Froome: Kalau Saya Ingin Sesuatu, Saya Harus Menuntaskannya

Giro d’Italia 2018 akan dikenang sebagai salah satu yang paling klasik. Seorang superstar –calon legenda-- menjadi pemenang maglia rosa sekaligus mountains classification. Sprinter tuan rumah merebut ciclamino jersey, kandidat superstar jadi pembalap muda terbaik.

Berikut ulasan dan komentar masing-masing klasemen, tentu saja dimulai dengan Christopher Froome (Team Sky) dan sukses dahsyatnya menjuarai Corsa Rosa (julukan Giro), setelah empat kali juara Tour de France dan sekali merebut Vuelta a Espana.

 

CHRISTOPHER FROOME

Juara General Classification dan Mountain Classification

Bagi Chris Froome, Giro d’Italia ini merupakan kemenangan grand tour-nya yang keenam. Yang spektakuler, ini adalah kemenangan ketiga berturut-turut, setelah Tour de France dan Vuelta a Espana 2017.

Memang, tiga kemenangan beruntun ini bisa terkoreksi, mengingat Froome masih dalam proses menghadapi masalah salbutamol (obat asma), yang terjadi di penghujung Vuelta a Espana, September  2017 lalu.

Harus selalu diingatkan, secara teknis salbutamol bukan doping, dan Froome dalam sejarahnya sudah terbukti mengidap asma. Karena itu dia tidak langsung menghadapi sanksi, boleh terus ikut lomba sampai masalah itu mencapai keputusan.

Ada kemungkinan, Froome tetap mendapat sanksi. Ada kemungkinan, gelar Vuelta-nya akan dicabut. Ada kemungkinan pula, gelar Giro d’Italia ini bisa dibatalkan. Tapi, sangat bisa pula Froome dibebaskan, dan rekor istimewa ini bertahan.

Selama Giro, Froome terus dihantui masalah ini, terus ditanyai soal ini. Sambil harus terus berjuang merebut kemenangan. Froome benar-benar menunjukkan mentalnya sebagai big champion.

“Saya kira ini bagian dari karakter saya. Selalu bisa mengabaikan hal-hal tertentu. Saya sangat fokus pada apa yang harus saya capai, saya tahu apa yang ingin saya capai. Begitu saya ingin sesuatu, saya harus menyelesaikannya,” kata Froome usai seremoni Giro di Roma, Minggu (27 Mei).

Pembalap 33 tahun ini menegaskan, dia tidak berbuat kesalahan apa-apa. Dia berkali-kali menegaskan itu selama Giro, bahwa pada waktunya orang akan bisa mengetahui dan setuju dengan pihaknya.

Asal tahu saja, masalah salbutamol Froome ini bisa terus berlanjut hingga Tour de France! Bahwa UCI dan badan anti-doping tidak bisa membuat keputusan cepat juga membantu persepsi terhadap Froome, bahwa yang terjadi di Vuelta lalu bukanlah sesuatu yang sederhana.

Chris Froome merayakan keberhasilannya bersama kru Team Sky sebelum finis Etape 21. Bahkan gelasnya pun pink!

Froome sendiri lebih suka bicara soal Giro ini. Dia menyebut ini sebagai kemenangan grand tour terberat dalam karirnya. Dari dulu dia tahu betapa beratnya Giro, yang punya slogan “The Hardest Race In The Most Beautiful Place.”

“Giro adalah grand tour of classics, segalanya bisa terjadi pada hari mana saja. Ini tantangan terbesar dalam karir saya, jadi bisa di sini mengenakan maglia rosa memberi perasaan luar biasa,” tuturnya.

Setelah Giro ini, Froome akan istirahat total dua pekan, lalu latihan menghadapi Tour de France, yang dimulai 7 Juli mendatang. Sambil istirahat, dia akan menikmati jersey barunya yang berwarna pink, berdampingan dengan jersey “bonus” berwarna biru sebagai juara mountains classification.

Oh, bonus tambahan lagi: Team Sky mengakhiri Giro d’Italia sebagai juara teams classification.

Team Sky juara teams classification Giro d'Italia 2018.

