Lindungi Climber Mungil, Pakai Sepeda Bersuspensi

Etape 9 Tour de France (TdF) 2018, Minggu, 15 Juli ini, bakal jadi etape unik. Berakhir di Roubaix, etape ini memang dirancang untuk jadi “Mini Paris-Roubaix” di tengah-tengah balapan terbesar di dunia. Para pembalap harus melewati 15 bagian cobbled (berbatu) yang kasar sebelum mencapai garis finis.

Peter Sagan (Bora-Hansgrohe) saat melewati salah satu sektor berbatu menuju Roubaix.

Sejak jauh sebelum TdF dimulai 7 Juli lalu, tim-tim peserta sudah melingkari Etape 9 ini. Walau tidak ada tanjakannya, etape ini bisa merontokkan impian pembalap untuk mencapai finis TdF, apalagi menjadi juara.

Logikanya sederhana.

Paris-Roubaix termasuk lomba paling “keras” di dunia. Dengan medan begitu berat, pembalap-pembalap yang turun biasanya adalah yang berbadan besar-besar, berotot, punya power besar. Mereka butuh itu untuk bisa tahan dibanting-banting di atas bebatuan.

Tour de France biasanya dimenangkan oleh climber. Berbadan kurus-kurus, atau kecil bahkan mungil. Mereka bakal terlempar-lempar di atas bebatuan kasar menuju Roubaix.

Karena itu, strategi tim di Etape 9 ini bakal rumit. Di satu sisi, banyak tim punya “spesialis” yang punya kans menang. Di sisi lain, mereka harus mengerahkan segala upaya untuk melindungi climber-climber ringan.

Taylor Phinney (EF Education First-Drapac), yang finis di sepuluh besar pada Paris-Roubaix 2018, menyebut Etape 9 ini bakal berlangsung menyeramkan.

“Bakal ada begitu banyak pembalap besar going crazy mencoba melindungi pembalap-pembalap termungil di timnya,” ucapnya seperti dikutip Cyclingnews.

EF Education First-Drapac termasuk tim yang harus memilih itu. Di satu sisi, mereka punya Phinney dan Sep Vanmarcke, yang sangat mampu meraih kemenangan di jalanan berbatu. Di sisi lain, mereka harus memandu dan mengawal andalan general classification (GC) mereka, Rigoberto Uran.

Greg Van Avermaet (BMC) juga termasuk dalam posisi rumit. Dia saat ini mengenakan yellow jersey sebagai pemimpin GC, tapi dia bukanlah andalan tim untuk meraih GC. Sebagai mantan juara Paris-Roubaix, dia tentu ingin menang di Etape 9. Tapi dia juga harus memikirkan dan mengamankan Richie Porte.

Richie Porte (BMC) sebagai pembalap andalan GC harus dilindungi oleh Greg Van Avermaet (BMC), pemegang yellow jersey saat ini.

Strategi tim-tim peserta saat menjalani etape ini bakal sangat menarik untuk diikuti!

Sementara para pembalap harus siap dengan segala situasi, para mekanik juga harus kerja ekstra untuk menghadapi Etape 9 ini.

Sejumlah tim menyiapkan sepeda dan perlengkapan khusus, sama seperti saat mengikuti Paris-Roubaix. Misalnya, menurunkan sepeda khusus jalanan kasar, memasang ban lebih lebar (hingga 30 mm), menggandakan bartape di handlebar, dan lain-lain.

Team Sky misalnya. Akan memakai Pinarello Dogma K10S yang dilengkapi suspensi belakang elektronik. “Dengan suspensi belakang kami tak harus memompa ban terlalu lunak. Suspensinya otomatis jadi baru aktif saat menghantam bebatuan. Itu memberi keuntungan saat berada di permukaan normal sebelum memasuki kawasan berbatu,” jelas Gary Blem, mekanik tim Inggris itu.

Pinarello Dogma K10S dengan suspensi belakang elektronik akan digunakan oleh pembalap Team Sky.

Tim-tim juga memastikan semua pembalapnya memakai sepeda dan perlengkapan semirip mungkin. Dengan demikian, kalau unggulan/andalan tim menghadapi masalah di jalanan, dia dengan mudah bisa mengambil sepeda atau perlengkapan milik rekannya.

Etape 9 ini berlangsung total 154 km, dari Arras Citadelle menuju Roubaix. Ada total 15 secteur (bagian berbatu) yang harus dilewati, total sejauh 22 km.

Baik Paris-Roubaix maupun TdF sama-sama diselenggarakan oleh Amaury Sport Organisation (ASO). Bedanya, Paris-Roubaix berakhir di dalam velodrome, sedangkan Etape 9 TdF akan finis di tempat berbeda di kota yang sama. 

 

 

 

 


COMMENTS