Ikasmanca Bersepeda, Kumpulan Cyclist Usia 50 tahun Plus Penggemar Turing

Mayoritas anggota Ikasmanca  (Ikatan Alumni SMA Negeri 5) Bersepeda Surabaya sudah berusia 50 tahun ke atas. Tapi soal semangat, jangan ditanya! Tak kalah dengan cyclist muda! Mereka sangat paham bahwa olahraga itu sangat diperlukan apalagi dengan usia segitu. “Olahraga paling aman untuk kami adalah bersepeda. Tinggal duduk saja dan tidak ada hentakan di kaki jadi lutut kami akan aman,” buka Suryo Purboko, sekretaris umum Ikasmanca Bersepeda Surabaya.

Sejak 12 Maret 2012 hingga hari ini sudah terkumpul 300-an cyclist. “Ikasmanca Bersepeda Surabaya ini dipelopori oleh Cak Nekad, alumni angkatan 80,” jelas Suryo. Ada tiga agenda yang dilakukan Ikasmanca Surabaya. Pertama adalah gowes rutin latihan dua minggu sekali.

”Ini memang orang-orang yang doyan jalan-jalan jauh,” ujar Kokok, sapaan Suryo. Jadi agenda kedua adalah Gowes Turing. Biasanya peserta bisa mencapai 125-150 orang. Dan terakhir, kegiatan yang sering dilakukan adalah Gowes Jelajah. Tinggal ditambahkan nama kota tujuannya.

Gowes Jelajah Jogja adalah acara yang baru saja dilaksanakan 26-28 Juli. Sekitar 25 orang anggota Ikasmanca Bersepeda mengadakan gowes sejauh 320 km ini. Karena ini adalah gowes santai maka dibagi dua etape. Surabaya – Ngawi dan hari berikutnya Ngawi – Jogja.

Seluruh anggota tim kebetulan sudah berusia di atas 50 tahun. Persiapan khusus juga harus dilakukan. ”Kami perbaiki stamina, endurance, dan teknik. Juga dipandu pelatih,” sahut Agustina Pujiastuti, salah seorang pengurus.

Jarak latihan rutin yang biasanya tak lebih dari 20 km ditambah pelan-pelan hingga mencapai 120 km. ”Biasa keliling kota, sekarang jadi antarkota. Sampai Tulungagung juga pernah,” jelas Rita Noya, salah seorang peserta.

Kokok, sapaan akrab Suryo Purboko mengatakan, teknik bersepeda juga diperbaiki. Misalnya, menjaga pace yang stabil. Cukup 20–25 km/jam. ”Terlalu cepat juga enggak bagus,” ujarnya. Selain itu, konsumsi cairan tak bisa asal. Air mineral yang dikonsumsi tidak boleh kebanyakan atau terlalu sedikit. Konsumsi air yang baik seharusnya dikeluarkan sebagai keringat saja.

Durasi bersepeda juga minimal satu jam tanpa henti. Jika terlalu pendek, efeknya belum optimal bagi tubuh. ”Apalagi usia 50 tahun begini, metabolismenya sudah berubah,” tutur pria 55 tahun itu. Dengan durasi satu jam, perbaikan metabolisme mulai terasa.

Untuk gowes sejauh 320 km, waktu pemberhentian peserta harus diatur. Beberapa pit stop diadakan untuk mengistirahatkan tubuh. Jaraknya berkisar 18 km hingga 50 km. Bergantung pada medan yang sebelumnya dilalui, apakah datar atau menanjak. ”Di situ kami sediakan tensi dan peralatan kesehatan lainnya. Buah, snack, minuman isotonik,” ungkap Kokok.

Jika ada peserta yang merasa kurang fit, mereka bisa memilih melanjutkan perjalanan di mobil ambulans untuk beberapa saat hingga siap lanjut gowes.

Menurut Kokok, setiap peserta harus mengerti keadaan tubuh masing-masing. Jangan sampai asal bersepeda. ”Apalagi kita juga berjuang melawan cuaca panas ya, bukan jarak panjang saja,” tukasnya.

Setelah menyelesaikan jarak tersebut, peserta pasti membutuhkan waktu recovery. ”Itu bergantung tubuh masing-masing juga ya,” tutup Rita. (mainsepeda)


COMMENTS