Butuh komitmen kuat bagi para cyclist yang bertekad melengkapi Mainsepeda Trilogy. Khususnya bagi mereka yang ingin menantang diri sendiri. Sekaligus mengejar status bergensi, menjuarai Mainsepeda Trilogy. Menaklukkan tiga seri event nanjak, yaitu Bromo KOM, Kediri Dholo KOM, dan Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM.
Sunaryo, cyclist asal Kebumen, termasuk salah satu contoh yang punya komitmen luar biasa itu. Halangan atau keterbatasan apapun coba diterjang olehnya. Sejauh ini, dua Trilogy sudah diselesaikannya dengan impresif.
Bersaing pada kategori Men 45-49, Sunaryo untuk sementara bercokol pada urutan kedua Mainsepeda Trilogy 2025, mengantongi total 28 poin. Hasil dari finish urutan kedua pada Bromo KOM 2025 dan mengamankan posisi ketiga pada Kediri Dholo KOM, Minggu, 20 Juli 2025 lalu. Koleksi poin yang dikumpulkan Sunaryo itu hanya selisih delapan poin dari Juwanto sang pimpinan sementara.
Baca Juga: Preview TdBI 2025: Tanpa Etape Flat, Segmen Paving Stone, Ditutup dengan Tanjakan HC
Dengan menyisakan satu seri Trilogy lagi, yakni Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025 pada 27 September mendatang. Sunaryo termasuk dalam daftar cyclist yang berpotensi membuat kejutan merebut gelar Mainsepeda Trilogy kategori Men 45-49.
Pencapaian Sunaryo hingga berada pada level tersebut patut diapresiasi setinggi-tingginya. Apalagi ada cerita perjuangan yang luar biasa dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kabupaten Kebumen itu. Posisinya tidak tinggi, tapi dedikasinya sangatlah tinggi. Bahkan untuk mengejar mimpinya, ia rela melakukan pinjaman ke Koperasi kepegawaian.
"Sebenarnya sejak tahun 2022 lalu saya ingin ikut (Mainsepeda Trilogy). Mau daftar tidak bisa karena telat. Baru tahun ini (2025), saya bisa daftar itupun setelah minta tolong didaftarkan teman yang di Surabaya. Ketika proses daftar bisa, eh kok uang belum siap. Saya akhirnya pinjam dulu di Koperasi kantor saya berdinas," tuturnya.
Saat proses pengajuan pinjaman, Sunaryo sempat bingung saat ditanya alasan pengajuan oleh pegawai koperasi. "Saya bilang jujur untuk daftar event sepeda. Petugas koperasi balik tanya kok niat banget dan apa gak kemahalan? Saya jawab tidak mahal kalau untuk kesehatan, yang mahal itu kalau sakit-sakitan," tutur Sunaryo.
Di tengah keterbatasannya, cyclist 49 tahun ini tetap berkomitmen atas keputusannya. Saat mengikuti Kediri Dholo KOM 2025, ia pergi ke tujuan dengan mobil pick up berdua dengan rekannya. Untuk menghemat biaya, ia memilih beristirahat di mushola tempat pengambilan race pack, yakni di gedung Bhagawanta Bhari, Kabupaten Kediri.
"Alhamdulillah, saat itu perjalanan dari Kebumen jam 11 siang, sampai di Kediri jam 20.30, langsung ambil race pack dan sekalian istirahat bermalam di mushola. Pihak panitia juga ramah, saya diberi nasi box," imbuhnya.
Baca Juga: John Boemihardjo: Sepeda Minimalis untuk London-Edinburgh-London 1.500 Km!
Sunaryo kini serius mempersiapkan diri menghadapi Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025, yang akan berlangsung 27 September nanti. Dia berambisi memperbaiki prestasinya. Oleh karena itu, ia mengaku berlatih lebih keras agar bisa mencuri podium juara.
"Saya ini PNS, hanya tukang sapu. Latihan setiap hari setelah pekerjaan selesai. Jadi siang hari, bisa jam 10 pagi, malah kadang jam 1 siang. Tapi Senin dan Kamis latihan ringan. Joging hingga jelang maghrib," tambahnya.
Untuk latihannya, Sunaryo menyisipkan gowes bersepeda MTB dengan menu tanjakan sejauh 35 Km. Menurutnya, bersepeda MTB dapat meningkatkan power. Sedangkan, latihan endurance-nya, ia berlatih mencari tanjakan dengan rute ke Bendungan Wadaslintang. Rata-rata jarak rute yang ditempuh sekitar 70 Km.
"Tanpa latihan untuk mengejar podium tidak mungkin mudah. Pesaing-pesaingnya semakin ke sini, semakin berat," tutupnya. (Mainsepeda)