Serunya Simulasi Sepeda Lipat dan Brompton untuk Bromo KOM

Kategori sepeda lipat (seli) dan Brompton tampaknya bakal benar-benar heboh di Bromo KOM Challenge 2019, even menanjak paling bergengsi di Indonesia.

Dari sekitar 400 peserta yang sudah mendaftarkan diri sejak 1 November 2018, sekitar seperempatnya datang dari kategori baru ini. Sejumlah komunitas dari berbagai kota juga sudah meminta jatah slot kepada penyelenggara, Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) dan Strive Nutrition Products.

Padahal, even baru akan diselenggarakan 16 Maret 2019!

“Beberapa penggemar Brompton mengaku ke saya tidak akan melewatkan even ini. Mereka merasa dihargai dengan adanya kategori khusus ini, karena selama ini banyak yang menganggap kategori ini bukan kategori ‘serius,” ungkap Cipto S. Kurniawan atau Wawan, dari Strive.

Beda dengan kategori road bike, yang bakal start di Surabaya, peserta kategori seli dan Brompton akan start dari Pasuruan. Jarak tempuh adalah 40 km dari GOR Untung Suropati Pasuruan hingga ketinggian 2.000 meter di Wonokitri, Bromo.

Peserta seli dan Brompton juga akan mendapatkan hadiah bagi yang mampu finis duluan. Dengan titik KOM Start dimulai 25 km menuju finis.

Bila kategori road bike diberi batasan cut off time empat jam dari KOM Start menuju finis, maka panitia belum menetapkan batasan waktu untuk kategori seli dan Brompton.

Untuk membantu menentukannya, Sabtu lalu, 24 November, sejumlah cyclist melakukan simulasi khusus. Yaitu oleh delapan cyclist dari AA SoS dan komunitas Bikeberry Surabaya Folding Bike (SFB).

Dari kiri : Alvin, Faisol, Kurnia, Tyas, Iwan, Kresna, Mirza, dan Raymond. 

Mereka start pukul 08.00 pagi, mencoba mensimulasikan situasi saat even nanti. “Ada yang menggunakan seli, ada yang Brompton. Kami ingin mendapatkan gambaran waktu yang tepat untuk even nanti,” kata Yan Christanto, panitia dari AA SoS.

Ketika waktu dihitung dari KOM Start menuju finis (25 km), Faisol Arif mencatat waktu terbaik, 3 jam dan 5 menit. Dia menggunakan Brompton tipe S6R dengan gigi standar 6-speed dan crank ukuran 44.

Faisol Arif mencatat waktu terbaik, 3 jam dan 5 menit menanjak ke Wonokitri, Bromo.

“Sebenarnya menanjak pakai Brompton nyaman saja. Tapi karena hanya enam speed, jadi harus lebih ‘memaksa,” tutur Faisol.

Mirza Rengga Putra finis lima menit di belakang Faisol. Dia memakai Brompton tipe P dengan komposisi gir sama. “Saya konservatif, sama sekali tidak agresif. Karena riding position Brompton itu tegak dan harus mencari komposisi gir paling nyaman. Harus sabar,” katanya.

Saat even nanti, akan dipisahkan antara pemakai Brompton dengan seli. Ada gelar untuk seli, ada gelar untuk KOM. Saat simulasi, Raymond Siarta menggunakan seli merek Bike Friday tipe Pocket Rocket Super Pro, dengan ban 20 inci.

“Saya memakai grupset SRAM Red dengan crank 53-39, sproket 9-28,” ungkap Raymond, yang finis dalam waktu 3 jam dan 35 menit.

Raymond menggunakan Bike Friday tipe Pocket Rocket Super Pro dengan ban 20 inci.

Memang ketiga cyclist di atas punya pengalaman dan jam terbang tinggi bersama AA SoS. Jadi, waktu lebih realistis harus dilihat dari peserta lain.

Tyas Hartomo Putro, menggunakan seli merek Downtube Nova 20 inci, mampu mencapai finis dalam waktu 5 jam dan 24 menit. Dia memakai crank 52-34 dengan sproket 11-25. “Saya banyak berhenti-berhenti. Jadi makan banyak waktu. Harus banyak latihan endurance climbing,” ujar pria jangkung tersebut.

Tyas Hartomo Putro menggunakan seli merek Downtube Nova 20 inci.

Kresna Bimasakti, yang memakai seli Fnhon GUST dengan ban 16 inci, membutuhkan waktu 5 jam 59 menit. “Saya pakai crank 56-47 dan sproket 11-34. Berulang kali saya berhenti. Gila, tanjakannya tidak ada habisnya. Berasa sekali kalau menggunakan sepeda lipat dan ban mungil,” ucapnya.

Melihat hasil simulasi ini, panitia yang didukung SUB Jersey dan OtakOtak Event Organizer akan melakukan pertemuan dan menentukan cut off time yang ideal.

“Rencananya, peserta seli dan Brompton akan start tepat di belakang peloton non-kompetitif. Yang jelas, pemenang kategori seli dan Brompton nanti pasti bisa mencapai finis di bawah empat jam. Tinggal menghitung waktu toleransi untuk peserta kebanyakan. Kami akan umumkan nanti. Tapi yang pasti, semua harus latihan intensif kalau memang ingin nyaman menaklukkan Bromo,” kata Azrul Ananda, penggagas even menanjak ke Bromo.

Pendaftaran Bromo KOM Challenge 2019 masih berlangsung. Penawaran diskon early bird akan berakhir pada 31 Desember 2018. “Kami perkirakan, jatah kuota 1.000 peserta bisa habis atau hampir habis menjelang akhir early bird tersebut. Jadi silakan mendaftar apabila tidak ingin kehabisan slot,” ungkap Yan Christanto.

Informasi, regulasi, dan pendaftaran bisa dilakukan via Mainsepeda.com. (mainsepeda)

 

Foto : Pram Wardhana dan Tio Wdnsdy

 


COMMENTS