Dirty Kanza Kurangi Pit Stop untuk Kurangi Cyclist Manja

Ajang balap gravel terheboh di dunia, Dirty Kanza, sekarang menjadi semakin berat dan menantang. Rute 200 mil (320 km) dimodifikasi menjadi lebih berat, melewati jalanan lebih menyiksa. Jumlah area pit stop juga dikurangi, dari tiga menjadi dua. Alasan resminya: Supaya meningkatkan jumlah finisher dan mengurangi “cyclist manja.”

Dirty Kanza merupakan even gravel yang sudah berlangsung sejak 2006. Pusatnya di kota kecil Emporia, negara bagian Kansas, di tengah-tengah Amerika Serikat. Rutenya 90 persen melewati jalanan kerikil, termasuk di Flint Hills, yang memiliki kerikil-kerikil tajam (bahan pembuatan mata panah suku Indian).

Even ini memiliki beberapa pilihan rute. Yang paling populer 200 mil atau 320 km, diikuti lebih dari 2.000 peserta. Lalu ada 1.000-an peserta lain mengikuti kategori lain. Misalnya Dirty Kanza XL, menempuh jarak 350 mil atau lebih dari 500 km. Ada pula 100, 50, dan 25 untuk penghobi.

Peta rute Dirty Kanza 200 2019.

Even tahun ini diselenggarakan Sabtu ini, 2 Juni. Untuk rute 200 mil, start-nya pukul 06.00 pagi. Peserta diberi waktu 21 jam untuk menuntaskan rute. Menurut penyelenggara, sekitar 60-an persen mampu menuntaskannya.

Yang menjadi tantangan utama, peserta harus benar-benar mandiri di Dirty Kanza. Kalau mengalami masalah, peserta boleh menolong satu sama lain, tapi tidak boleh ada support car atau motor. Kalau menerima bantuan dari kendaraan otomatis langsung kena diskualifikasi.

Secara resmi, tahun ini hanya akan ada dua kawasan pit stop. Plus beberapa titik pengisian air. Berkurang satu pit stop dari sebelumnya. Ini berarti, hanya ada kawasan istirahat dan servis di setiap 100 km! Benar-benar menantang.

Tidak peduli peserta amatir, tidak peduli pembalap profesional, bahkan pembalap WorldTour, semua harus ikut aturan ini. Harus mandiri.

Yang menarik, penyelenggara menyebut berkurangnya jumlah pit stop ini demi meningkatkan jumlah finisher. Kira-kira, untuk mengurangi “godaan” bagi peserta untuk berhenti dan mengundurkan diri saat istirahat.

“Menurut pengalaman kami, peserta yang telah mencapai (pit stop kedua) memutuskan untuk berhenti. Karena mereka melihat teman mereka di sana naik mobil. Padahal, masih ada 100 mil harus ditempuh. Dengan (mengurangi pit stop), mereka tidak lagi memiliki opsi tersebut,” kata Jim Cummins, pendiri sekaligus race director Dirty Kanza.

Cummins mengaku mendapat kecaman atas keputusan ini. Tapi, penyelenggara tetap keukeuh, karena ini demi kebaikan even dan peserta.

Berkurangnya pit stop tentu membuat rute baru bakal terasa lebih menyakitkan. Rutenya sebenarnya masih di kawasan yang sama, namun arahnya berubah. Sebelum ini selalu start ke selatan, sekarang ke utara. Langsung menuju kawasan terberat, Flint Hills. Selain berbukit juga memiliki kerikil paling menghancurkan ban.

Gravel di kawasan utara cenderung lebih kasar dan besar,” tegas Cummins.

Dengan berbagai tantangan baru ini, tentu Dirty Kanza menjadi lebih “fresh.” Para peserta akan semakin menikmati kesengsaraan, termasuk kelompok pembalap WorldTour yang sekarang meramaikan lomba.

Ya, tahun ini, dua tim WorldTour resmi menurunkan bintang-bintangnya. EF Education First menurunkan Taylor Phinney, Lachlan Morton, dan Alex Howes. Trek-Segafredo menurunkan Peter Stetina dan Kiel Reijnen.

Mereka akan menghadapi pembalap-pembalap lain dari dunia MTB, cyclocross, plus pensiunan-pensiunan WorldTour yang masih sangat fit. Termasuk juara Dirty Kanza dua kali: Ted King.

Ted King saat menjuarai Dirty Kanza 2018.

Secara resmi, EF Education First dan Trek-Segafredo menegaskan mereka tidak datang untuk mengejar kemenangan. Juga buka untuk uang, karena Dirty Kanza sama sekali tidak menyediakan hadiah uang.

Mereka datang untuk kepentingan sponsor dan community engagement. Mereka menganggap, even-even partisipasi massal seperti Dirty Kanza ini lebih mampu mendekatkan diri dengan penggemar dan konsumen daripada lomba-lomba WorldTour.

Jadi kalau menang adalah bonus, kalau tidak minimal tim itu bisa ikut sengsara dan berpesta dengan penghobi dari berbagai penjuru dunia. (mainsepeda)

Foto : Dirtykanza.com 

 

 


COMMENTS