Akurasi Tes Covid-19 di Bretagne Classic–Ouest Merembet ke Tour de France

Adanya kasus positif Covid-19 pada pembalap Bora-Hansgrohe di lomba Bretagne Classic – Ouest berbuntut panjang. Sebab, ternyata hasil tes lanjutan menyatakan tak ada pembalap Bora-Hansgrohe yang positif. Padahal Bora-Hansgrohe sudah terlanjur menarik seluruh pembalapnya.

Kekhawatiran soal efektivitas tes Covid-19 pun mulai merembet ke Tour de France 2020. Apalagi di Tour de France 2020 ada protokol yang sangat ketat --yang ditakuti para pembalap dan tim peserta. Yakni, aturan pengeluaran dari Tour de France ketika ada dua atau lebih pembalap atau staf yang dinyatakan positif Covid-19.

Manajer Bora-Hansgrohe Ralph Denk mengatakan, kasus di Bretagne Classic – Ouest menggarisbawahi keraguan yang berkembang di antara tim dan pembalap tentang kelangsungan serta konsistensi pengendalian COVID-19. Kejadian di event itu juga jadi taruhan besar bagi semua orang di dalam peloton Tour de France, yang penyelenggaraannya tinggal beberapa hari lagi.

"Kejadian di event itu seperti mengonfirmasi kekhawatiran saya," kata Denk Selasa. Oleh karena itu, Denk meminta penyelenggara Tour de France segera melakukan penyesuaian, belajar dari pengetesan yang tidak akurat di Bretagne Classic – Ouest.

“Kami juga membutuhkan kepastian mengenai prosedur dan strategi pengujian. Jika tidak ada kepastian, kami akan mengadapi masalah serius. Sebagai organisasi profesional, siapa yang mau berinvestasi kalau seperti permainan lotere begini,” jelas Denk.

Sebelumnya sejumlah tim memang mengeluhkan beberapa mitigasi Covid-19 dan protokol kesehatan pada event-event balap yang mereka ikuti di masa pandemi ini. Ada tim yang mengeluhkan sudah menghabiskan dana hingga 100.000 untuk tes dan perlindungan lainnya.

Tim-tim balap pada intinya setuju adanya langkah-langkah kesehatan jika itu yang diperlukan membawa rasa aman untuk semua. Namun sejak kasus Bretagne Classic – Ouest, tim khawatir adanya ketidakkonsistenan penerapan protokol pengujian.

Denk mengusulkan perlunya ada tes dua bagian, mirip dengan pengontrolan anti-doping. Tujuanya sebagai second opinion untuk memastikan tidak ada kesalahan terhadap hasil tes.

"Seperti kita tahu, tes PCR memiliki tingkat kesalahan tertentu, jadi bisa menghasilkan hasil positif yang palsu," kata Denk dalam pernyataan timnya, Selasa. Menurutnya, jika tes dilakukan dua kali, maka ada kemungkinan untuk memeriksa hasil sesegera mungkin jika ada temuan kasus positif.

“Dalam peraturan anti-doping, sampel A dan sampel B disediakan untuk diuji bersama. Jika sampel A positif, hasilnya diperiksa dengan sampel B. Dalam strategi pengujian UCI saat ini, verifikasi seperti itu tidak ada," jelasnya.

ASO sebagai penyelenggara Tour de France diharapkan memiliki lab bergerak di setiap etape, yang memungkinkan kontrol tindak lanjut lebih cepat. Sejauh ini hal tersebut belum diatur dalam protokol kesehatan Tour de France.

Denk mengusulkan, jika memungkinkan, laboratorium olahraga yang terakreditasi untuk kontrol anti-doping bisa dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan ini. Untuk membantu memastikan hasil tes Covid-19 akurat dan cepat.

“Laboratorium anti-doping juga terakreditasi, yang berarti standar tertentu telah ditetapkan dan diperiksa. Itu mungkin bisa menjadi salah satu solusi,” katanya.

Bora-Hansgrohe terlihat jengkel dengan hasil tes Bretagne Classic – Ouest sebab mereka sudah terlanjur menarik semua timnya dari balapan tersebut. “Ini bukan sekedar tentang kehilangan poin (di balapan), tetapi juga tentang kehadiran di media. Kita jadi kehilangan nilai iklan yang menjadi dasar komitmen sponsor kami,” jelasnya.(Mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 11


Audionya ada di Spotify


COMMENTS