"Selamat Mas Azrul berhasil menyelesaikan Bentang Jawa plus podium lagiii. Keren poll Mas. Mematahkan stigma hanya bisa berhasil di event-event sendiri. Ini terbukti di event orang lain yang lebih ketat regulasinya pun Mas Azrul dan Mas Joko bisa tetap podium. Selamaaaat Mas!"
Begitu bunyi salah satu pesan yang saya dapat Sabtu dini hari lalu (16 Agustus). Datang dari Defi, salah satu tim utama saya bikin event-event Mainsepeda.
Beberapa waktu sebelumnya, tepatnya pukul 23.32 WIB, Jumat menjelang tengah malam (15/8), saya resmi menuntaskan event Bentang Jawa 2025. Sebuah event ultra cycling paling bergengsi di Indonesia, di mana peserta harus menuntaskan rute 1.500 km lebih, dengan menanjak total hampir 17 ribu meter, dari Pantai Carita, Banten, hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
Peserta harus menuntaskannya secara mandiri, tanpa support. Diberi waktu dari Minggu pagi, 10 Agustus, hingga Sabtu sore, 16 Agustus. Dengan pengawasan tracker dan perhatian banyak penggemar sepeda di Indonesia, peserta harus adu kecepatan, adu ketahanan, serta adu strategi untuk bisa mencapai Banyuwangi sebelum cut off time.
Harus cari makan sendiri, cari tempat istirahat sendiri, mengatasi masalah sepeda sendiri, dan lain sebagainya.
Tahun ini, saya ikut di kategori pair (berpasangan) bersama Joko "Juarez" Sumalis, salah satu teman gowes sejak 2012 lalu. Dan alhamdulillah, kami mampu finis di urutan ketiga pair. Meraih posisi podium.
Ini adalah sukses kedua kami berdua di ajang ultra cycling 1.500 km. Pada Februari lalu, kami menjadi finisher pertama di East Java Journey (EJJ) 1.500 km. Event itu diselenggarakan Mainsepeda sendiri. Jadi, saya bisa membayangkan perasaan tim Mainsepeda ketika saya bisa membuktikan diri juga di event milik orang lain dengan persaingan yang lebih keras dan ketat.
Tentu saja, ada banyak cerita yang bisa ditulis selama perjalanan saya dari Carita ke Banyuwangi. Selama 5 hari, 18 jam, dan 2 menit itu. Tidak mungkin semua saya tulis di sini. Tapi, saya ingin menyampaikan beberapa highlight. Sisanya, atau puzzle untuk melengkapinya, bisa Anda lihat di beberapa podcast Mainsepeda di YouTube.
3. Joko The Pilot
Selama Bentang Jawa ini, Joko benar-benar harus jadi pilot yang menjaga pace. Seperti ucapan saya saat finish, hasil finish urutan ketiga ini adalah kemampuan saya. Karena kemampuan Joko jauh lebih cepat hahaha...
Dan setelah pengalaman EJJ di saat saya sempat demam dan mengalami masalah spoke putus, kami di Bentang Jawa jadi jauh lebih disiplin dan lebih siap. Makan sesuai jadwal, rute nyaris sesuai plan, dan membawa kebutuhan peralatan lebih lengkap.
Ketika spoke saya putus lagi di hari pertama (km 73), kami sudah bawa spare dan dengan cepat mengatasinya.
Untuk kemampuan Joko, gas pol sangat mungkin. Tapi untuk kemampuan saya, disiplin "plan your ride and ride your plan" sangatlah krusial. Kami sama sekali tidak memikirkan hasil posisi berapa, bahwa ada potensi podium baru kami menyesuaikan strategi.
6. What's Next?
Entahlah. Biarkan kami memulihkan diri dulu. Badan saya masih terasa letih tiga hari setelah finis. Jari-jari tangan saya masih kesemutan dan agak mati rasa (kebas). Menulis ini saja agak lambat karena jari kelingking kiri dan kanan sama-sama sulit menekan tombol keyboard.
Tapi cyclist sejati biasanya suka "kapok lombok". Setelah pulih, mencari tantangan selanjutnya! (azrul ananda)