Siapa pun Jadi Juara, Dia Harus Meraihnya di Tanjakan

Lomba paling bergengsi di dunia, Tour de France, telah memasuki babak paling menentukan. Enam etape tersisa di pekan terakhir untuk menentukan siapa bakal jadi juara overall. Tidak ada lagi etape time trial, sehingga juara benar-benar harus diraih di tanjakan. Manusia lawan manusia.

Setelah 15 etape yang begitu naik-turun, hanya tersisa enam pembalap punya kans besar jadi juara di Tour de France 2019. Setelah 15 etape, hanya 2 menit dan 14 detik memisahkan enam orang ini di general classification (GC).

Mereka adalah Julian Alaphilippe (Deceuninck-QuickStep), Geraint Thomas dan Egan Bernal (Team Ineos), Emanuel Buchmann (Bora-Hansgrohe), Thibaut Pinot (Groupama-FDJ), dan Steven Kruisjwijk (Jumbo-Visma).

Dari enam etape yang tersisa, Etape 16 dan 17, Selasa dan Rabu ini (23-24 Juli) adalah etape datar dan rolling. Kalau berjalan normal, seharusnya tidak ada pergeseran di urutan GC. Kemudian, etape penutup hari Minggu (28 Juli) adalah etape parade di Champs-Elysees, Paris.

Dengan demikian, pertarungan perebutan juara akan terjadi pada tiga etape sebelum Paris. Yaitu Etape 18, 19, dan 20, Kamis hingga Sabtu (25-27 Juli). Tiga-tiganya etape gunung, dua di antaranya finis di puncak di ketinggian.

Di tiga etape itulah, dia yang terkuat akan jadi juara Tour de France 2019. Murni adu kekuatan menanjak!

Berikut ulasan masing-masing “finalis,” berikut kans mereka jadi juara:

1. JULIAN ALAPHILIPPE, pemimpin GC

Julian Alaphilippe masih mengenakan yellow jersey. Setelah digempur lawan-lawannya di pegunungan Pyrenees, dia masih memimpin klasemen GC. Walau jaraknya sudah tidak lagi nyaman, hanya 1 menit dan 35 detik di atas Geraint Thomas, sang juara bertahan yang membela Team Ineos.

Terus terang, tidak ada yang menduga Alaphilippe bisa bertahan selama ini. Tidak ada yang menyangka dia mampu menanjak seperti jagoan GC. Apalagi, dia melakukannya nyaris tanpa bantuan. Karena Tim Deceuninck-QuickStep termasuk tidak punya ambisi memburu GC, sehingga tidak menurunkan banyak climber di lomba ini.

Kalau Alaphilippe bisa bertahan jadi juara, maka itu akan jadi salah satu hasil paling spektakuler dalam sejarah Tour de France. Dan dia tidak perlu memikirkan banyak strategi. Dia hanya perlu bertahan sebisa mungkin di etape-etape gunung yang tersisa.

Alaphilippe sendiri mengaku masih ingin tampil nothing to lose. Baginya ini semua adalah bonus. “Saya tidak punya ambisi memenangi Tour ini, dan sampai hari ini tidak ada yang berubah,” ucapnya usai Etape 15 di Foix, Minggu lalu (21 Juli).

Juara yang tidak menarget juara? Kita tunggu di Paris!

2. GERAINT THOMAS, - 1 menit 35 detik

Sang juara bertahan menunjukkan kelasnya di Etape 15. Sempat dikira bakal tercecer, kapten utama Team Ineos ini tiba-tiba “menyala” 2 km sebelum finis, tancap gas meninggalkan Julian Alaphilippe. Alhasil, selisih waktu di klasemen GC jadi mengecil.

Plus, ini menunjukkan kalau Thomas tidak akan mudah menyerah. Dia mungkin bukan climber murni terbaik di Tour de France, tapi dia punya ketangguhan mental yang sulit ditandingi. Kalau dia tidak jadi juara lagi tahun ini, orang harus berjuang keras melangkahi Thomas untuk jadi juara!

Pembalap Inggris ini juga mengaku tidak punya strategi khusus menghadapi pekan terakhir Tour de France. Pokoknya siap tarung! “Saya tak sabar segera menuju (pegunungan) Alps dan tampil agresif, seperti saya yang biasanya,” ucapnya.

3. STEVEN KRUIJSWIJK, - 1 menit 47 detik

Diam-diam, Steven Kruijswijk bisa mencuri Tour de France 2019 ini. Secara pribadi, dia memang tidak spektakuler. Tapi dia selalu ada di saat persaingan memanas, dan tidak rontok di saat banyak jagoan rontok. Di antara enam kandidat juara utama, Kruijswijk termasuk paling konsisten sejauh ini.

