Terlebih dahulu saya ucapkan Selamat hari raya Idul Adha bagi semua umat muslim yang merayakan. Tulisan kolom hari ini sesuai judul saya, membahas Giro d’Italia yang baru saja berakhir Minggu lalu.
Bagi pecinta balap sepeda pasti sudah tahu siapa yang menang. Kalau belum tahu, maka saya kasih tahu. Yang menang namanya Simon Yates dari team Visma-Lease a Bike. Dan Simon ini mempunyai saudara kembar yang bernama Adam Yates, yang membela UAE Team Emirates-XRG.
Bila anda mengikuti Giro d’Italia tahun ini, maka anda tahu bahwa nama Simon Yates ini hanya muncul belakangan, belakangan bangetttt. Kalau kata orang Jawa itu “lakon menang keri” atau artinya tokoh utama menang belakangan.
Baca Juga: Kepincut Off Road, Loops Cycling Meramaikan Nggravel Blitar
Bagaimana tidak? Sebenarnya Giro tahun ini adalah milik team UAE. Team-nya Pogacar ini benar-benar luar biasa di awal, tengah sampai agak akhir. Ketika yang lain punya gaco satu saja sulit, eh team UAE ini punya dua atlet yang sama-sama bersinar. Satunya Juan Ayuso dan satunya Isaac del Toro.
Awalnya leader-nya Ayuso karena dia dinilai bisa mengemban tugas sebagai pemimpin ketika Pogacar “disimpan” untuk Tour de France. Eh di tengah jalannya Giro ini, Del Toro yang lebih bagus catatan waktunya. Sampai-sampai situasi internal mereka terasa memanas .
Akhirnya Ayuso terpaksa mengalah. Matanya bengep alias bengkak, bukan karena ditonjok, tapi karena kena gigit lebah. Dia akhirnya keluar ketika stage 18. Kala itu Del Toro memimpin waktu GC dengan jarak yang “cukup” jauh, 40-an detik di depan (Richard) Carapaz dan satu menit lebih di depan Simon Yates .
Carapaz dari team EF beberapa kali menunjukkan taringnya, walau lebih dulu lahir. Carapaz gigih berusaha memperkecil jarak selisih waktu, ia sempat memenangi etape Giro di etape ke-11. Akan tetapi, dominasi Del toro begitu kuat sampai stage 20 dimulai, ya sampai di sini saja.
Karena saya saja waktu itu ingin Carapaz yang juara karena orang ini ulet sekali. Walau temannya tidak sekaya team UAE, Carapaz tetap attack dan berusaha menjauh.
Ketika mereka berdua, Carapaz dan del Toro saling attack, saling lihat-lihatan seakan dunia milik berdua. Tapi ketika di puncak Colle delle Finestre, Adam yates nyelonong maju melewati mereka berdua. Seakan meremehkan atau sudah tak berdaya, mereka membiarkan si Simon ngeloyong menjauh. Di depan Wout Van Aert sudah menunggunya dan bertugas membawa/menarikkan Simon sampai titik nafas penghabisannya, agar Simon bisa menjauh lebih dari dua menit dari Del Toro. Dan akhirnya maglia rosa berpindah pemakai ketika di queen stage.
Baca Juga: Nggravel Blitar 2025: Cyclist MTB Antusias, Ada Berumur 14 Tahun!
Whyyyy? Mengapa? Del Toro tidak mengejar? Tidak ada yang tahu pasti, karena tahu isi lebih enak wkwkwkwk.
Yang saya heran si Toro ini masih terlihat fit dan kuat kala itu, tapi kok diam saja. Ketika sudah agak jauh saya sempat melihat gestur Carapaz yang tidak mau diajak ngejar. Ya saya paham Carapaz tidak mau tempatnya di podium diserobot orang. Kalau Carapaz ikut mengejar kemungkinan habis bensin di tengah jalan.
Singkat kata bravo untuk Simon yang pada 2018 kalah di gunung yang sama oleh Chris Froome. Sekarang dia bisa memang dan merebut Maglia rosa, sekian. (Johnny Ray)