Brompjon Bandung, Gila Gowes Juga Dandan dan Modif

Dari sebuah pertanyaan di media sosial Facebook BOGI (Brompton Owner Group Indonesia), “adakah yang suka gowes di Bandung dengan Brompton?” dari Kukuh yang akan ke Bandung dalam rangka dinas dari SKK Migas Jakarta.

Akhirnya dibuatlah Whatsapp Group bernama Bandung Brompton Community (BBC). Setelah banyak anggota yang tergabung dalam whatsapp group itu, banyak yang kurang setuju dengan nama BBC yang terkesan mirip dengan salah satu ormas Buah Batu Corps di Bandung. Berubahlah nama ini menjadi Brompjon.

“Kita biasa panggil anak-anak dengan ‘mau Bromptonan ke mana jon? Jadi disingkat Brompjon. Ditambah dengan -ers menjadi Brompjoners sebagai panggilan anggota Brompjon Bandung. Ada juga yang bilang Jongjoner dalam bahasa Indonesia artinya santai, kalem, bebas,” jelas Edri Fauzan, salah satu pendiri Brompjon Bandung.

Awalnya hanya 20-an anggota yang menggunakan Brompton, tapi saat ini sudah mencapai 187 Brompjoners. Mereka rutin mengadakan gowes bersama tiap hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu. “Kadang bersama istri-istri juga. Jadi seru banget!” tukas Edri.

Biasanya meeting point di kafe milik Yudi atau di Cikapayang, Dago. Sedangkan finis, bisa bermacam-macam tergantung rute. Apabila ke Lembang, finis di café Kayu Taiwan. Atau ke Bubur Gowes Tahura apabila rute menuju Dago Atas.

“Untuk jarak tidak terlalu jauh paling 20-30 km saja. Kadang diagendakan tujuan tertentu ke Pengalengan dengan elevasi 1.500an meter sejauh 60-an km,” bilang Yudi.

Anggota Brompjon ini sangat beragam. Ada Michael Loesmanto yang didaulat sebagai Artisan Brompton paling hebat se-Asia. Michael sangat paham utak-atik Brompton jadi lebih keren. Ada juga Bens, Brompjoners yang kuat gowesnya dan sering beradu kecepatan dengan cyclist road bike.

“Ada lagi anggota kami yang hobinya beli part Brompton tapi tidak pernah dipakai. Dan ada juga anggota yang demen beli komponen tapi selalu salah,” bilang Edri sambil tertawa.

Tidak mengikat diri, anggota Brompjon kerap gowes bersama komunitas Brompton lain di kota Bandung. Maupun di luar kota. “Juga internal kami sering ngopi-ngopi di luar jadwal gowes kami,” bilang Kukuh, salah satu founder Brompjon Bandung.

Sama seperti komunitas lain, bully-membully sudah jadi “agenda wajib” menjaga keakraban. Biasanya terjadi saat turing. Pernah ada anggota yang kram maksimal tidak bisa gowes lagi. Ada yang peluk pohon karena sudah kecapekan nanjak dan sudah tidak kuat lagi berdiri. “Akhirnya loading mobil padahal tempat finis hanya tinggal 100 meter saja. Evack is not a crime tapi bullyable,” tutur Edri sambil terbahak.

Kukuh menambahkan, anggota Brompjon ini unik. Apabila share jadwal dan rute gowes di whatsapp group, yang nongol maksimal 20-an orang. Tapi jika postinganya soal pre-order jersey, topi, vest, atau apparel lainnya, responnya bisa 200-an lebih! “Brompjoners rupanya demen berdandannya daripada gowesnya,” tukas Kukuh.

Transaksi jual beli Brompton juga sering terjadi dan spontanitas. Baru-baru ini, saat sedang nongkrong hingga hampir subuh, terjadi transaksi “besar” nilainya antara Yudi, Alfa, dan Ivan.

Ivan sedang ngidam ingin “naik kelas” pakai Brompton titan. Yudi baru pulang dari London membawa Brompton CHPT3 V2 dan Alfa pingin CHPT3 V2. “Akhirnya, Ivan beli Brompton Alfa, lalu Alfa beli sepeda CHPT3 V2-nya Yudi. Dan itu deal jam dua pagi dalam waktu sekejap,” tutur Kukuh sambil tertawa.

Memang, Brompjoners sangat bernafsu dengan modifikasi. “Level paling tinggi adalah Brompton titan plus modifikasi. Selain menaikkan performa, menambah percaya diri juga semangat ketika gowes,” bangga Edri.

Pertama yang dimodif biasanya wheelset ganti ringan lalu crank pasang Rotor, Extralite, atau THM Clavicula. “Jika masih pakai internal gear kita bullynya kurang cowok. Jadi biasanya langsung ganti dengan external gear 4/5 speed,” tutur Erdi.

Terakhir, biasanya anggota Brompjoners akan “proses diet” mengganti beberapa parts dengan karbon atau titan. “Saat ini ada sekitar dua puluhan anggota kami yang full spek modifnya mentok. Sisanya masih proses modifikasi disesuaikan bujet,” tutup Kukuh. (mainsepeda)


COMMENTS