 

General Classification (Top Three)

1. Chris Froome (Inggris), Team Sky 89 jam 2 menit 39 detik

2. Tom Dumoulin (Belanda), Team Sunweb + 46 detik

3. Miguel Angel Lopez (Kolombia), Astana + 4 menit 57 detik

 

Mountains Classifiation

1. Chris Froome (Inggris), Team Sky 125 poin

2. Giulio Ciccone (Italia), Bardiani CSF 108

3. Simon Yates (Inggris), Mitchelton-Scott 91

 

Teams Classification

1. Team Sky 267 jam 48 menit 58 detik

2. Astana + 24 menit 58 detik

3. Bora-Hansgrohe + 43 menit 32 detik

 

 

ELIA VIVIANI

Juara Points Classification (Ciclamino Jersey)

Bagi Elia Viviani, Giro d’Italia 2018 merupakan pembuktian besar bahwa dia layak masuk barisan sprinter terbaik dunia. Ya, tidak ada banyak sprinter elite turun di lomba ini, semua fokus menuju Tour de France. Tapi, pembalap Quick-Step Floors tetap harus meraih kemenangan demi kemenangan.

Pada akhirnya, Viviani merebut empat etape. Viviani menjadi pemenang points classification, berhak mengenakan jersey Ciclamino alias warna ungu. Menyenangkan para tifosi, karena ada pembalap tuan rumah yang bersinar di Giro d’Italia.

Ini merupakan sukses besar. Sekaligus melupakan kekecewaan tahun lalu, saat dia masih bersama Team Sky. Waktu itu, tim Inggris itu  memutuskan untuk tidak membawa Viviani ke Giro karena fokus membawa climber untuk mengejar juara overall.

Elia Viviani (Quick-Step Floors) dengan ciclamino jersey bersama Wout Poels (Team Sky) di Etape 21 Giro d'Italia 2018.

“Jersey ciclamino ini adalah target besar setelah memenangi dua etape di awal lomba. Kami bekerja keras, kami mengeluarkan banyak energi, tapi saya benar-benar ingin tiba di Roma mempertahakan jersey ini,” tutur Viviani, yang mengaku superlelah setelah dua etape gunung sebelum penutupan di Roma.

Viviani memang gagal menang di Roma, kalah dari Sam Bennett. Tapi dia tidak kecewa. “Kita harus fokus pada apa yang kita menangkan, bukan pada kekalahan,” tandasnya.

 

Points Classification (Top Three)

1. Elia Viviani (Italia), Quick-Step Floors 341 poin

2. Sam Bennett (Irlandia), Bora-Hansgrohe 282

3. Davide Ballerini (Italia), Androni Giocattoli-Sidermec 147

 

 

MIGUEL ANGEL LOPEZ

Juara Young Riders Classification dan Podium Overall

Ada begitu banyak bintang dari Kolombia, kadang kita lupa pada climber bernama Miguel Angel Lopez (Astana). Pembalap 24 tahun ini kelak juga bisa jadi big champion, setara dengan Nairo Quintana.

Di Giro d’Italia ini, Lopez meraih hasil luar biasa. Naik podum di urutan tiga sekaligus merebut jersey putih sebagai pemenang young riders classification.

“Sulit dipercaya saya naik podium Giro. Ini fantastis. Saya benar-benar happy bisa meraihnya, dan bisa tampil di Giro tanpa menghadapi masalah besar,” ujarnya.

Bukan hal mudah bagi Lopez untuk melakukan ini. Dia harus bersaing ketat dengan Richard Carapaz (Movistar), baik dalam meraih podium maupun jersey putih. Keduanya bahkan bersaing hingga Etape 20, alias etapa tanjakan terakhir, Sabtu 26 Mei lalu.

Pada akhirnya, Lopez hanya unggul 47 detik atas Carapaz. Ini merupakan salah satu jarak terkecil di klasemen pembalap muda (U25).

Dengan hasil ini, Astana mungkin bisa lebih mempercayai Lopez untuk turun di lomba-lomba terbesar. Termasuk Tour de France!

Lopez sendiri mulai melejit pada 2016. Awal tahun itu, dia merebut etape gunung Tour de Langkawi di Malaysia, di Cameron Highlands. Lalu dia melonjak jadi juara balapan WorldTour, Tour de Suisse.

Masa depannya sangatlah cerah! (mainsepeda)

 

Young Riders Classification (Top Three)

1. Miguel Angel Lopez (Kolombia), Astana 89 jam 7 menit 36 detik

2. Richard Carapaz (Ekuador), Movistar + 47 detik

3. Sam Oomen (Belanda), Team Sunweb + 9 menit 21 detik

 

Foto-foto: Bettini, TDW, Cyclingnews.


COMMENTS