Mengeroyok Quick-Step, Menaklukkan Lumpur

Balapan Monument dan Spring Classics paling bergengsi, Paris-Roubaix, diselenggarakan Minggu, 8 April. Seperti biasa, sulit menebak siapa yang akan menang. Satu hal yang pasti: Quick-Step Floors bakal sangat berbahaya karena punya banyak senjata. Tim-tim lain harus kompak mengeroyok tim kuat Belgia tersebut.

Quick-Step memang sedang merajalela. Sejak awal 2018, tim tersebut telah memenangi total 23 lomba. Hebatnya, mereka merebutnya lewat sembilan pembalap yang berbeda! Yang terbesar adalah di Tour of Flanders Minggu lalu (31 Maret), saat Niki Terpstra melarikan diri sendirian di depan.

 

 

Di Paris-Roubaix Minggu ini, bisa dipastikan Quick-Step akan menerapkan strategi yang sama. Tim milik Patrick Lefevere ini akan menurunkan bintang-bintang classics-nya. Empat andalan utama: Niki Terpstra, Philippe Gilbert, Zdenek Stybar, dan Yves Lampaert.

 

Map Paris-Roubaix

 

Terpstra pernah menang di “Hell of the North” ini pada 2014 lalu. Sedangkan Gilbert punya ambisi menang, untuk melengkapi koleksi Monument-nya. Stybar dan Lampaert jangan sampai dilupakan, karena kalau yang lain dijaga, dua ini bisa lari tak terjaga.

 

Peter Sagan dan tim Bora-Hansgrohe mencoba rute sebelum balapan Minggu 8 April

 

Kekuatan Quick-Step ini sudah dirasakan oleh para pesaing. Khususnya Peter Sagan (Bora-Hansgrohe), sang juara dunia yang sering jadi korban “penjagaan” sementara pembalap lain bebas bergerak. Sagan terus mengingatkan semua tim agar bisa lebih kompak untuk mengeroyok kekuatan Quick-Step.

 

 

Tentu saja, sangat sulit untuk membuat kompak tim yang bersaing. Itu bisa semakin membuat Quick-Step berbahaya, dan mereka pun tahu betul itu. “Saya kira ada beban besar pada pembalap (tim) lain, dan kita bisa melihatnya. Mereka mulai stres karena tidak bisa mengalahkan kami. Ini bisa membantu situasi kami,” kata Gilbert.

Di Paris-Roubaix, bagi para pesaing, beban mengeroyok Quick-Step ini sangat tidak diinginkan. Tanpa itu saja, mereka sudah harus fokus dan hati-hati menaklukkan rute sepanjang 257 km tersebut.

Pada dasarnya tidak ada tanjakan di Paris-Roubaix, tapi ada menu 29 sektor berbatu, sepanjang hampir 55 km, yang sangat menentukan. Di jalanan berbatu itu pembalap bisa jatuh, bisa tertinggal, bisa mengalami kerusakan atau ban pecah.

Sektor-sektor itu diberi rating berdasarkan tingkat kesulitan. Yang paling berat mendapatkan status bintang lima. Yaitu Trouee d’Arenberg, Mons-en-Pevele, dan Carrefour de l’Arbre. Yang terakhir itu ditemui hanya 17 km sebelum finis. Biasanya, seleksi terakhir terjadi di sana.

Plus, tahun ini ada “bumbu penyedap rasa” berupa lumpur. Hujan terus mengguyur kawasan utara Prancis, tempat lomba diselenggarakan. Saat para pembalap melakukan reconnaissance (tes rute) beberapa hari sebelum lomba, mereka menghadapi jalan lumpur dan bebatuan licin.

Kalau Anda penggemar berat balap sepeda, dan punya kesempatan menyaksikan Paris-Roubaix (di layar TV atau monitor), jangan sampai lewatkan pada Minggu malam WIB nanti.

 

Jasper Stuyven (Trek-Segafredo) mencoba trek Paris-Roubaix yang berlumpur

 

Apakah Quick-Step bakal kembali merajalela. Bisakah Peter Sagan meraih gelar juara pertamanya di Roubaix? Apakah bintang muda seperti Mads Pedersen (Trek-Segafredo) bisa menjadi sensasi baru?

Balapan akan berlangsung sangat mendebarkan! (mainsepeda)


COMMENTS