Primoz Roglic: Dari Juara Dunia Ski Jumping ke Juara Vuelta a Espana

Congratulation Primoz Roglic, juara Vuelta a Espana 2019! Sebuah pencapaian spektakuler. Karena dia ini sebenarnya bukan atlet balap sepeda. Bahkan, dia baru “mencoba” balap sepeda pada 2012, setelah sebelumnya meraih prestasi dunia di ajang ski jumping!

Ya, Roglic ini termasuk “anak baru” di arena balap sepeda. Sejak kecil, dia sebenarnya lebih suka berkiprah di sekitar salju. Besar di Kisovec, sebuah kota tambang kecil di pegunungan Slovenia, dia sudah berminat ikut ski jumping di usia 13 tahun.

Pada 2007, di usia 17 tahun, dia menjadi juara dunia junior ski jumping. Bagi yang tidak familiar, ini adalah olahraga yang cukup menyeramkan. Seorang atlet berdiri di puncak begitu tinggi, lalu seluncur cepat dan “terbang” setinggi sebaik mungkin untuk mendarat sejauh mungkin. Rekor pribadinya diraih pada 2011, melompat sejauh 183 meter!

Merasa sudah “mentok” di arena ski jumping, tidak bisa meraih prestasi lebih tinggi, Roglic memutuskan pindah haluan. Kebetulan dia beberapa tahun sebelumnya membeli sepeda, dan pernah menjajal duathlon dan triathlon. jadi dia memutuskan untuk mencoba jadi pembalap sepeda.

Pada 2012, di usia 22 tahun, dia mulai ikutan lomba amatir di Slovenia. Setahun kemudian, dia masuk tim UCI Continental setempat, Adria Mobil. Ini tahun “belajar.” Belum ada prestasi mengesankan.

Pada 2014, dia mulai bikin heboh. Dia meraih dua kemenangan profesional pertamanya. Yaitu satu etape di Tour d’Azerbaidjan dan balapan semi-classic Croatia-Slovenia.

Pada 2015, dia makin menjadi-jadi. Dia finis kedua di Tour of Croatia, memenangi Tour d’Azerbaidjan, lalu memenangi Tour of Slovenia sambil mengalahkan pembalap-pembalap Team Sky.

“Bersama (tim) Adria, kami selalu merasakan bahwa Primoz memiliki bakat istimewa,” kata Bogdan Fink, bos Adria Mobil, seperti dikutip majalah Peloton beberapa tahun lalu.

Rupanya, kiprah Roglic ini mengundang minat barisan WorldTour. Team LottoNL-Jumbo (sekarang Jumbo-Visma) mencomotnya untuk 2016. Menghadapi lawan-lawan di kelas tertinggi, Roglic mampu langsung unjuk gigi.

Bahkan, sejak tahun pertamanya di WorldTour itu, Roglic menunjukkan kemampuan sebagai pembalap yang bisa segala. Menanjak jagoan, time trial juga jagoan. Terbukti dengan memenangi satu etape TT di Giro d’Italia!

Pada 2017, Roglic mulai memenangi lomba-lomba besar. Dia jadi juara overall Volta ao Algarve. Lalu muncul hasil spektakuler, meraih kemenangan etape di Tour de France, menjadi orang Slovenia pertama yang melakukannya dalam sejarah.

Tahun 2018 kembali menunjukkan progres. Paling berkesan finis keempat overall di Tour de France, termasuk kembali memenangi satu etape. Ini menjadi modal untuk jadi kapten di ajang grand tour 2019.

Kesempatan pertama itu jatuh pada Giro d’Italia 2019, Mei lalu. Di atas kertas, dia seharusnya jadi juara. Karena di awal tahun, dia memenangi begitu banyak lomba. Antara lain Tour de Romandie, Tirreno-Adriatico, serta UAE Tour.

Roglic mengawali Giro dengan meyakinkan, memenangi etape TT pembuka. Tapi lantas dia “kalah tim.” Tidak mendapatkan cukup banyak support karena berbagai alasan (rekannya sakit, dan lain-lain). Apa boleh buat, dia pun finis ketiga. Naik podium, tapi sekarang ini adalah kekecewaan.

Dasar tidak pernah menyerah, Roglic semakin berambisi di Vuelta a Espana 2019. Timnya memutuskan untuk mengistirahatkan Roglic di tengah tahun, memaksanya absen di Tour de France. Kemudian, Jumbo-Visma juga memastikan Roglic punya pendukung kuat.

Lalu, tibalah saatnya. Vuelta a Espana dimulai.

Dan awalnya sangat mengkhawatirkan.

