Hari Terberat Tuntas, Tanjakan Tertolong Hujan

Hari kelima tur bike packing Surabaya-Labuan Bajo merupakan yang paling dikhawatirkan. Selain jarak jauh, hampir 200 km, total menanjaknya juga terbanyak. Alhamdulillah, “queen stage” ini tuntas, kini tinggal menikmati jalur menuju Sape di ujung Timur Sumbawa.

Hari kelima, Sabtu, 3 Februari, memang layak disebut “Queen Stage.” Julukan yang biasa diberikan untuk etape terberat di semua ajang balap sepeda.

Dari seluruh “etape” yang dijadwalkan dari Surabaya menuju Sape di ujung Timur Sumbawa, inilah yang kami lingkari sejak awal. Berdasarkan simulasi GPS, jaraknya mendekati 200 km, dengan total menanjak mendekati 2.000 meter.

Pada kenyataannya, jarak total dari Sumbawa Besar menuju Dompu “hanya” 190 km. Total menanjak pun “hanya” sekitar 1.400 meter. Tapi bukan berarti gampang! Tetap paling susah!

Berangkat dari penginapan kami di depan kantor bupati, start pukul 05.30 WITA, perjalanan awal relatif flat. Malam sebelumnya kami sudah meeting dan bikin planning. Apa pun yang terjadi, kami akan berhenti setiap sekitar 40 km. Tujuannya untuk conserve energi, mengingat pertengahan hingga akhir akan banyak tanjakan berat.

Bagusnya, tidak banyak mini market jaringan nasional di jalur ini. Jadi kami berhenti di toko-toko kelontong milik warga. Saya berdiskusi singkat dengan Francesco Bruno (Cecco), bahwa ini bagus karena memberi dampak langsung kepada warga.

Berangkat pagi-pagi juga bermanfaat. Lebih baik dapat ekstra kilometer di pagi sejuk daripada di siang panas. Apalagi pagi itu suhu hanya 19 derajat Celcius.

 

 

Sekitar pukul 10.30, saat stop kedua, kami sudah menempuh total 82 km. Memberi kelonggaran untuk sisa etape. Menurut jadwal, kami makan siang di kawasan Empang, dekat perbatasan Dompu, di km 120. Ada yang merekomendasi makan di sana enak.

Ternyata depot itu pas di km 120. Namanya Rumah Makan Pidang. Letaknya di tepi laut, menyediakan semacam asem-asem Nila dan ikan atau ayam goreng. Ternyata memang enaaaak! Walau kebanyakan kami tak berani makan terlalu banyak, mengingat masih banyak jarak yang harus ditempuh, termasuk tanjakan-tanjakan terberatnya.

Untuk memastikan kondisi badan nyaman, kami memilih agak lama istirahat di depot itu. Pukul 13.15 kami baru start lagi. Alasannya, selain supaya lebih fresh, juga supaya semakin dekat ke sore, mengurangi masa bersepeda di bawah terik matahari. Toh jumlah kilometer tersisa tak lebih dari 70-an. Kami punya cadangan waktu.

Dan siang itu panasnya memang sangat terasa. Suhu di Garmin hanya menunjukkan angka maksimal 35 derajat Celcius, tapi panas dari atas (tanpa awan) didukung oleh panas pantulan dari aspal.

Apalagi habis makan itu jalannya naik turun naik turun naik turun. Ampun beratnya.

 

 

Sangat-sangat beruntunglah kami. Pada km 155, saat mulai tanjakan utama, byur hujan turun! Yang Di Atas benar-benar sayang pada kami. Tanjakan itu “hanya” lima kilometer panjangnya, tapi beberapa bagiannya cukup curam mendekati 10 persen. Dengan sepeda touring, sangat terasa berat.

Kalau kami harus melaluinya saat panas, rasanya bakal sangat menyiksa.

Sekitar 16 km sebelum Dompu, ada satu lagi tanjakan cukup menantang. Beruntung saat itu masih hujan. Di ujungnya, kami berhenti. Selain untuk berkumpul lagi, kami juga memilih untuk makan ringan (mie goreng wkwkwkwk).

Toh sudah hampir pukul 17.00. Dan setelah itu relatif turun dan flat menuju Dompu.

Kami sampai penginapan di Dompu pukul 17.15. Rasanya lega luar biasa. Karena kami merasa bagian terberat sudah berakhir.

Total, lima hari kami sudah bersepeda. Total jarak sudah hampir 860 km. Sisa satu hari bersepeda menuju Sape, setelah itu naik kapal ke Labuan Bajo.

Hari terakhir memang ada tanjakan antara Bima dan Sape. Total jarak masih di atas 100 km. Namun kami tidak lagi peduli dengan jarak dan tanjakannya. Queen stage sudah tuntas! Tinggal menikmati hari terakhir.

 

 

Kalau ini hari terakhir Tour de France, mungkin seperti etape parade di Champs-Elysees. Tidak lagi menentukan wkwkwk

Anyway, senang sekali bisa bersepeda begitu menantang dari Surabaya ke ujung Sumbawa. Apalagi kami dengan mudah menyalip kelompok pelan, yang sudah berangkat dari Surabaya tiga hari lebih dulu!

 

grup lambat

 

grup lambat  

 

Pada hari kelima, kami bahkan sudah meninggalkan mereka hingga sekitar 100 km. Jadi, sangat mungkin mereka baru selesai sampe Sape saat kami sudah pulang dan kembali bekerja cari duit di Surabaya! Wkwkwkwk

Mereka mungkin tersinggung baca tulisan ini. Dan kami tahu mereka memang seperti tidak niat latihan sepeda, lebih untuk jalan-jalan. Tapi biarin lah wkwkwk. Tetap kami lebih cepat sampai. Dan toh rasanya kami masih akan jadi teman kok hahahahahaha(bersambung)

 

Foto: Azrul Ananda School of Suffering (follow IG @aasos_indonesia)

 


COMMENTS