Ketagihan Gowes, Fey Ingin Taklukkan Bromo

Ferry Silviana Feronica dibuat mabuk kepayang dengan olahraga bersepeda. Fey, sapaan akrabnya, termasuk cyclist produk pandemi. Dia aktif gowes sejak September 2020. Meski demikian, Fey sangat rajin bersepeda. Dia gowes hampir setiap hari, hanya rehat saat Senin. Ketekunan serta kemauan yang kuat menjadikannya women cyclist yang tangguh di Kota Kediri.

Pandemi Covid-19 membuat dunia mengalami demam sepeda. Publik mengenaknya dengan istilah bike boom. Sepeda ada di mana-mana. Cyclist anyar pun bermunculan. Harga sepeda melambung tinggi karena orang-orang seperti tergila-gila dengan bersepeda. Fey merupakan salah satu tokoh yang tersihir olahraga ini. Ia mulai bersepeda lagi menggunakan road bike sejak September 2020.

Bersama sang suami, Abdullah Abu Bakar di Desa Krisik, Kabupaten Blitar

Adalah sang suami, Abdullah Abu Bakar yang "meracuninya" untuk gowes. Wali Kota Kediri itu sudah gowes menggunakan road bike sejak 2015. Tepatnya setelah Kediri menjadi tuan rumah Kediri event Gran Fondo East Java. Namun kesibukan sebagai pejabat publik membuat gowesnya sering on/off. Mas Abu, sapaannya rutin gowes lagi dalam setahun terakhir.

"Awal-awalnya masih jarak dekat. Di sekitar Kediri saja. Setelah bersepeda untuk lima atau keenam kali, saya merasa keasyikan hingga keterusan. Bahkan saya sudah bisa menyalip Pak Wali," katanya seraya tertawa.

BACA JUGA: Rutin Bersepeda Bareng Istri, Mas Abu Ajak Cyclist Gowes ke Kediri

Selain rutin dan intens bersepeda, Fey selalu tertarik dengan rute baru atau medan yang lebih menantang. Ketika merasa sudah menemukan pola ayunan pedal yang nyaman, dia ingin merasakan sensasi nanjak. Pos 1 Gunung Kelud menjadi tujuannya untuk uji nyali dan uji kaki. Percobaan pertama berjalan sukses. Fey tidak kewer dan berhasil finis bahagia di destinasi yang dituju.

                      Tanjakan Sibajak di kaki Gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah (Jateng)

Berhasil menaklukkan Pos 1 Kelud membuatnya makin percaya diri. Fey makin berani menjajal rute baru dan kian bernyali untuk mencoba rute menantang. Bersama komunitas Ride On, Fey sering menjelajah Kediri Raya dan Malang Raya. Saat weekdays, dia memilik gowes di sekitar Kediri. Jaraknya minimal 50 kilometer. Rute gowesnya makin jauh ketika akhir pekan. Minimal 100 kilometer.

Tujuannya bervariasi. Bisa Kediri-Blitar-Kediri, atau Kediri-Tulungagung-Kediri. Rekor terjauhnya adalah 230 kilometer. Fey mengukirnya saat International Women's Day, awal Maret lalu. Ditemani sejumlah rekan cyclist dari Kediri, dia gowes dari Kediri ke Malang, Kota Batu, Blitar, dan kembali ke Kediri lagi. Meski capek, Fey sangat puas bisa gowes melebihi 200 kilometer dalam sehari.

"Idenya tercetus saat saya pulang ke Temanggung. Saya menyempatkan gowes di ring Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Tertulis di brosur kalau jaraknya 100 kilometer. Ternyata 150 kilometer. Setelah kembali ke Kediri, saya ingin gowes dengan jarah lebih jauh, di atas 200 kilometer," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri itu.

Tanjakan jalur lingkar selatan menuju Pantai Klatak di Kabupaten Tulungagung

Fey berkembang pesat dalam enam bulan terakhir. Dulu, dia sering jatuh dari sepeda karena belum terbiasa menggunakan sepatu dengan cleat. Kini, Fey telah menjelma menjadi women cyclist yang tangguh. Dia selalu penasaran menjajal rute-rute baru. "Saya selalu mendorong diri sendiri. Misal, ketika ikut teman-teman yang kecepatannya 40 km/jam, saya pun berusaha menambah speed untuk mengikuti mereka," ceritanya.

Bergaul dengan para "pendekar gunung" di Kediri membuat Fey sangat demen gowes nanjak. Selaras hobinya saat SMA, yakni naik gunung. Dia bukan cyclist yang suka nongkrong di cafe selepas gowes. Fey memilih pulang ke rumah kemudian menjalani berbagai aktivitas sebagai Ketua Dekranasda dan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kediri.

"Saya salut dengan warna Kediri. Keski hari kerja, saya sering bertemu dengan banyak cyclist di jalan raya. Apalagi saat weekend, makin banyak lagi yang gowes," katanya.

Kawasan Wisata Besuki, Kediri

Sebagai cyclist baru, Fey merasakan banyak manfaat dari gowes. Dampak terbesarnya adalah berat badan yang turun drastis. Padahal dia tidak melakukan diet. Ia juga merasa lebih fit dan fresh karena sering gowes di pagi hari. "Karena sudah menjadi rutinitas harian, saya merasa aneh jika absen gowes meski hanya sehari," akunya.

Setelah mengkhatamkan gowes 230 kilometer, ada satu rute yang Fey idamkan, yakni menanjak ke Gunung Bromo. "Tapi start-nya harus dari Surabaya. Setelah sampai Bromo, pulang ke Surabaya juga harus gowes. Kalau ditotal jaraknya sekitar 200 kilometer," harapnya. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 39

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Dokumentasi Ferry Silviana Feronica


COMMENTS