Ikut Jajal Rute dan Tentukan Pilihan Gir Unik di Tanjakan

Di balik seorang juara pasti ada sosok kuat yang mendorong dan mendampingi. Begitu pula di cycling. Tadej Pogacar meraih gelar juara di Tour de France (TdF) 2020 bukan sekadar karena dianya kuat dan hebat. Ada sosok penting yang membantunya menyiapkan diri dan peralatan, mengatur strategi menghadapi setiap etape yang harus dilalui.

Di UAE Team Emirates, sosok itu adalah Allan Peiper. Pria asal Australia berusia 60 tahun ini adalah directeur sportif (DS) tim tersebut. Semacam manager/pelatih kalau di olahraga lain. Dia adalah mantan pembalap profesional, dan pernah bertahun-tahun sukses menjalani karir sebagai DS di tim-tim lain seperti HTC-Highroad dan BMC.

Peiper-lah yang merencanakan segala strategi Pogacar. Khususnya saat menghadapi etape penentu, Etape 20 berupa time trial sejauh 36,2 km. Etape TT itu unik, karena 30 km-nya berupa datar panjang tapi diakhiri dengan 6 km tanjakan yang sangat curam.

Memasuki etape itu, Pogacar masih ketinggalan 57 detik di belakang Primoz Roglic (Jumbo-Visma) di klasemen general classification. Tidak banyak yang menduga dia bisa menyisihkan sesama pembalap Slovenia tersebut. Tapi ternyata, Pogacar mengeksekusi etape itu dengan sempurna. Membalik situasi dan menyalip Roglic, mengamankan yellow, white, dan polkadot jersey

Dan ternyata, Roglic tidak sekadar tancap gas. Kejar menang atau tidak, sejak jauh hari timnya sudah menyiapkan rancana khusus untuk hari itu.

Allan Peiper, directeur sportif UAE-Team Emirates

Menurut Peiper, sejak lama dia sudah dua kali mengecek khusus rute etape TT itu. "Bulan Juni lalu saya ke sana sendirian, lalu saya ke sana lagi bersama Tadej pada bulan Juli. Saya naik mobil menjajal rute, saya juga naik sepeda sendiri menjajal rute. Berkat itu, saya bisa menetapkan strategi khusus untuk hari lomba," jelasnya seperti dilansir Pez Cycling

Dua keputusan penting dibuat sebelum lomba. Pertama, harus ada pergantian sepeda, dari sepeda TT ke sepeda road normal, sebelum tanjakan. "Karena kebutuhan gir kedua bagian lintasan --datar dan tanjakan-- sangatlah beda," ungkapnya.

Nah, pemilihan girnya istimewa. Untuk tanjakan, sepeda Colnago V3Rs yang dikendarai Pogacar memakai sproket unik. Grupset Campagnolo Super Record EPS-nya dipasangi sproket 14-29. Ya, sproket yang normalnya dipakai untuk balapan kelas junior!

Logikanya luar biasa. Di tanjakan, Pogacar tidak akan membutuhkan gir 11 atau 12 untuk top speed. Tapi dia butuh lompatan gir yang pendek-pendek di bagian tengah sampai atas. Pada bagian tengah sproket 14-29, girnya urut antara 18 hingga 25. Digabung dengan kombinasi chainring 50-36 di depan, Pogacar punya perpindahan gigi mulus --dengan cadence dan kecepatan ideal-- di setiap perubahan kemiringan jalan. Plus, Pogacar memutuskan tidak menggunakan power meter dan head unit untuk memastikan bobot sepeda seminimal mungkin, pas di batas minimal 6,8 kg yang ditetapkan UCI. Dia murni tancap gas pakai feeling!

Menurut Peiper, pihaknya juga melakukan latihan ganti sepeda di kaki tanjakan. Memilih spot terbaik untuk melakukannya, lalu memastikan pergantian berlangsung mulus tanpa masalah.

"Pada bulan Juli kami melakukan simulasi di tanjakan itu untuk memastikan pilihan gir. Lalu kami menyepakati lokasi ideal untuk ganti sepeda dan berlatih di sana. Saat latihan kami mampu membuat prosesnya hanya berlangsung tujuh detik. Tapi saya kira kami lebih cepat dari itu saat lomba," tutur pria yang pernah pulih dari kanker ini.

Untuk memastikan Pogacar juga istirahat maksimal sebelum etape, Peiper memberi jadwal khusus. Pagi sebelum etape, Pogacar dibiarkan tidur sampai jam 10 pagi/siang. Kemudian, dia pemanasan pakai trainer selama 30 menit. Lalu makan pagi dan pindah lagi ke hotel lain tak jauh dari start. Di sana dia di-massage lagi. Makan siang, lalu tidur lagi sebelum menuju tempat start dan melakukan pemanasan akhir.

"Kami ingin dia setenang mungkin sebelum lomba, jauh dari segala keramaian dan kehebohan di area start," kata Peiper.

Lewat video viral yang dirilis Velon (asosiasi tim), terlihat bagaimana Peiper dengan tenang memandu Pogacar di etape terakhir itu. "Tadej suka diberi masukan dan dukungan lewat radio, dia juga suka diberi update soal waktu. Tugas saya adalah untuk selalu tenang dan memberinya informasi sejelas mungkin," pungkasnya.

Etape 20 TdF 2020 itu memang luar biasa. Bakal dikenang sebagai salah satu etape paling seru dalam sejarah. Pogacar telah menjadi juara, dan dia bisa terus menjadi juara pada tahun-tahun ke depan.

Peiper sendiri mengaku sangat suka bekerja dengan pembalap berusia 22 tahun itu (ulang tahun sehari setelah TdF berakhir). "Dia sangat rileks, selalu tersenyum. Dia punya karakter baik, tidak pernah komplain dan selalu memproses segala informasi yang kita berikan. Bisa dibilang, dia pembalap yang sangat menyenangkan untuk menjadi rekan kerja," tandas Peiper. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 15

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: PhotoFizza, Cor Voz, Al Hamilton


COMMENTS