Di etape team time trial (TTT) pembuka, Jumbo-Visma apes. Terpeleset air di salah satu tikungan. Penyebabnya konyol, ada selang air yang bocor dari sebuah rumah di dekat tikungan itu. Bukannya meraih juara, tim ini malah kehilangan banyak waktu. Roglic langsung minus 40 detik di belakang pemimpin awal lomba, Miguel Angel Lopez (Astana).

Kabar buruk lain menyusul.

Gara-gara terpeleset itu, Jumbo-Visma harus kehilangan Steven Kruijswijk. Pembalap Belanda itu baru saja finis ketiga di Tour de France, dan seharusnya menjadi pendamping utama Roglic di La Vuelta. Sekaligus jadi kapten cadangan apabila terjadi sesuatu pada Roglic.

Minus satu pembantu, Roglic tetap tampil agresif. Di pekan pertama, dia langsung mampu meraih banyak waktu yang hilang dengan ikutan di barisan breakaway.

Lalu, di etape TT individu, Roglic tancap gas. Menang secara meyakinkan, jauh di depan para unggulan general classification (GC) yang lain. Praktis dia mengambil langkah penting untuk meraih gelar overall di situ.

Setelah itu, dia tinggal bertahan sebisa mungkin. Membendung serangan dan gempuran para pesaing di etape-etape gunung. Beruntung, barisan Jumbo-Visma yang tersisa mampu mengawalnya. Walau akhirnya sering sendirian di tanjakan terakhir, Roglic mampu menempel, bahkan mengalahkan para pesaingnya.

Puncaknya pada Etape 20, Sabtu lalu (14 September). Roglic tetap tenang sampai akhir. Dan mengamankan gelar overall dengan finis di urutan kelima.

Di etape parade penutup di Madrid, Minggu (15 September, Senin dini hari WIB), Roglic hanya perlu finis aman di peloton untuk memastikan gelar Vuelta a Espana 2019.

Dialah pembalap Slovenia pertama yang memenangi sebuah grand tour. Di usia 29 tahun, hanya tujuh tahun sejak memutuskan untuk pindah haluan jadi pembalap sepeda!

Sebagai bonus, Roglic juga mengamankan jersey hijau sebagai juara points classification.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan semua pihak yang terlibat dalam meraih hasil besar ini,” katanya sangat sederhana di podium juara. “Sampai jumpa di lomba-lomba selanjutnya,” tambahnya.

SETELAH INI APA?

Sudah bukan rahasia, Jumbo-Visma adalah superteam baru di WorldTour. Punya pasukan yang tak kalah elite dengan Team Ineos (alias Team Sky), dengan anggaran yang mungkin hanya separonya.

Tim Belanda ini juga terus menumpuk aset, memburu ambisi jauh lebih besar lagi dalam tahun-tahun ke depan. Salah satu akuisisi terbesar adalah Tom Dumoulin, juara Giro d’Italia 2017.

Tentu ini memunculkan pertanyaan: Kalau ada Dumoulin, dan sudah ada Kruijswijk, lalu mau diapakan Primoz Roglic?

Ternyata, tim ini tak mau buang waktu lama. Vuelta a Espana 2019 belum berakhir, tim ini sudah mengumumkan perpanjangan kontrak selaam empat tahun. Roglic akan di Jumbo-Visma hingga akhir 2023.

Cara mengumumkannya pun lucu. Tim merilis video di mana mereka menerima telepon dari berbagai tokoh, dari berbagai cabang olahraga. Semua mencoba merekrut Roglic untuk 2020.

Dari sepak bola, ada beberapa klub kondang. Salah satu yang “menelepon” adalah Frenkie de Jong (Barcelona). Lalu ada grup musik menawarinya jadi personel. Bahkan ada tim dart game yang menawarinya kontrak.

Inti dari video itu: Roglic adalah seorang atlet serbabisa, sehingga banyak bidang olahraga menginginkannya. Tapi mohon maaf, Roglic tidak akan ke mana-mana. Pembalap bertinggi badan 177 cm itu akan terus bersama Jumbo-Visma hingga 2023!

Akan sangat menarik melihat seperti apa strategi Jumbo-Visma tahun depan dan seterusnya. Seperti apa pembagian “porsi” untuk Dumoulin, Roglic, dan Kruijswijk.

Tim masih belum mau bicara secara spesifik. “Dalam tahun-tahun ke depan, kami akan terus bekerja untuk tumbuh bersama dan menjadi lebih baik di segala area,” begitu ucap Merijn Zeeman, sports director Jumbo-Visma saat mengumumkan kontrak baru Roglic. (mainsepeda)

 


COMMENTS