Saling Traktir Demi Menjaga Kekompakan

Sebuah komunitas pasti disatukan oleh suatu kesamaan. Makassar Cycling Club disatukan oleh kecintaan pada sepeda. Waktu itu, anggotanya baru 10 cyclist saat didirikan tahun 1993. Pelopornya adalah Halim GP dan Liem Tjong San. Saat ini, 26 tahun kemudian, MCC kian berkembang dan anggotanya mencapai 75 cyclist.

“Sebagai komunitas pasti ada pasang surutnya. Ada anggota yang datang maupun pergi. Yang pasti semboyan komunitas kami adalah friendship, solidarity dan fraternity. Artinya melalui pertemanan menumbuhkan solidaritas dan persaudaraan,” jelas Rusdi Wijaya, Sekjen MCC.

Filosofi pertemanan ini sangat jelas tercermin di kehidupan sehari-hari anggota MCC. Semua anggota MCC saling support. Terutama saat gowes. Yang kuat mengalah menemani yang lebih lemah.

“Paling utama adalah kebersamaan dan safety riding saat gowes. Selain itu saling support dalam hal pekerjaan juga,” tutur bos Rusdi Gallery Makassar.

Beragam anggota membuat MCC kian bewarna. Salah satu anggota yang unik adalah Ferry. Bisa menerawang profil dari rute maupun tanjakan di Makassar. “Biasa kita panggil dia suhu karena tanpa gowes ke sana beliau bisa mengetahui profil dan elevasi maupun gradiennya. Sungguh aneh!” tutur Rusdi.

Yang paling menarik di komunitas MCC ini adalah tradisi saling mentraktir apabila ada anggota yang mengupgrade sepeda maupun komponennya. Juga perayaan-perayaan tertentu seperti lahiran anak atau lainnya.

“Thomas pernah beli tutup pentil sepeda karena ingin matching dengan warna sepeda. Nah, dia harus mentraktir seluruh anggota MCC. Waktu itu, Thomas mentraktir kopi. Harga pentilnya cuman 30 ribu, tapi traktir ngopi habis 250 ribu,” cerita Daru Puji Utomo, kepala seksi touring MCC sambil tertawa.

Bagaimana bila ganti frame? Dialami oleh Hamzah. Sesaat setelah meminang frame titanium Litespeed T1, Hamzah mentraktir seluruh anggota MCC makan Coto Makassar.

Tidak melulu soal upgrade komponen atau sepeda. Tony yang baru mendapatkan anak kembar-pun harus merayakannya bersama seluruh anggota MCC. “Saya traktir semua makan nasi kuning,” tuturnya lantas tertawa.

Sebetulnya, esensi dari traktir menraktir ini adalah agar para anggota dapat sering berkumpul. "Bisa lebih mengakrabkan anggota. Jadi bila ada masalah atau ada yang kurang komunikasi bisa diselesaikan langsung. Sehingga menghindari konflik," bilang Rusdi.

Sebagai komunitas yang serius dan mempunyai visi berkembang, MCC mendaftarkan diri menjadi organisasi yang berbadan hukum. Jadi ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.

“Semua aturan jelas dan dituangkan dalam peraturan klub,” tutur Rusdi. Struktur penguruspun lengkap dan jelas. Jadi seluruh pengurus dapat mempertanggung jawabkan dua tahun kinerja divisinya.

Meskipun secara kepengurusan, MCC ini serius. Tetapi ruh sebagai komunitas yaitu olahraga untuk sehat dan refreshing termasuk bercanda dan saling membully tetap jadi menu wajib ketika gowes harian maupun mingguan.

“Tidak pandang usia, tua muda yang seru adalah bully membully itu. Tapi dalam kontes yang masih wajar bukan kurang ajar,” imbuh Nio Sek Hok, bendahara MCC.

MCC memiliki agenda gowes harian ke jalan Nusantara sejauh 30 km dan bandara sejauh 50 km. Untuk weekend, MCC gowes keluar kota biasanya menuju Maros atau Bantimurung, Bendungan Bili-Bili dan Malino.

Menurut Rusdi, harapan terbesarnya dari MCC adalah bisa tetap menjadi komunitas terbesar di Makassar dan trendsetter serta pemersatu seluruh lapisan masyarakat melalui olahraga sepeda. “Kita bersatu melalui sepeda tanpa membedakan merek dan tipe sepeda, ras, agama, dan suku!” tutup Rusdi.(mainsepeda)


COMMENTS