk gowes menanjak ke Km. 0 Sentul.

Uniknya, hampir seluruh anggota ADHIGOS ini menyukai tanjakan. Bahkan mereka memiliki ritual khusus untuk anggota baru. “Sertifikasi dengan cara harus bisa menaklukkan gowes menanjak ke titik Km. 0 Sentul. Lalu selfie di sana dan fotonya diupload ke grup. Setelah itu baru resmi menjadi anggota ADHIGOS dan berhak mendapatkan jersey klub,” jelas Yan.

Hampir setiap selesai rapat kordinasi di salah satu kota, seluruh anggota ADHIGOS menyempatkan diri untuk gowes di kota itu. “Beberapa saat lalu ada acara BUMN di Sidoarjo. Kami sempatkan gowes di Surabaya dan mampir ke Wdnsdy Café Surabaya,” bilang Tjatur yang menyebutkan sudah pernah gowes di Bali, Belitung, Bandung, Lampung, Jogja, Banten, dan lainnya.

Menurut Yan dan Tjatur, dengan adanya acara gowes setelah rapat di salah satu kota ini, membuat keakraban antar karyawan beda kota makin terjalin. Dan ketika di atas sepeda, semua atribut jabatan ditanggalkan.

“Tidak perlu sungkan apabila mau menyalip bos saat gowes,” ujar Tjatur, Ketua Umum ADHIGOS. Menyegarkan suasana, anggota ADHIGOS mempunyai banyak cara.

Salah satunya adalah ketika berhenti di perempatan lampu merah, ada aja yang beratraksi menghibur pengendara lain. Seperti berhenti tanpa turun kaki, sepeda diangkat dan berputar 180 derajat, atau loncat trotoar.

“Pernah juga kita foto selfie bersama anggota polwan yang sedang bertugas,” bilang Yan. ADHIGOS memiliki agenda rutin tahunan. Setiap bulan Februari – Maret adalah ulang tahun Adhi Karya jadi diadakan gowes sesuai dengan usia di tahun itu.

Tahun 2018 lalu, ADHIGOS mengadakan De Nanjak 58 km dari Jogjakarta dengan peserta 650 orang. Sedangkan tahun 2019, ADHIGOS mengadakan De Borobudur 59 km dengan peserta lebih dari 1.000 cyclist. “Kami mengundang komunitas lain untuk bergabung dan merayakan hari jadi Adhi Karya ini,” bilang Tjatur.

Tidak melulu gowes, ADHIGOS juga mempunyai misi sosial. “Sesuai dengan jargon kami “Beyond Cycling” kami mengadakan baksos dengan membangun sarana ibadah, pendidikan, dan program penghijauan,” imbuh Yan.

Semangat bersepeda ini cepat menular ke teman-teman Adhi Karya lainnya. Karena selain menyehatkan badan, bisa menambah pertemanan, dan yang terpenting bisa memantau proyek yang besar dengan bersepeda.

Bahkan Adhi Karya pun memberikan kelonggoran cicilan untuk karyawannya yang ingin membeli sepeda. “Enak banget memantau proyek dengan sepeda. Saat ini kita sedang membangun proyek Stadion Manahan di Solo. Jadi kita berkeliling menggunakan sepeda. Waktu mengawasi proyek Asian Games di Stadion GBK, saya memantaunya dengan bersepeda Brompton,” tutup Yan. (mainsepeda)

 

 

        


COMMENTS