Dicari, Penakluk Gunung Fatuleu Bersama Kupang Road Cycling

Donny Winarso, Budi Thamrin, dan Mat bertiga kompak gowes bersama di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ada Robby Gontai bersama lima orang temannya rutin juga gowes. Mereka bertemu di Car Free Day (CFD) dan kompak menyatu sebagai sesama goweser Kupang.

“Tanggal 16 Maret 2016, dideklarasikan komunitas sepeda dengan nama Kupang Road Bike Community (KRBC),” tutur Donny. Tapi ternyata sudah ada komunitas lain yang menggunakan nama itu, jadi 25 November 2018, KRBC berubah nama menjadi Kupang Road Cycling (KRC).

Mereka menetapkan hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu sebagai hari wajib bersepeda. alhasil, sekitar 20an dari 40an anggota KRC pasti gowes bersama di hari itu.

Di Kupang, tidak ada jalur yang benar-benar flat. Karena konturnya adalah batu karang jadi meskipun rute harian 30 km tapi elevasi bisa mencapai 200 meter.

“Karena Kupang banyak pegunungannya, jadi titik kumpul disepakati di ‘bawah’ atau garis pantai lalu gowes menanjak ke gunung. Kadang juga titik kumpul di ‘tengah’. Tinggal disesuaikan dengan tujuan gowes hari itu,” jelas Robby.

Lucunya, kadang titik kumpul pagi itu di rumah salah satu anggota yang malas gowes. Jadi mau tidak mau dia pasti gowes pagi itu karena sudah ditunggu teman se-komunitas.

Menurut Indra Rama, salah satu anggota KRC, rute harian Selasa dan Kamis hanya 30-an km dan jam 7 sudah finis di Kelapa Muda. Sedangkan Sabtu biasanya rute santai mencari kuliner ke Eltari. untuk Minggu, baru rute jauh lebih dari 50 km bisa ke Oesao atau ke Taman Camplong dengan jarak 100 km pergi pulang. “Base camp dari KRC adalah di Warkon (warung kontainer),” ujarnya.

Anggota KRC sangat heterogen. Saat ini, yang terkuat gowesnya adalah Budi Thamrin. “Saya pernah gowes tiga hari keliling pulau Timor dengan jarak 550 km. Kemarin waktu ikut even Tour de Ambarukkmo 2019, saya ikut KOM dan finis peringkat 18,” tuturnya bangga.

Yang patut diacungi jempol semangatnya adalah Bobby Tanjung. Dengan berat badan 122 kg, Bobby tidak menyerah gowes menanjak. Bahkan, Bobby sudah lulus gowes menanjak ke Wonokitri Bromo dalam even Bromo KOM Challenge!

Paling ramai dan bawel? Disematkan pada Victor Yappy dan Doddy Kuana. Victor selalu komplain. “Rute berat ngomel, rute ringan katanya kurang berkeringat. Doddy selalu gembira dan bergurau terus. Jadi seru kalo ada dua kawan itu gowes bersama,” cerita Indra sambil tertawa.

Misi dan visi KRC tidak muluk-muluk. Mereka ingin menjadi komunitas sepeda yang guyub, rukun sehingga dengan gowes bisa senang-senang bercanda dan refreshing.

“Arti nama KRC kadang diplesetkan menjadi Komunitas Rajin Chatting. Karena setiap hari Whatsapp group kami tidak pernah sepi. Semua diobrolkan mulai sepeda hingga keluarga. Itulah serunya kami, ramai di Whatsapp juga ramai saat gowes,” cerita Robby lantas tertawa.

Pernah suatu ketika Nano, anggota KRC yang paling sering terlambat ingin merubah strategi paginya. “Semalam sebelumnya, Nano titipkan sepeda di rumah Indra. Jadi Nano bisa naik motor ke rumah Indra lalu bersama menuju titik kumpul. Ternyata begitu sampai rumah Indra, malah Indra tidak bangun dan ditelepon tidak diangkat, berteriak panggil namanya juga tidak bangun. Alhasil, teman-teman KRC gowes, Nano pulang kecewa berat tidak bisa gowes,” cerita Robby lantas terbahak.

Robby dan Indra bersama 48 orang anggota KRC ingin mempromosikan bersepeda di Kupang. Jadi mereka mengundang Dewo Pratomo, fotografer asal Surabaya yang kondang di kalangan cyclist untuk meliput acara ulang tahun KRC di 2018 silam.

“Kita ingin promosikan KRC dan Kupang ke dunia luar terutama ke cyclist. kita sangat welcome apabila ada cyclist yang ingin gowes di sini,” bilang Indra.

Robby menambahkan, di Kupang ada rute “horor” yakni gunung Fatuleu. Saking menakutkan dan beratnya, tidak banyak cyclist Kupang yang bisa menaklukkannya. “Kami tantang, cyclist luar Kupang untuk menaklukkan gunung Fatuleu ini!” tutup Robby. (mainsepeda)


 

 


COMMENTS