Terinspirasi AA SoS, GAS CC Doyan Suffering di Bali


GAS Cycling Club (CC) meramaikan dunia sepeda di Bali. Mereka memang masih baru. GAS terbentuk ketika pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia pada awal 2020 silam. Secara resmi mereka menggunakan nama GAS CC sejak 13 Februari 2021. Hingga kini anggota mencapai 65 orang.

Founder GAS CC Agus Indra Soekandar menceritakan bahwa nama tersebut diambil secara tidak sengaja. Bahkan tidak ada makna khusus. Pada awalnya, kata GAS itu sendiri bukan kepanjangan dari sesuatu. GAS berasal dari jawaban di grup pesan pendek para anggotanya.

"Biasanya waktu ada ajakan gowes di grup WhatsApp, ada balasan gas yuk. Ya sudah, saya berinisiatif untuk mengambil kata GAS sebagai nama komunitas kami," terang cyclist yang akrab disapa Awie tersebut.

Pada akhirnya Awie dan teman-teman mencari kepanjangan yang pas untuk GAS. Setelah beberapa perembukan, mereka sepakat bahwa GAS adalah kepanjangan Gowes Asal Senang. "Yang penting gowes. Kami itu ya happy-happy saja," bilangnya.

Rata-rata anggota GAS CC memang berasal dari kalangan pemuda. Mulai usia 20-an tahun hingga 40an tahun. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Ada yang masih mahasiswa, kalangan pekerja swasta, hingga mereka yang berprofesi sebagai wirausaha. 

Awie mengungkapkan bahwa GAS CC sangat terinspirasi dengan AA SoS (Azrul Ananda School of Suffering). GAS CC mengikuti jejak AA SoS yang rutin melakukan gowes saban Rabu, alias Happy Wednesday. Akan tetapi, GAS CC menyesuaikan dengan gaya mereka sendiri.

“Kami sesuaikan dengan kegiatan member. Bisanya hari Kamis dan Sabtu. Itu kegiatan kami yang rutin. Kalau hari Kamis, kami gowes sekitar 80 kilometer. Nah, kalau Sabtu baru waktunya suffering. Biasanya minimal 100 kilometer dengan elevasi minimal 1.500 meter," kata cyclist 32 tahun itu.

Ya, GAS CC memang doyan suffering. Meskipun 'disiksa' oleh rute tanjakan setiap pekan, namun Awie mengaku jika rekan-rekannya justru senang bisa melakukan hal tersebut. "Bersepeda sekalian bermeditasi. Bisa introspeksi dan memotivasi diri sendiri. Bisa saja ada ide kreatif yang muncul saat nanjak," ungkapnya.

Awie menambahkan, ketika nanjak itu, cyclist dan sepedanya seperti menyatu. Membuat mereka bisa fokus ke satu tujuan yang sama. Menurutnya, cara ini bagus untuk melatih mental agar tidak gampang menyerah. "Makanya di GAS CC kami menyebutnya dengan happy suffering," terang Awie.

Kebiasaan menaklukkan tanjakan di Bali membuat banyak di antara anggota GAS CC yang menjadi climber. Mereka biasanya melakukan gowes ke Kintamani dan Bedugul. Tentu dengan variasi rute yang berbeda. "Elevasinya bisa 1.700 meter, tergantung lewat jalur mana," ujarnya.

Sejak terbentuk GAS CC sudah memiliki dua jersey. Saat launching jersey pertama pada Februari 2021, mereka melakukan gowes keliling Bali dengan jarak sekitar 360 kilometer. GAS CC menuntaskan misi ini dalam dua hari dan satu malam. Sebanyak 30 member mengikuti gowes launching jersey tersebut.

Sementara jersey kedua diperkenalkan saat mereka mengikuti event nanjak paling heboh di Indonesia, Bromo KOM Challenge 2022 pada Mei lalu. Menjelang tutup tahun ini, GAS CC sudah mempersiapkan agenda suffering lainnya. Mereka berencana keliling Pulau Dewata lagi.

"Kami rencananya mau mengadakan tur keliling Bali lagi. Akan tetapi kali ini akan ditempuh dalam waktu yang lebih singkat, yakni satu hari. Saat ini kami mencari waktu yang pas bersama teman-teman. Jika semuanya sudah siap, kami akan gas keliling Bali," kata pria yang berprofesi sebagai fitness instructor itu. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 107

Foto: I Made Sri Ardana (@ardana_qrn ), Dokumentasi GAS CC


COMMENTS