Plus, pembalap Jumbo-Visma ini punya “senjata” hebat. Yaitu tim yang siap menemani dan mendampingi dalam pertarungan puncak. Dalam dua etape gunung di Pyrenees, Kruijswijk selalu ditemani oleh dua rekannya, George Bennett dan Lauren De Plus. Bahkan, dua orang itulah yang berperan aktif merontokkan para pesaing Kruijswijk.

Jangan pernah remehkan pembalap bersepeda Bianchi ini. Kalau fokus ke unggulan lain, jangan-jangan malah Kruijswijk yang jadi juara!

4. THIBAUT PINOT, - 1 menit 50 detik

Lima belas etape yang berlalu telah menunjukkan kalau Thibaut Pinot adalah climber terbaik di Tour de France 2019. Kemenangannya di Tourmalet begitu meyakinkan. Begitu pula agresivitasnya di penghujung Etape 15. Ketika pembalap Groupama-FDJ ini tancap gas di tanjakan, tidak ada yang mampu melawan.

Hanya nasib buruk yang membuat Pinot tidak menempel Alaphilippe di puncak klasemen GC. Pinot sempat kehilangan 1 menit dan 40 detik di salah satu etape rolling, saat peloton terpecah belah oleh angin samping yang kencang.

Di tiga etape gunung yang menentukan nanti, semua akan mengawasi gerak-gerik Pinot. Di atas kertas, kalau performanya masih sama seperti ketika di Pyrenees, Pinot akan mendominasi lagi di pegunungan dan mencuri yellow jersey dari badan Alaphilippe.

Itu di atas kertas. Ada faktor lain yang bisa menghalangi. Cuaca di Pyrenees tidak sepanas biasanya. Bahkan sempat hujan. Cuaca di Alps nanti bisa mendekati 40 derajat Celcius. Dalam sejarahnya, Pinot tergolong lemah saat cuaca panas.

Jadi, lawan utama Pinot nanti adalah panas. Kalau dia mampu mengatasinya, mungkin inilah sang juara lomba. Alaphilippe sendiri sudah bilang, kalau sampai harus kehilangan gelar, maka dia ingin Pinot jadi orang yang merebutnya!

5. EGAN BERNAL, - 2 menit 2 detik

Pembalap muda Kolombia ini kembali menunjukkan bakat dan kelasnya. Di pegunungan, dia jelas lebih hebat dari kapten utama Team Ineos, Geraint Thomas. Bahkan, dia sempat mengimbangi attack Pinot di Etape 15.

Bagi Team Ineos, Bernal bisa jadi “kartu Joker” dalam memburu juara. Bisa jadi senjata mengejutkan bagi para pesaing. “Segalanya berlangsung sempurna bagi kami. Mereka (Thomas dan Bernal) bisa bermain taktik, memainkan dua kartu, dan memberi pressure kepada Julian atau Pinot,” kata Nicolas Portal, sporting director Team Ineos.

Andai tidak jadi juara overall, Bernal sudah dipastikan dapat hadiah di Tour de France ini. Sekarang, pembalap 22 tahun itu sudah mengenakan white jersey sebagai pembalap muda terbaik. Dan pesaing terdekatnya sudah tertinggal terlalu jauh. Asal finis di Paris, penghargaan bergengsi ini sudah pasti jadi miliknya.

6. EMANUEL BUCHMANN, - 2 menit 14 detik

Pembalap Jerman berusia 26 tahun ini benar-benar mengejutkan semua orang. Emanuel Buchmann diam-diam mampu bertahan bersama para unggulan utama di tanjakan.

Meski demikian, pembalap Bora-Hansgrohe itu tetap berusaha “menginjak bumi.” Dia tidak menyangka bisa bersaing sejauh ini, dan dia tidak akan kecewa kalau ternyata tidak bisa bersaing lebih jauh lagi.

“Target saya masih masuk sepuluh besar. Saya akan sangat happy kalau bisa mencapai Paris di posisi tersebut. Tapi kalau saya masuk top five, tentu itu juga menyenangkan,” komentarnya datar.

LAIN-LAIN

Di belakang Buchmann, di urutan sepuluh besar GC, memang masih ada banyak nama-nama besar. Sebut saja Mikel Landa dan Alejandro Valverde (Movistar), Rigoberto Uran (EF Education First), serta Jakob Fuglsang (Astana).

Tapi selisih waktu mereka sudah agak jauh. Di kisaran lima menit atau lebih jauh lagi di belakang.

Karena itulah, praktis hanya ada enam “finalis” di Tour de France 2019 ini. Dan sang juara akan merebutnya dengan cara yang paling gagah, dengan cara berjaya di tanjakan! (mainsepeda)

 


COMMENTS