Cek Rute ke Titik Start Trans America Sekaligus Lengkapi Perbekalan

Jelang start Trans AM Bike Race (TABR) atau Trans America, Dzaki Wardana terus melakukan persiapan. Ia kembali mempelajari rute. Mengecek wilayah di sekitar titik start. Sampai melengkapi perbekalan yang lewat atau kurang ia persiapkan.

Sepanjang Jumat, 2 Juni waktu Indonesia, Dzaki Wardana sempat melakukan cek rute dengan gowes sejauh 25 km dari titik start. Ia ditemani partnernya, cyclist dari India, Sundar.

Dzaki dan Sundar perlu berinisiatif melihat kondisi jalanan TABR untuk membantunya melakukan persiapan. Sekaligus menyiapkan strategi. Pada 25 km setelah start TABR, peserta bakal melewati taman nasional. Layaknya hutan pada umumnya, tidak ada minimarket atau tempat makan sampai 50 km ke depan.

“Saya coba cek rute TABR bersama Mr Sundar, ternyata kita akan melewati taman nasional. Tidak akan ada minimarket untuk mengisi logistik sampai kilometer 50. Di sini jadi saya bisa menyiapkan strategi pengisian logistik dan menentukan pace ketika gowes,” ujar Dzaki.

Dzaki akan tetap pada target awalnya di TABR, yakni gowes 250-300 km per harinya. Sebagai catatan, matahari di Amerika baru terbenam di pukul 21 atau 22. Itu karena Amerika sedang memasuki musim panas. Siang hari akan berjalan lebih panjang.

“Saya akan start santai saja. Save mode dan save driving. Jadi akan menggunakan pace saya sendiri. Di hari pertama saya coba target gowes 350 km, lalu menginap di motel," terangnya.

Dzaki juga berupaya mengisi logistik setiap 50 km. Lalu makan berat di setiap 100 km. "Pengalaman saya kehabisan logistik ketika perjalanan di Astoria lalu sangat berharga. Jadi saya tak akan menunda lagi untuk isi logistik,” terangnya.

Di hari kedua, Dzaki coba gowes sampai ke kilometer 65. Di sana ia akan menginap di hotel khusus pesepeda. Harganya lebih murah dari motel biasa. Jika hotel biasa per malam seharga USD 100, di hotel khusus sepeda harganya bisa USD 35. "Sangat worth it menurut saya,” ujar Dzaki.

Perjalanan Dzaki dari Seattle menuju Astoria lalu memang menjadi pelajaran berharga. Ia sempat kehabisan logistik di tengah perjalanan. Hal itu membuat Dzaki berpikir dua kali untuk menunda waktu mengisi logistik selama mengikuti TABR.

Dzaki saat ini menginap di Astoria bersama Sundar. Dari pria asal India itu Dzaki banyak belajar bahwa barang dan gear yang dibawa jauh dari kata "proper". Setelah menengok bawaan Sundar, Dzaki merasa bahwa barang yang dibawanya kurang untuk menghadapi suhu dan iklim di Amerika Serikat.

“Saya lihat barang Sundar benar-benar well prepared. Dia siap menghadapai kondisi cuaca dan suhu dingin ekstream di Amerika," ungkapnya. Dzaki pun memutuskan membeli beberapa barang tambahan. Mulai jaket thermal, sarung tangan tambahan, serta beberapa barang yang bisa membantunya mengatasi suhu dingin.

Suhu di Amerika saat ini memang terbilang sangat dingin, walau sudah menjelang summer. Saat ini suhu di Astoria mencapai 8-11 derajat celcius. Bagi orang dari negara tropis, suhu ini tentu sudah sangat dingin. Apalagi di hari ketiga TABR akan melalui rute pegunungan McKenzie, yang diperkirakan suhu di ketinggian mencapai 5-6 derajat celcius.

Melihat kondisi saat ini di AS, Dzaki sedikit mengubah rencana awalnya. Dari hanya satu minggu menginap di hotel, akhirnya diputuskan terus menginap di penginapan hingga balapan selesai. Kecuali benar-benar dalam keadaan terdesak dan jauh dari penginapan.

“Setelah merasakan kondisi suhu dan iklim di Amerika, saya rasa sangat tidak memungkinkan tidur di luar ataupun di sepanjang jalan. Jadi saya memutuskan menginap di penginapan selama TABR,” pungkasnya.

Dzaki Wardana menjadi orang Indonesia pertama yang ikut Trans Am Bike Race (TABR) atau Trans America. TABR adalah event sepeda rutin digelar sejak 2014. Rutenya sepanjang 6800 km dengan elevasi total mencapai 53.000 meter.

TABR start di Astoria, Oregon. Finis di Yorktown, Virginia. Dzaki mencoba menaklukkan event bergengsi itu dengan menaiki sepeda brand Indonesia, Wdnsdy Journey KS.(mainsepeda)

Jangan lupa saksian Podcast Mainsepeda terbaru


COMMENTS