Yang namanya manusia pasti tidak sempurna. Kalau pun ada, itu hanya di dalam lagu. Demikian juga cyclist. Walau sudah berhati-hati, ada saja kecerobohan yang bisa dilakukan. Seringkali, akibatnya bisa merugikan diri sendiri.
Ini bukan tontonan seperti film pendek manusia bertopeng atau film seri drama Korea yang harus bermodal banyak tisu. Untuk menonton TdF, satu etapenya bisa berlangsung lima jam. Tidak ada mesin waktu, tidak ada adegan tembak-tembakan. Hanya melihat orang bersepeda (dan pemandangan di sekitarnya) selama berjam-jam!
Semua mungkin sudah tahu, belakangan ini ada banyak cyclist baru. Ada yang mengistilahkan "cyclist baru produk pandemi corona." Ada yang sekadar ikut-ikutan, ada yang ingin sekadar berolahraga, tapi ada juga yang ingin belajar serius.
Karena tanggal 17 Agustus 2020 jatuh pada hari Senin, maka kami membuat lomba sendiri. Hanya di antara kami sendiri. Kami menjudulinya "Tour de Independence 2020."
Kur... Kurrrr... Kurrrrrrr! Sambil melihat burung peliharaannya yang berada dalam sangkar, Om Kilimanjaro sedang mencari ilham. Ternyata, hobi bersepeda bukanlah satu-satunya hobi orang yang dikenal dengan nama Ilham Kilimanjaro ini.
Salah satu topik yang paling sering dibahas, diperdebatkan, dan membuat seseorang join atau tidak dengan sebuah grup/komunitas adalah rute gowes yang dipilih oleh grup/komunitas tersebut.
Sabtu lalu, 18 Juli, adalah hari yang sulit ber-feeling good. Karena saya termasuk dari sekelompok teman yang berniat mengelilingi Pulau Madura dari pagi hingga petang.
Banyak pembaca mungkin paham penggalan lirik dari lagu Sunday Best yang dinyanyikan oleh Surfaces itu. Iramanya yang santuy, mengalir dan membuat badan ingin joget kecil ini kembali menyita perhatian saya.
Sabtu akhir pekan lalu, 4 Juli, saya sempat gowes lagi ke Wonokitri, Bromo. Mengikuti lagi rute Bromo KOM Challenge, dari Surabaya melewati kota Pasuruan. Kenapa ke sana? Untuk mengucapkan selamat, selamat ulang tahun.