John Boemihardjo, co-founder Wdnsdy Bike, akan menghadapi tantangan baru. Setelah finish lima besar di Bentang Jawa dan "Beat The Sun" (mengalahkan matahari) di Unbound Gravel 200, John akan menggeber sepedanya di London-Edinburgh-London (LEL), 3-8 Agustus ini.
London-Edinburgh-London adalah event sepeda paling menantang di Inggris Raya, sekaligus salah satu perhelatan ultra cycling terbesar di dunia. Diselenggarakan setiap empat tahun, edisi 2025 akan menempuh jarak total 1.538 km dengan total menanjak 13.442 m.
John akan tergabung di kelompok "lebih berat", yang start di London. Jaraknya sedikit lebih panjang, yaitu 1.558 km dengan total menanjak 13.750 m. Time limit yang diberikan? Hanya 129 jam dan 50 menit.
Menurut deskripsi penyelenggara, LEL bukan sekadar tantangan ketahanan bersepeda. Event ini juga perjalanan untuk mengeksplorasi rute-rute unik dan pedesaan di Inggris Raya.
John berniat menuntaskan rute seefisien mungkin (baca: cepat). Itu tercermin dari setelan sepedanya yang tergolong sangat minimalis. Menunggangi sepeda aero allrounder Wdnsdy AJ5, John menianggalkan segala tas besar. Setelah beberapa pekan bereksperimen dengan berbagai setup, pria kelahiran 1979 ini akhirnya memutuskan hanya memakai dua tas. Satu top tube bag dan satu custom saddlebag buatan Urbn Case, hasil kolaborasi dengan Wdnsdy Bike dan Mainsepeda.
"LEL ini memang harus self-supported. Tapi panitia sudah menyiapkan lokasi-lokasi checkpoint atau control, di mana peserta bisa mengisi suplai, beristirahat, bersih-bersih, bahkan mechanical support. Jadi saya bisa membuat sepeda saya seringan mungkin, secepat mungkin, lalu memaksimalkan support yang ada itu", tuturnya.
Selain minim bawaan, sepeda John memang dibuat seringan mungkin. Wdnsdy AJ5 itu dibuat "raw carbon" alias tanpa cat. Dengan logo-logo dan corak minimalis bertemakan merah putih.
Pilihan grupset juga yang paling mutakhir dan ringan. Yaitu SRAM Red AXS E1 terbaru, dengan teknologi "effortless braking" yang membantu menghemat tenaga saat pengereman. Untuk wheelset, John menggunakan Wdnsdy custom carbon dengan hub DTSwiss 180.
Kokpit sepeda John memaksimalkan segala komponen terbaik dari FSA/Vision. Termasuk carbon aerobar. John juga tidak mau kompromi dalam hal navigasi dan penerangan, mengingat dia harus menempuh jalanan-jalanan terpencil hingga sangat larut malam (atau bahkan sampai dini hari). Memakai bike computer terbaru iGPSport BiNavi dan lampu-lampu Gaciron. Untuk apparel, tentu saja John mengenakan jersey desain khusus dari SUB Jersey.
Rencananya, John akan berangkat ke London pada Senin, 28 Juli. Kalau berhasil, maka ini akan semakin melengkapi CV-nya sebagai salah satu cyclist paling accomplished di Indonesia.
John mengawali bersepeda pada 2013 karena saran dokter, terkait masalah punggung kronis. Ternyata dia menemukan bakat terpendam. Pria 187 cm itu lantas pernah merasakan rute-rute terbaik dunia, mulai Tour de France, Giro d'Italia, dan Vuelta a Espana.
Pada 2017, bersama Azrul Ananda, John mendirikan Wdnsdy Bike, merek sepeda performance Indonesia. Dengan sepeda buatan sendiri, John makin serius merambah arena kompetitif. Memenangi banyak event khususnya yang bersifat time trial dan ultra cycling.
Dia pernah menjadi juara East Java Journey 1.200 km, menjadi orang Indonesia pertama yang menuntaskan event gravel terberat Unbound Gravel 200 mil, sekaligus menyelesaikan tantangan bergengsinya: Beat The Sun (finish sebelum matahari terbenam). Tahun lalu, John mampu finish lima besar di Bentang Jawa, walau sempat "mengorbankan" sehari karena sempat jatuh sakit.
Mengaku persiapannya tahun ini kurang maksimal karena berbagai kesibukan, John tetap bertekad untuk "go hard" (slogan Wdnsdy) dan menambah lagi koleksi pencapaiannya: Menuntaskan London-Edinbugh-London. (mainsepeda)