Komunitas sepeda itu beraneka ragam. Ada yang terbentuk karena rumahnya berdekatan, ada yang karena suka jenis sepeda yang sama, atau sebelumnya sudah pernah kompak bersama menjalani hobi lain. Seperti bulu tangkis atau motor gede.

Di tengah pandemi ini, jumlah pesepeda meningkat drastis. Sebuah komunitas yang dulunya hanya beranggotakan sepuluh orang, bisa membengkak cepat bahkan berlipat-lipat. Ada masa di mana para anggota baru itu masih seperti anak ayam yang butuh bimbingan induknya. 

Walau bersepeda sepertinya mudah, ternyata masih banyak aspek yang harus dipelajari dan diperhatikan. Terutama aspek keamanannya. Karena bersepeda menggunakan jalan raya, bertemu kendaraan jenis lain. Gara-gara risiko di jalan ini, beberapa orang pada akhirnya memilih gowes indoor. Walau keseruan bersepeda hakikinya ada di luar ruangan.

Masuknya anggota baru yang masih hijau, bercampur dengan pesepeda yang sudah senior, sering menimpulkan gap. Hal-hal sederhana seperti kapan belok, kapan berhenti, dan bagaimana minum di atas sepeda saja bisa jadi masalah. Apalagi kesenjangan kekuatan yang begitu jauh.

Tidak banyak senior yang mau bersabar mengajari, tidak sedikit pula pemula yang enggan menjalani kesengsaraan gowes menuju lebih kuat. Jurang pun terus terbentuk.

Semua komunitas butuh orang-orang yang mau jadi "jembatan" itu. Para senior yang mau mengorbankan latihannya sendiri demi membawa anggota baru menjadi lebih kuat. Di sekitar saya di Surabaya, ada satu yang saya kenal. Namanya Berry Cornelis, atau biasa dipanggil Bang Berry, dari komunitas Free Bike Indonesia.

Bang Berry ini sudah lama bersepeda. Sudah makan asam garam lomba maupun event-event. Belakangan, anak-anaknya (dan teman-teman komunitas) mulai ikut bersepeda. Pandemi bisa dibilang menyatukan satu keluarga dalam satu hobi.

Nah, di komunitas itu, yang akhirnya bersedia jadi pembimbing bagi para anak itu adalah Bang Berry. Yang lain tidak sesabar dia. Dan itu memang tidak mudah. Bagaimana tidak, kita yang biasa melaju di atas 30 km/jam, tentu akan "kesakitan" kalau disuruh berjam-jam menemani yang kecepatannya 20 km/jam.

Di komunitas lain, saya akui, meninggalkan atau menelantarkan anggota baru adalah hal yang lumrah (bahkan beralasan kuat). Tapi tidak demikian dengan Bang Berry. Dia dengan sabar membimbing, membina, dan menjaga para pemula itu.

Tak heran, oleh rekan-rekannya, Bang Berry pun dijuluki sebagai "guardian angel"-nya tim @odongodongturbo

Sangat mulia peran ini. Semoga semakin banyak guardian angel yang ada di dunia gowes, sehingga membuat para pesepeda baru merasa aman dan tidak ragu menekuni olahraga ini.

Bagi para cyclist baru, bila Anda menemui sosok seperti ini, hargailah dan turutilah. Terutama ketika berada di jalan. Kelak, ketika Anda sudah "lulus" dan cepat, Anda akan mengerti betapa sulitnya menurunkan kecepatan dan mengesampingkan ego! (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 26

Populer

Bentang Jawa 2025: Siksaan Cuaca Pancaroba, 30 Ultra-Cyclist DNF
Bentang Jawa 2025: Stephen Lane Juara! Pecah Rekor Finish Under 78 Jam
Bentang Jawa 2025: Miswanto-Yusuf Kibar Rajai Kategori Pair, Citra Juara Women!
Bentang Jawa 2025: Memasuki Segmen Ternyaman, Melawan Kebosanan
Bentang Jawa 2025: Pak Kepsek Finish Strong, Raih Pair Ketiga bersama Joko!
Bentang Jawa 2025: Duo "Pembalap" Australia Sudah Setengah Jalan
Bentang Jawa 2025: Asupan Para Juara, dari Batagor hingga Ayam Krispi
Inilah yang Membuat Bentang Jawa 2024 Sangat Berkesan
181 Cyclist Starter Bentang Jawa 2025
Preview Bentang Jawa 2025: Para Unggulan Target Finish Rabu Siang